Mohon tunggu...
Rahman Ishaq
Rahman Ishaq Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menulis sedikit di banyak tempat...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jaringan Pendidikan Integritas

31 Juli 2011   01:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selama bertahun-tahun, upaya memberantas korupsi di Indonesia cenderung hanya menghasilkan "penjara yang penuh dengan koruptor".  Namun, karakter dan perilaku korup masih saja terjadi, bahkan cenderung makin parah.  Nampaknya, perlu ada gagasan baru untuk memahami korupsi dalam konteks yang lebih substantif.

Langkah massif yang dilakukan oleh berbagai kalangan di Indonesia cenderung berorientasi pada pendekatan hukum.  Asumsinya, orang-orang yang melakukan korupsi adalah pelanggar hukum.  Sehingga, perlu diberikan hukuman sebagai sanksi sekaligus untuk memberi efek jera.  Akan tetapi, rendahnya sanksi hukum yang dijatuhkan menjadikan perilaku korup tidak cukup tereliminasi, sebab berdasarkan kalkulasi ekonomi banyak pelaku korupsi yang merasa tidak cukup rugi jika dipenjara karena korupsi.

Sejak beberapa tahun ini, salah satu pendekatan yang coba dibangun oleh para penggiat antikorupsi adalah mengaktualisasikan integritas di berbagai sektor.  Adalah suatu organisasi non pemerintah, TIRI, didirikan oleh Frederik Galtung, yang mengusung ide tersebut.  Galtung sebelumnya adalah eksekutif di Transparency Internasional, namun belakangan ia mengundurkan diri dan mendirikan TIRI.

Salah satu program TIRI adalah Jaringan Pendidikan Integritas (Integrity Education Networks), yang tersebar di berbagai negara.  Jaringan ini beranggotakan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di seluruh dunia, yang mengusung ide-ide "mendorong bekerjanya integritas".  Asumsi yang dibangun adalah "integritas merupakan nilai yang ada di seluruh masyarakat, setiap organisasi, negara, bangsa, bahkan individu.  Ia ada disetiap agama, disetiap kebudayaan.  Perilaku korup terjadi karena integritas itu tidak bekerja".

Para anggota jaringan ini berkomitmen untuk memastikan integritas itu bekerja, sebagai langkah awal untuk menciptakan landasan yang kuat bagi gerakan antikorupsi.

Di Indonesia, IEN beranggotakan 75 perguruan tinggi, negeri dan swasta.  Universitas Paramadina dipercaya sebagai koordinator nasional Indonesia-IEN (I-IEN), yang mengkoordinasikan aktivitas dan program-program mendorong bekerjanya integritas bagi seluruh anggota.

Sejak tahun 2009, I-IEN telah melaksanakan puluhan aktivitas, antara lain: public lecture, penerbitan buku, penelitian, sharing experience, policy labs penyusunan kurikulum berbasis integritas, dan lain-lain.  Target minimalnya adalah individu-individu akademisi yang menjadi partisipan dalam jaringan ini setidaknya dapat menjadi agent of integrity yang berkomitmen untuk mendorong sikap dan perilaku berintegritas di perguruan tinggi masing-masing dan di lingkungan beraktivitas sehari-hari.

Pada bulan Nopember nanti, IEN akan melaksanakan National Coordination Meeting ke-3, yang direncanakan berlangsung di Denpasar, Bali.(*)

(Penulis adalah Koordinator Region Sulawesi I-IEN)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun