Mohon tunggu...
Febrian Arham
Febrian Arham Mohon Tunggu... pegawai negeri -

alumni DIII STAN' 04, (harusnya) DIV STAN' 08

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Karakter “Baru” Orang Belanda: Terus Terang (Direct)

2 Juni 2014   22:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47 2114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14017077851111919505

[caption id="attachment_339788" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompasiana (kompas.com)"][/caption]

Satu hal yang gw dapet dari studi gw di Eropa daratan ini pada umumnya, atau Belanda pada khususnya atau Amsterdam, kalau mau lebih spesifik, lebih dari setahun belakangan ini adalah gw dipaksa untuk mengakui karakter orang Belanda yang terus terang atau straight forward, kalau mau diterjemahkan ke inggris, atau direct (bahasa belanda dari asal kata inggris yang juga direct dengan bunyi yang lain atau dapat juga diasosiasikan dengan leiden atau besturen yang dekat dengan pengartian aparat pemerintah di Indonesia), lebih dari sekedar karakter mereka yang yang gw percaya sebelumnya yaitu pelit dan rasional.

Kalau dipikir-pikir memang berkorelasi sih pelit dan rasional itu sama terus terang. Dan bukan tanpa alasan juga kalau negeri kecil mereka, yang penduduknya sekarang gak lebih banyak dari penduduk kota Jakarta di waktu siang, mampu menjajah Indonesia yang terpecah belah selama ratusan tahun dengan kepelitan dan kerasionalan tersebut, buat kemudian selama lebih dari 65 tahun terakhir pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia di 17 agustus 1945, sepertinya benar-benar telah putus hubungan sama sekali.

Hah?putus hubungan?well, putus pengaruh lebih tepatnya kalau gw bilang sih.

Mustahil kalau dikatakan Belanda dan Indonesia putus hubungan sama sekali selama 69 tahun belakangan ini.

Tapi gw ngerasain betul bedanya sudut pandang Indonesia dan Belanda dalam memaknai hubungan itu disini.

Siapapun orang Indonesia yang hidup sekarang pasti percaya betul mengenai tanggal kemerdekaan yang 17 agustus 1945 itu secara formal. Termasuk siapapun masyarakat internasional yang berinteraksi dengan orang Indonesia.

Tapi selama sekitar 40 tahunan dari 69 tahun kemerdekaan itu, orang Belanda hanya mengakui kalau Indonesia merdeka di tahun 1948, pasca Konferensi Meja Bundar (KMB) yaitu kemerdekaan yang dikasih mereka, bukan kemerdekaan yang dideklarasikan dalam momentum yang tepat seperti yang dilihat orang Indonesia selama ini.

Baru sekitar 20 tahun belakangan ini saja, pasca bebasnya arus informasi global dan mulai mapannya Indonesia disorot di percaturan internasional, orang Belanda mengakui kemerdekaan de facto orang Indonesia, di tahun 1945. Mereka bahkan baru meminta maaf, efek jeda konflik 3 tahun 1945 -1948 antara mereka dengan kita itu, yang melahirkan tokoh monumental seperti Westerling, belakangan ini.

Selama puluhan tahun sebelumnya meski, misalnya, Belanda bekerja sama erat dengan Indonesia dalam organisasi IGGI, yang kemudian berubah menjadi CGI atau Consultative Group On Indonesia, yang merupakan organisasi “kasih sayang” pemerintahan di Belanda terhadap Pemerintahan Indonesia yang masih miskin, dan akhirnya bubar belakangan ini, Indonesia-Belanda berkomunikasi di atas fondasi yang berbeda.

Keadaan pasca perang dunia II yang tidak begitu menyisakan tempat bagi Belanda untuk mendominasi dunia lagi seperti halnya pada masa VOC,perusahaan terbesar secara ekonomi dan politik di dunia pada waktu itu, ikut mempengaruhi ketidaksolidan hubungan Indonesia dan Belanda. Selain doktrin awal kemerdekaan yang kuat dan berpengaruh tentang kolonialisme dan feodalisme yang menjadi musuh bersama, bersama dengan komunis hingga kejatuhan Soeharto yang melahirkan Reformasi, sekarang.

Belanda pada masa perang dunia II tidak lebih dari Negara pecundang yang, tidak mampu berbuat apa-apa pada kekuatan Jerman dalam mengokupansi dirinya, setelah sebelumnya, Netral pada Perang Dunia ke I, dan dengan nyaman mengkoloni koloni terbesarnya, Indonesia.

