Pada suatu hari di tengah perkuliahan pukul 5 sore di Amsterdam, seseorang sesama mahasiswa dari Pakistan tanpa sengaja lupa mematikan suara handphonenya. Dari handphonenya tersebut terdengar bunyi alarm yang membunyikan Adzan ashar. Professor yang sedang mengajari kami, yang merupakan salah satu professor terkemuka di bidangnya terdiam sejanak. Ia berkata : “ Apa itu? apakah suara anjing”. Beberapa hanya tersenyum dikulum. Iapun melanjutkan pengajarannya dengan sedikit terganggu.
Sebagai bagian minoritas muslim disana, saya pun hanya mengernyitkan dahi.
Memang terdengar pemahaman bahwa orang barat semakin berpendidikan semakin atheis lah dia. Sebaliknya biasanya orang Islam semakin berpendidikan semakin tebal imannya kepada Allah.
Di tengah terjadinya islamophobia di barat, ada yang tidak seimbang mengenai cara beradab orang Indonesia. Jika di barat latar belakang manusianya beragama Kristen, terlepas alirannya seperti apa, tapi di Indonesia, yang notabene latar belakang keagamaan sebagian besar masyarakatnya islam, Islamophobia pun turut di praktekkan sekarang ini.
Secara sederhana, jika manusia di Indonesia setara dengan manusia lain di dunia, harusnya terjadi Kristenophobia di Indonesia.
Dan memang manusia di dunia ini tidak terbagi menjadi Muslim dan barat saja. Ada asia timur, ada India dengan kebudayaan hindunya. Dan lain-lain yang minor.
Meski begitu, islamophobia adalah budaya popular yang laten dipraktekkan layaknya cinta ala the beatles di dunia barat yang memegang standar kebenaran dunia saat ini.
Lebanon, Suriah dan Irak adalah negara dengan mayoritas penduduk muslim yang hancur seakarang ini dengan tidak mempraktekkan cara pandang popular dunia. Dengan kehancuran yang terjadi disebabkan cara pandang yang justru populer, memilih untuk memusuhi mereka yang tidak populer di dalam negara itu sendiri, melalui ISIS.
Indonesia memiliki pancasila, dengan sila pertama yang berbunyi “ ketuhanan yang maha esa” untuk dipedomani.
Kenyataannya tidak semua memiliki prinsip atas tuhan yang esa.
Dari telah berjalannya peradaban dan budaya Indonesia secara utuh hampir 70 tahun terakhir ini, satu-satunya cara agar bertahan atas pancasila adalah dengan provokasi-provokasi atas perbedaan-perbedaan lain antar manusia di Indonesia.
Pembedaan Umat islam yang satu khususnya dengan perbedaan atas suku-suku, bahasa, kebiasaan dan lain-lain provokasi yang paling lazim terjadi adalah, jika anda tidak sesuai dengan cara pikir popular yang terjadi sekarang adalah dengan provokasi, yang, jika tidak diikuti maka sebaiknya si subjek yang tidak mengikuti sebaiknya keluar saja dari Indonesia.
Dari apa yang telah saya identifikasi, jawaban pertama saya kemudian atas orang-orang yang misalnya mengatakan itu kepada saya sekarang adalah adalah balik mempertanyakannya, “emang tuhan lu esa?’
Hal yang tidak pernah saya lakukan secara langsung, selain melalui tulisan ini, karena pertanyaannya sekarang bukan itu, pertanyaannya sekarang adalah apakah manusia Indonesia setara dengan manusia dengan peradaban lain di dunia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H