Oleh: Yusuf L. Henuk*)
Tulisan ini sengaja diturunkan kembali media sosial setelah penulis menanggapi pemberitaan bahwa masih banyak masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) hidup di bawah garis kemiskinan. Ada yang masih tinggal di rumah gubuk dan ‘rumah bulat’ átau Lopo atau Ume Khubu yang memang sudah terkenal “Uniknya Rumah Adat Pulau Timor” (http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/08/22/uniknya-rumah-adat-pulau-timor--583007.html). Rumah Adat Pulau Timor (https://dhaverst.wordpress.com/2013/08/22/rumah-adat-pulau-timor; http://travel.detik.com/readfoto/2010/12/10/103441/1520406/1026/1/rumah-adat-di-ntt) atau Lopo adalah rumah adat yang terdapat di daerah Nusa Tenggara Timur (http://id.wikipedia.org/wiki/Lopo) dapat dikunjungi di Anjungan Nusa Tenggara Timur di TMII (http://www.tamanmini.com/anjungan/anjungan-nusa-tenggara-timur).
Pada umumnya, rumah adat ini berfungsi sebagai ”Lopo”, Balai Kearifan Suku Timor (http://nasional.kompas.com/read/2013/11/02/0933085/.Lopo.Balai.Kearifan.Suku.Timor) dan “gudang makanan”: Hasilyang dipetikdisimpansetelahbibitdisisihkandandisimpan dalamlopoataujugaUmeKbubusambildiasapi.Simpanantersebutdihitungdalamsatuanuntukjagungperenambutir= 1 aisaf, 10aisaf= 1 kebutudantigakebutu= 1 kuda. Sedangkanuntukpadiempattaka= 1 suat, 4 suat= 1 blik(soka). (http://yoksi.blogspot.com/2011/12/sejarah-dan-kebudayaan-daerah-kabupaten.html). Sedangkan, Foto Rumah adat di NTT dapat diklik di: http://pemandangan.fotoindonesia.com/16038/rumah-adat-di-ntt.html).
Dengan perkataan lain, Rumah Adat Timor : Lopo yang digunakan untuk terima tamu di bawah,dibagian atas untuk gudang hasil panen @ACIdetikcom #NTT2 http://plixi.com/p/52283433 (https://twitter.com/aguslah/status/28461599540).
Adapaun tanggapan penulis di media sosial terbaca sebagai berikut: @ProfYLH: "@poskupang: Banyak Warga TTS Tinggal di Gubuk http://dlvr.it/859Dvr"@ProfYLH:"SALAH PERSEPSI 'LOPO' BUKAN SEKADAR GUBUK, KAYAKNYA PRINSIP WARGA TTS YANG PENTING "Kit Tidur Tetap Sonu'". BAHKAN BAGI WARGA TTS YANG BIASA MAKAN SIRIH PINANG JUSTRU TINGGAL DI 'GEDUNG' TERASA TERSIKSA JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TINGGAL DI 'LOPO' YANG TAK PERLU TAKUT TEMBOK 'GEDUNG' KOTOR, JADI ORANG TTS LEBIH BAHAGIA SEBENARNYA TINGGAL DI LOPO. BUKTINYA WARGA TTS WALAUPUN PUNYA 'GEDUNG' UNTUK 'TAMU' TAPI PASTI SELALU PUNYA 'LOPO' YANG TERLETAK DI BELAKANG 'GEDUNG' UNTUK MEREKA MELAKUKAN SEMUA AKTIFITAS SEHARI-HARI SEPERTI MEMASAK, TIDUR DAN LAIN SEBAGAINYA.
Menurut Dima dkk. (2013), “Ume kbubu merupakan rumah tradisional masyarakat di pulau Timor bagian barat (bagian negara Indonesia) dan termasuk Desa Kaenbaun di dalamnya. Ume Kbubu merupakan bangunan berbentuk bulat dengan atap dengan material alang-alang yang hampir menyentuh tanah. Ume Kbubu berasal dari kata Ume yang artinya rumah dan Kbubu yang artinya bulat sehingga Ume Kbubu artinya rumah yang berbentuk bulat. Ume Kbubu dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai tempat tinggal dan melakukan aktifitas seperti memasak, tidur dan lain sebagainya. Sebuah keluarga harus memiliki terlebih dahulu ume kbubu barulah boleh membangun jenis rumah yang lain dandisimpulkan bahwa “the concept space in ume kbubu formed by existing activities. In all four types of ume kbubu, there are some concepts of space remaining constant such as cooking area which is always located on the back of the room, the rest area on the left or right side of the room, area of traditional rituals placed in the middle, transitional area in the front porch, and outdoor spaces area” (Jurnal RUAS, Volume 11 No 1, Juni 2013, ISSN 1693-3702: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=38&ved=0CFIQFjAHOB4&url=http%3A%2F%2Fruas.ub.ac.id%2Findex.php%2Fruas%2Farticle%2Fdownload%2F118%2F133&ei=T4K0VPvAH8OAuwTr94HICQ&usg=AFQjCNFFdBzyJLhSQPD0VvkP3rblfF-Tug&bvm=bv.83339334,d.c2E).
SEJARAH DAN KEBUDAYAAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN (TTS). AINAF, ANANA”PONI dapat dibaca disini: http://yoksi.blogspot.com/2011/12/sejarah-dan-kebudayaan-daerah-kabupaten.html. Sedangkan, “Struktur Ruang Pemukiman Suku Atoni di Timor telah diulas dengan begitu baik oleh Tallo (2013) yang dipublikasi di Jurnal Tesa Arsitektur, Vol. 11 (1), Juni 2013 (http://eprints.unika.ac.id/13687/1/Amandus_Jong_Talo-tesa_11-1-2013.pdf).
Singkatnya, “‘Rumah Bulat’ Jadi Sumber Penyakit di Nusa Tenggara Timur?” Tetapi telah dibantah juga oleh masyarakat TTS. “Ibu dokter, (meskipun) dari kecil kita (hanya) makan jagung kosong saja, bisa besar dan punya anak. Yang penting besar dan hidup,” kata Dr. Suryowati dengan kesal, ketika menirukan bantahan para peserta pelatihan” (http://ecosocrights.blogspot.com/2006/06/rumah-bulat-jadi-sumber-penyakit-di.html).
*) Guru Besar di Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT, - INDONESIA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H