Menyebut nama Cengkareng,yang pertama muncul dibenak kita adalah Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta. Maklum di kawasan perbatasan DKI Jakarta dan Provinsi Banten ini terdapat bandara terbesar di Indonesia.
Ya, secara umum Cengkareg memang memiliki banyak keunggulan. Selain memang lokasinya yang sangat strategis, sebagai pintu gerbang Ibu Kota Negara Indonesia, Cengkareng memiliki aksesbilitas yang sangat memadai, serta jalan alternatif yang cukup banyak, sehingga memudahkan siapapun keluar-masuk Cengkareng.
Kondisi ini juga kian mengukuhkan kawasan Cengkareng sebagai salah satu kawasan hunian ideal dan menarik untuk investasi properti. Semua itu tentu tak lain karena berkembanganya infrastruktur yang memberikan kemudahan beraktifitas.
Ditarik ke belakang, perkembangan Cengkareng tak lepas dari hijarahnya bandara udara Kemayoran ke Cengkareng pada 1984. Dan secara bersamaan beroperasi pula ruas jalan tol menuju bandara, tol Sedyatmo. Kawasan Cengkareng juga dilintasi ruas Jl. Daan Mogot yang membentang dari Grogol hingga ke kawasan Cikokol, Tangerang, Banten.
Dan sejak setahun lebih ini kawasan Cengkareng makin kinclong. Ini tak lepas dari beroperasinya JORR seksi W1 yang menghubungkan Kebon Jeruk dan Penjaringan (tol Sedyatmo). Dengan kondisi ruas tol yang membelah kawasan Cengkareng membuat kawasan ini diuntungkan. Karena terkoneksi dengan berbagai ruas jalan tol, dalam kota maupun luar kota. “Tentunya Waktu tempuh menuju ke berbagai kawasan akan lebih mudah dan cepat,” terang Andry Susanto, Manager Marketing Agung Abadi Group.
Hal ini juga diakui oleh Juan Panca Widjaya, General Manager PT. Fajar Surya Perkasa (FASSA), kehadiran JORR yang menghubungkan dua ruas tol penting di Ibukota ini menguntungkan kawasan Cengkareng. “Selain kemudahan aksesbilitas investasi properti juga mengalami pergerakan yang signifikan. Saat ini harga tanah di perumahan Daan Mogot Baru harganya sudah Rp9 juta/m2. Padahal saat pertama kali dikembangkan pada 1999 harga tanahnya per meter persegi tak lebih dari Rp1 juta. ,” terang Juan.
Saat ini FASSA berkonsentrasi memasarkan apartemen Sky Terrace. Apartemen berkonsep green dengan sentuhan modern ini perjualan terbilang bagus. Terdiri dari 3 tower yakni Pecatu sebanyak 180 unit kemudianUluwatu dan Sanur keduanya memiliki jumlah sama, masing-masing 162 unit. Penjualan Sky Terrace yang dipasarkan sejak April lalu sangat signifikan, tower Uluwatu sudah terjual 85 persen, Pecatu 45 persen dan Sanur 40 persen. Cepatnya jualan Sky Terrace tak lain karena konsep produk dan juga harga yang bersabat, harga terendah mulai dari Rp400 jutaan/unit.
Sementara Agung Abadi Group (AAG) yang lokasinya persis berada di bibir tol JORR W1, terus ber-akselerasi mengembangkan proyeknya. Berdiri di atas lahan 40 hektar AAG merangkum apartemen, landed house dan area komersil. Proyek apartemen sederhana milik yang dikembangkan AAG yakni CityPark merupakan proyek rusunami yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Apartemen yang terdiri dari 3000-an unit ini masih terus dipasarkan dengan harga saat ini Rp160-an juta/unit. Walau apartemen untuk kelas menengah-bawah, CityPark memiliki fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan penghuni. Mulai dari kolam renang hingga area komersial ada di dalam apartemen ini.
Andry Susanto, menerangkan, saat ini AAG juga sedang memasarkan landed house, namanya Grand Pasadena. Perumahan ini dilengkapi fasilitas kolam renang, jogging track, sport club, mini market, play ground, security system berupa CCTV. Unit rumah di Grand Pasadena ditawarkan mulai dari harga Rp400-an juta. Nah, selain menjual konsep Andry mengaku, nilai lebih proyek AAG adalah lokasi. “Selain adanya ruas tol yang terkoneksi kemana-mana, lokasi proyek kita berada di kawasan bisnis Cengkareng. Sudah ada pusat belanja, rumah sakit, sekolah nasional maupun internasional dan kemudian dekat dengan halte busway,”imbuhnya.
Selain FASSA ataupun AAG kawasan ini juga bagian dari ekspansi Grup Ciputra yang lebih dulu meretas proyek. Menjelang akhir 1980-an mereka sudah mengembangkan Citragarden City yang luasnya lebih dari 400 hektar di kawasan Kalideres. Saat ini CitraGarden City sedang memasarkan Citra 7, yang merupakan rangkaian dari pengembangan sebelumnya yakni Citra 1 hingga 6. Dengan konsep ekslusifitasnya rumah di Citra 7 dijual dengan harga yang cukup tinggi, berkisar Rp1 miliar ke atas. Ini tak lain karena produk yang sudah teruji dan konsep produk yang memanjakan penghuninya.
Pemain besar lain yang menggairahkan bisnis properti disekitar bandara udara Soekarno Hatta adalah Agung Sedayu Group. Developer kakap ini tak mau ketinggalan meramaikan kawasan Cengkareng. Agung Sedayu Group mengembangkan Golf Lake Residence dengan konsep modern dan tentunya diperuntukan bagi kelas menengah-atas.
Ketatnya persiangan bisnis properti di sekitar bandara tak lepas dari prospek kawasan yang terus berkembang dan lokasi yang strategis. Selain itu pasar yang disasar juga memiliki karakteristik berbeda-beda. Sehingga semua segmen pasar ada di kawasan ini. Dan hebatnya penawaran-penawaran produk baru terus ada dan direspon positif. Nah, terbukti aksesbilitas dengan segala kemudahannya memberikan stimuli bagi perkembangan properti. Tetapi tak hanya sekedar lokasi dan lokasi. Konsep produk yang kuat dan yang sesuai dengan pasar yang dituju tentunya akan lebih mudah dijual. mhsyah
Sumber: PropertyKita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H