Pertama, dunia di dalam Snowpiercerdidesain sedemikian rupa lewat bencana es.
Ruang hidup bagi Curtis dan kawan-kawan hanya ada di dalam kereta, tidak di luar kereta yang membeku.
Hal itu dipertegas di salah satu scene awal di mana rekan Curtis dihukum karena membangkang oleh tentara dengan mengeluarkan lengannya dari kereta lewat jendela selama 30 detik.
Hasilnya? Tangan pria itu beku. Salah satu dari tentara mengambil palu besi besar, kemudian memukul lengan pria itu hingga hancur menjadi beberapa potong besar keping es.
Dari adegan itu, saya menganalogikan kereta sebagai bumi, satu-satunya tempat di mana manusia bisa hidup; tidak ada alternatif lain.
Bingkai ini sangat jenius untuk mengemas panggung ideal sehingga kelas bawah yang miskin, dipandang rendah, jumlahnya banyak, dan datang dengan ilegal (sebagai penghuni gerbong belakang) mengalami pengalaman yang tidak enak dan dengan itu "motif" muncul, motif untuk bergerak melawan. Sejenis konsep kesadaran kelas ala-ala Marxian.
Jadi konsep perlawanan "kelas bawah" di dalam film Snowpiercer benar-benar mengandung motivasi tumbuh dari kondisi riil; penindasan, subordinasi, kekerasan, dan pengendalian atas ruang hidup (gerbong, makanan, dan air).
Kedua, kehadiran tentara bersenjata di kereta dan sosok menteri Mason, (diperankan oleh Tilda Swinton), melambangkan hadirnya "otoritas". Sederhananya, Mason dan tentara bersenjata merupakan simplifikasi dari negara.
Otoritas di atas kereta menjadi musuh bagi Curtis dan para penghuni gerbong belakang. Sebab otoritas memperlakukan emreka dengan tidak adil.
Titik moral abu-abu di film ini, pergulatan seputar "siapa yang mestinya dipimpin dan siapa yang memimpin" dihadirkan dengan epik di salah satu scene ketika Mason meletakkan sepatu di atas kepala salah seorang penghuni gerbong belakang dan berkata kurang lebih;
"Sepatu letaknya di bawah, dan tidak semestinya sepatu beranjak naik ke kepala," kata Mason untuk mengejek niat perlawanan penghuni gerbong belakang yang menurutnya sesuatu yang sia-sia.