Ini juga yang bikin, dengan bermodalkan sedikit senjata bekas Jepang, Bambu runcing dan kesaktian dari “percaya diri”nya Indonesia bertahan melawan senjata berat Belanda selama 3 tahun perang 1945-1948 itu.

Dan PD IImelahirkan kekuatan dunia baru pada AS, dan Uni Soviet.

Dan sedikit banyaknya Belanda, yang terjebak kesulitan besar ekonomi, mundur dari Indonesia, karena determinasi AS dan Uni soviet yang masuk ke Indonesia pada waktu itu.

Lanjut lagi, kesimpulannya sih, beda persepsi, bikin beda arti dan akhirnya beda bentuk pengaruh satu sama lainnya. Belanda dan Indonesia berhubungan tapi gak pada pengaruh yang semestinya.

Diperkuat juga dengan dengan fakta bahwa gak ada Presiden Indonesia yang “berani” datang ke Belanda selama 69 tahun berjalannya Republik Indonesia kecuali Soeharto.

SBY yang sepuluh tahun berkuasa di Indonesia, gagal di kesempatan terakhir dan terbesarnya ke Belanda sebagai presiden yang mewakili Indonesia, kemarin waktu KTT Nuklir 3 bulan lalu, dengan “hanya” mengirimkan Wakil Presiden Boediono. Pun 4 tahun sebelumnya di 2010, ketika diundang Ratu Belanda, padahal SBY sudah bersiap waktu itu, tinggal duduk manis dan berangkat dengan pesawat.

Meski begitu mitos Indonesia dan Belanda berhubungan baik adalah tetap pernah akan terjaga (apapun artinya ini).

Indonesia terakhir mengirimkan presidennya di 1970 ketika Soeharto baru mengawali rezim 32 tahun kekuasaanya. Bahkan Gus dur yang kurang lebih cuma 1 tahun berkuasa namun selama kekuasaannya tersebut sering betul jalan-jalan ke luar negeri, tidak menyempatkan diri membesuk Belanda.

Penyebab utamanya ya persepsi itu. Dan Belanda, di negaranya sendiri, sangat mengakomodasi orang-orang (yang seharusnya bagian dari) Indonesia yang ikut berjuang dan berperang melawan pemerintahan Republik yang diproklamirkan Soekarno-Hatta di tahun 1945 itu.

Dan di dunia yang nyaris tanpa batas dengan arus informasi dan internet menjadi factor determinan sekarang ini, yang membedakan Negara satu dengan yang lainny adalah kepemilikan sumber dayanya.

Indonesia tetap kaya sumber daya dan semakin pelit dan rasional seperti Belanda, yang menjadikan keadaan yang lemah dalam persatuan dan kesatuannya.

Sementara Belanda adalah Negara kecil yang merupakan salah satu Negara termaju di Eropa dengan tingkat penganggurannya yang rendah dan ekonominya yang sangat baik, meski sudah kalah dari Indonesia sekarang, denga utang souvereigntynya yang lebih dari 40 % (bandingkan dengan Indonesia yang cuma sekitar 20%,dengan harga kebutuhan pokok yang bisa 1/10nya).

Dibanding Negara-negara Eropa barat lainnya yaitu, Perancis, Jerman, Inggris, Itali dan Spanyol yang memiliki rata-rata 4 kali luas dan jumlah penduduknmya, agak oot, tapi sedikit nyambung dengan peristiwa yang akan aktual belakangan ini : meski memiliki tim dan teori Speakbola yang hebat dan pernah 3 kali mencapai final Piala Dunia, tapi Belanda masih berkutat dengan inferior complexnya dengan Negara-negara Eropa lain tersebut.

Dan gw ngelihat sendiri sekarang ini di Amsterdam ini lebih banyak orang yang make bahasa inggris, yang mengindikasikan lebih banyaknya orang asing dibanding orang Belanda sendiri di pusat ekonominya.

Dengan ke direct an orang Belanda sebagai pendapat yang terpaksa gw terima sekarang ini, dengan Belanda dan Indonesia masih terpengaruh pada kekuatan besar AS terhadap duniasampai sekarang,Indonesia semakin seperti Belanda yang pelit dan rasional dengan insignifikansi yang tanpa kejelasan di hadapan negara-negara berkembang seperti Brazil, Cina, dan India,yang mungkin nanti akan menjadi kekuatan dunia pada dimensi besarnya nanti.

Sementara Belanda menjadi direct dan dunia semakin berkembang, gw juga mau sejajar dengan mereka dengan mengatakan bahwa siapapun mereka, sekarang, mereka pengen elo menjadi berhasil.

Meski begitu, sekarang, gw juga percaya kalau mereka juga gak pernah pengen elo lebih baik dari mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun