Mohon tunggu...
Sri Supraba
Sri Supraba Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang Kompasianer di Zona Sri Supraba

Penulis merupakan seorang guru di SMK Negeri 1 Seyegan Sleman Yogyakarta. Saat ini mengajar pada jurusan Teknik Komputer dan Jaringan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Glowing dengan Deep Learning

13 November 2024   23:00 Diperbarui: 13 November 2024   23:04 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Menteri berganti, kurikulum berubah" adalah pandangan umum di dunia pendidikan Indonesia. Hal ini sering dianggap sebagai tantangan dalam mencapai stabilitas dan konsistensi pembelajaran di sekolah. Saat menteri baru masuk, kurikulum kadang disesuaikan atau diperbarui sesuai dengan visi dan misi baru, yang sering kali dimaksudkan untuk mengikuti kebutuhan zaman atau pendekatan pendidikan modern. Namun, perubahan yang terlalu sering dapat menyebabkan kebingungan bagi guru, siswa, dan pengelola sekolah, yang harus beradaptasi kembali dengan pendekatan atau metode pengajaran yang berbeda.

Wacana perubahan kurikulum baru di Indonesia menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Hal ini tidak lepas dari pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Abdul Mu’ti yang memberikan isyarat akan adanya perubahan kurikulum merdeka dengan nama baru kurikulum Deep learning. Menurut Mu'ti, Deep learning bertujuan memberikan pengalaman belajar lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Deep learning memiliki tiga elemen utama, yaitu Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning. Mindfull Learning: menyadari keadaan murid berbeda-beda, Meaningfull Learning: mendorong murid berpikir dan terlibat dalam proses belajar, Joyfull Learning: mengedepankan kepuasan dan pemahaman mendalam.

Perbedaan mendasar dari kurikulum merdeka dengan Deep learning adalah fleksibilitas dan pemahaman konsep. Kurikulum merdeka memberikan banyak pilihan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan minat yang disesuaikan dengan gaya belajarnya. Sementara kurikulum Deep learning lebih fokus pada pemahaman konsep dalam belajar. Analogi dari kurikulum merdeka adalah sebuah warung makan dimana terdapat berbagai macam menu makanan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan selera mereka, sementara guru seperti seorang chef untuk memandu peserta didik agar dapat memasak sesuai dengan keinginan mereka.

Kurikulum merdeka memberikan kebebasan kepada sekolah  untuk menyesuaikan  materi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa di sekolah tersebut. Tidak semua sekolah harus memberikan materi yang sama pada peserta didik. Kurikulum merdeka juga menekankan pada pembentukan karakter siswa melalui profil pelajar pancasila. Berakhlak mulia, kreatif, kritis dan mandiri adalah karakter yang diharapkan dalam kurikulum ini.

Berbeda dengan kurikulum Deep learning yang lebih menekankan pada tiga elemen utama. Elemen yang pertama Pendekatan mindful learning yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran penuh (mindfulness) siswa terhadap proses belajar mereka sendiri, sehingga mereka lebih terfokus, terbuka, dan adaptif dalam memahami dan mempraktikkan materi yang diajarkan. Prinsip utama mindful learning adalah menghadirkan kesadaran pada setiap langkah belajar agar siswa dapat membangun hubungan yang lebih mendalam dengan apa yang mereka pelajari. Pendekatan ini mendorong siswa untuk lebih memahami, merasakan, dan terlibat secara aktif dalam proses belajar.

Elemen yang kedua adalah Pendekatan meaningful learning yang menekankan pada keterhubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pendekatan ini bertujuan agar pembelajaran tidak hanya bersifat hafalan, tetapi benar-benar dipahami dan relevan bagi siswa, sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih tahan lama dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. siswa harus mampu memahami dan menjelaskan mengapa rumus luas segitiga siku-siku itu ½ x alas x tinggi. Mengapa pensil terlihat patah ketika dimasukan ke dalam gelas berisi air jernih. Tentu pemahaman ini diddapatkan peserta didik melalui pembelajaran berbasis proyek atau dengan eksperimen yang dilakukan oleh murid itu sendiri.

Elemen yang ketiga adalah pendekatan joyful learning yang dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang positif, menyenangkan, dan memotivasi. Tujuannya adalah membuat siswa merasa nyaman, terlibat, dan antusias terhadap proses belajar, sehingga mereka dapat belajar dengan lebih efektif dan bersemangat. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk mengurangi stres dan tekanan dalam belajar serta untuk meningkatkan minat dan partisipasi siswa.

Agar kurikulum deep learning dapat berhasil sesuai dengan tujuanya maka dibutuhkan peran guru yang kreatif dan tanggap terhadap segala perubahan. peran guru sangat krusial untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya memahami teknik-teknik dan algoritma yang rumit, tetapi juga mampu menerapkan, mengeksplorasi, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis serta analitis. Peran guru dalam konteks ini tidak hanya sebagai pengajar atau penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator, mentor, dan penghubung antara teori dan praktik. Berikut beberapa peran guru dalam kurikulum deep learning:

  • Fasilitator Pembelajaran Aktif

Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa memahami konsep-konsep kompleks dengan cara interaktif. Guru mengarahkan diskusi, memberikan studi kasus, dan mengajak siswa terlibat langsung dalam latihan membangun dan menguji model deep learning, sehingga siswa belajar secara aktif.

  • Pembimbing Penguasaan Konsep Dasar

Guru perlu memastikan bahwa siswa memahami konsep dasar matematika, statistik, dan pemrograman yang menjadi fondasi deep learning, seperti aljabar linear, kalkulus, dan teknik optimasi. Guru harus mengidentifikasi kebutuhan siswa dalam hal ini dan memberikan penjelasan tambahan atau latihan agar siswa tidak hanya paham permukaan.

  • Penyedia Sumber Daya dan Alat Pembelajaran

Guru bertanggung jawab dalam menyediakan sumber daya yang relevan, seperti dataset, perangkat lunak, dan referensi pustaka yang mendukung. Ini termasuk mengajarkan siswa cara menggunakan framework Deep learning seperti TensorFlow atau PyTorch serta menyediakan akses ke sumber daya komputasi yang diperlukan untuk latihan.

  • Membangun Keterampilan Pemecahan Masalah

Dalam kurikulum deep learning, guru perlu membimbing siswa melalui proses pemecahan masalah dengan pendekatan yang sistematis. Ini termasuk membantu siswa dalam menganalisis data, memilih arsitektur model yang sesuai, mengidentifikasi masalah dalam model, dan melakukan tuning model agar hasilnya optimal.

  • Mendorong Eksperimen dan Kemandirian Belajar

Guru mendorong siswa untuk bereksperimen dan mencoba berbagai arsitektur atau metode tanpa takut membuat kesalahan. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merancang proyek mereka sendiri atau mengeksplorasi solusi, guru membantu mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan riset yang penting dalam bidang deep learning.

  • Pembimbing Etika dan Tanggung Jawab Penggunaan AI

Mengingat isu etika yang terkait dengan AI, guru berperan dalam memberikan pemahaman kepada siswa tentang tanggung jawab dan etika penggunaan deep learning. Hal ini mencakup kesadaran tentang privasi data, bias algoritmik, serta dampak sosial yang mungkin timbul dari aplikasi deep learning.

  • Pendorong Kolaborasi dan Kerja Tim

Guru dapat merancang tugas kolaboratif dan proyek kelompok untuk memupuk kemampuan bekerja dalam tim. Ini sangat penting dalam kurikulum Deep learning karena kolaborasi diperlukan dalam proyek data besar dan pengembangan solusi AI kompleks yang seringkali membutuhkan kontribusi dari beberapa bidang keahlian.

  • Mengembangkan Berpikir Kritis dan Analisis Data

Guru perlu melatih siswa untuk menganalisis data secara kritis, memilih fitur yang relevan, dan mengevaluasi kinerja model secara objektif. Dengan memberikan studi kasus atau tugas analisis data, guru membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang sangat diperlukan dalam deep learning.

  • Pemberi Umpan Balik yang Konstruktif

Memberikan umpan balik yang mendalam dan spesifik adalah salah satu peran penting guru dalam kurikulum ini. Umpan balik ini mencakup analisis kinerja model, pemilihan arsitektur yang tepat, dan cara mengatasi kendala teknis, sehingga siswa dapat belajar dari setiap langkah dan melakukan perbaikan.

  • Menghubungkan Teori dengan Dunia Nyata

Guru berperan dalam menjembatani teori deep learning dengan aplikasi nyata. Misalnya, mereka bisa membawa contoh dari industri seperti diagnosis medis otomatis, pengenalan wajah sehingga siswa memahami bagaimana pengetahuan yang mereka pelajari dapat diterapkan dalam berbagai bidang.

Peran guru dalam kurikulum deep learning lebih dari sekadar memberikan materi, tetapi juga mendukung perkembangan intelektual, teknis, dan etis siswa. Dengan pendekatan yang mendalam, guru dapat membantu siswa mencapai penguasaan Deep learning yang tidak hanya bermanfaat dalam karier, tetapi juga memberikan dampak positif dalam kehidupan dan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun