Desa Rowosari memiliki potensi durian yang melimpah berkat kondisi geografis dan iklimnya yang sangat mendukung. Terletak di daerah pegunungan dengan tanah yang subur dan cuaca yang ideal, desa ini mampu menghasilkan durian berkualitas tinggi sepanjang tahun. Selain itu, pengetahuan dan keterampilan masyarakat setempat dalam budidaya durian telah berkembang pesat, sehingga menghasilkan buah dengan cita rasa yang khas dan banyak diminati. Mengutip dari seorang ilmuwan dan juga seorang pioner yang ahli dalam pertanian, George Washington Carver mengatakan "It is simply service that measures success" yang dapat diartikan sebagai "Tumbuhan yang sehat berasal dari tanah yang subur, dan tanah yang subur berasal dari pupuk yang berkualitas. Pupuk sehat adalah dasar dari kebun yang berkelanjutan". Yah... hal ini cukup selaras dengan kondisi alam yang ada di Desa Rowosari. Potensi ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga, tetapi juga menjadikan Rowosari sebagai desa destinasi agrowisata yang menarik bagi pecinta durian dari berbagai daerah.Â
Namun, ada satu sisi permasalahan yang harus dituntaskan. Dibalik melimpahnya kekayaan alam yang dihasilkan, durian juga menyumbangkan sampah unfaedah berupa kulit durian yang cukup mengganggu kenyamanan lingkungan. Berdasarkan riset, kulit durian yang dikategorikan menjadi limbah ini ternyata mengandung serat kasar sebesar 33,87% dengan kandungan lignin yang tinggi, yaitu 12,11%. Selain itu, kandungan pati, pektin, minyak atsiri, flavonoid, saponin, unsur selulosa, serta senyawa ethanol juga sangat bermanfaat untuk dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos dan dalam bidang kesehatan lainnya. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak kulit durian memiliki potensi sebagai antibakteri dan anti jamur, sehingga dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi dan kosmetik. Dengan demikian, kulit durian memiliki nilai tambah yang belum banyak diketahui masyarakat luas.
Berdasarkan hal tersebut, Â pada bulan Juni 2024 TIM PROMAHADESA berhasil mengekstraksi bahan-bahan yang berharga dari kulit durian yang selama ini sering kali hanya menjadi sampah melalui Teknologi Tepat Guna (TTG) ekstraktor sehingga dapat menghasilkan multi produk. Salah satu pencapaian utama TIM PROMAHADESA ini adalah sabun cuci piring yang dibuat dari bahan alami hasil ekstraksi kulit durian. Sabun ini tidak hanya efektif membersihkan, tetapi juga ramah lingkungan karena menggunakan bahan yang terbarukan.
Selain itu, TIM PROMAHADESA ROWOSARI juga berhasil menciptakan Pupuk Organik Cair (POC) yang kaya akan nutrisi dari hasil ekstraksi limbah kulit durian. POC ini tidak hanya mengurangi limbah organik yang terbuang, tetapi juga memberikan alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam pertanian lokal.
Dengan terobosan ini, TIM PROMAHADESA ROWOSARI tidak hanya menunjukkan bahwa limbah dapat diubah menjadi sumber daya yang bernilai, tetapi juga memberikan inspirasi bagi masyarakat lain untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan dalam mengelola limbah dan menciptakan produk-produk inovatif yang bermanfaat bagi komunitas. "Inovasi ini kami rintis dari permasalahan yang ada di desa rowosari yang memiliki berbagai macam durian tapi tidak memiliki solusi tentang sisa sisa kulit durian yang memiliki potensi menjadi limbah dan mempengaruhi lingkungan sekitar, dna itulah yang membuat kami tergerak untuk memanfaatkan limbah kulit durian ini agar bermanfaat bagi warga sekitar dengan menjadikannya sebagai sabun cuci piring dan pupuk organic cair (POC), dan Alhamdulilah nya semua bisa terealisasikan dengan sangat baik"Â kalimat penutup dari Ahmad Reza Maulufi sebagai bidang riset dalam TIM PROMAHADESA ROWOSARI.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H