Mohon tunggu...
Rahman Ishaq
Rahman Ishaq Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menulis sedikit di banyak tempat...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jangan Ragu Bertanya di Kyoto

1 Oktober 2011   09:23 Diperbarui: 24 Desember 2015   09:15 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari kedua (Rabu, 21/09/2011) berada di Kyoto saya dilanda kebingungan: Bagaimana mencampai kampus?  Sehari sebelumnya, saat tiba, saya dipandu oleh seorang Student Volunteer.  Tapi hari ini saya harus ke kampus sendirian. 

Satu-satunya pegangan saya adalah selembar peta kampus yang menunjukkan dimana kampus berada.  Tetapi peta itu tidak cukup detail, sebab tidak ada gambaran saya harus menggunakan jalur yang mana. Maka, ketika tiba di halte bis, saya harus mencari tahu dulu Bis nomor berapa yang harus saya gunakan.  Sepengetahuan saya, saya harus menggunakan dua bis berbeda. 

Di halte bis ada penunjuk yang jelas mengenai rute-rute bisa, akan tetapi semua ditulis dalam huruf Kanji.  Saya sama sekali buta dengan huruf Kanji. Maka saya bertanya kepada satu-satunya orang yang ada di Halte Bis itu, seorang gadis remaja berseragam sekolah, yang nampaknya juga sedang menunggu bis:

"Excuse me, do you speak English?". 

Dia menyilangkan tangan, bahasa isyarat yang umum dipakai orang Jepang untuk mengatakan tidak. 

Gadis ini berusia belasan tahun. Kecuali di lingkungan kampus, jarang sekali orang bisa berbahasa Inggris di Jepang.  Jadi, saya tidak heran kalau remaja ini juga tidak bisa bahasa Inggris. Namun demikian, saya tetap saja menunjukkan peta yang saya bawa.  Di peta itu tercantum tulisan Doshisha University dan nama jalannya huruf Kanji.  Si remaja nampaknya mengerti bahwa saya ingin ke kampus itu. 

Maka dia pun mengambil handphone-nya, mengutak-atik sebentar, dan berbicara dengan bahasa Jepang (yang sama sekali tidak saya mengerti), namun juga memberi isyarat-isyarat tangan yang bisa saya mengerti maksudnya. Kira-kira ia berkata:

"Anda harus menyeberang jalan untuk menunggu bis di halte sebelah, lalu naik bis nomor 4, kemudian nanti pindah ke bis nomor 37 di persimpangan ke-5 yang dilewati".

Saya pikir itu sudah cukup.  Setidaknya, saya tahu bahwa saya harus mengambil bis di jalur sebelah, bukan di halte ini. Maka, saya menuju penyeberangan (kira-kira 10 meter dari halte itu), menunggu hingga lampu hijau untuk pejalan kaki, dan menyeberang.  Saya menunggu bis nomor 4 seperti yang disarankan.

Dari seberang jalan, saya memperhatikan remaja itu masih sibuk dengan handphone-nya.  Tidak lama kemudian, ia terburu-buru menuju tempat penyeberangan lalu menyeberang jalan dan mendatangi saya.  Nampaknya, tadi ia salah memberi petunjuk.  Ia kemudian mengambil kertas dari bukunya, dan menulis dengan huruf Kanji. Setelah itu, ia memberi bahasa isyarat lagi. Kira-kira katanya:

"gunakan bis nomor 9, lalu turun di halte ini, dan gunakan bis nomor 201 dan turun di halte ini". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun