Siapa yang tidak menyukai cokelat? Rasanya tak lengkap bila kue, es krim, cemilan kita tidak memiliki rasa khas dari cokelat. Sebagian besar masyarakat mayoritas telah dibuat jatuh cinta oleh citarasa cokelat itu sendiri.Â
Tidak saja dari sektor kuliner, tapi kini olahan cokelat dikembangkan menjadi aneka produk kosmetika seperti body butter, lotion, sabun, dan lain sebagainya. Tahukah Anda, bahwa produk cokelat dimulai dari tanaman kakao atau Theobroma cacao L.?Â
Dilansir dari Quarterly Bulletin of Cocoa Statistic yang dirilis oleh ICCO tahun 2018 menyatakan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga dunia, sebagai negara produsen dan eksportir dunia.Â
Negara Pantai Gading di urutan pertama dan Ghana di peringkat kedua pada angka perolehan di tahun 2016.Â
Kakao yang berasal dari hutan hujan tropis Amerika cocok dikembangkan di Indonesia yang merupakan negara yang beriklim tropis dan .
Adalah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia, lembaga penelitian khusus komoditas kopi dan kakao yang bernaung dibawah PT RPN dan merupakan satu-satunya di Indonesia yang berkantor pusat di Jl. PB. Sudirman No. 90 Jember, Jawa Timur.
Puslitkoka Indonesia mengembangkan penelitian mengenai komoditas kopi dan kakao sejak 1911 dengan nama Besoekich Proefstation.Â
Kini, Puslitkoka mengembangkan banyak penelitian dari banyak aspek seperti budidaya yang mencakup pemuliaan, proteksi tanaman, tanah, pascapanen dan lain sebagainya.
CCSTP adalah kawasan eduwisata yang mengajak masyarakat untuk lebih dekat dengan kopi dan kakao Indonesia, dimana kawasan ini ditumbuhi setidaknya didominasi oleh 80% tanaman kakao dan 20% kopi. Mari menengok CCSTP lebih dekat!
Pada hari libur, kawasan ini menjadi salah satu primadona destinasi pariwisata di Kabupaten Jember. Berakhir pekan di kawasan CCSTP ini tidak hanya memanjakan diri dan menyegarkan pikiran, namun juga memperkaya wawasan kita akan dunia per-kakao-an kita.Â
Sambil melihat-lihat, tidak ada salahnya jika Anda menyempatkan diri untuk membeli tiket kereta wisata seharga Rp. 10.000,- dan menikmati tur kebun dan pabrik pembuatan cokelat.Â
Disini, kita dimanjakan dengan hamparan perkebunan kakao dan kopi dan bila beruntung pada masa panen raya yaitu sekitar bulan Agustus-September, pemandangan pelangi dari buah-buah kakao (atau biasa disebut kolven) ranum benar-benar memanjakan mata.Â
Bila berkunjung di bawah pukul 12.00 siang, kita dapat melihat pekerja sedang melaksanakan kegiatan budidaya tanaman kakao.Â
Kegiatan yang dilaksanakan dapat berupa pemangkasan (pruning), pemupukan (fertilizing), perawatan tanaman dari hama dan penyakit, perawatan lingkungan tumbuh dan sanitasi, polinasi atau kegiatan penyerbukan buatan dengan bantuan manusia (hand pollination), hingga pemanenan (harvesting) bergantung pada jadwal dan musim.Â
Sebagian besar hasil panen buah kakao di Puslitkoka Indonesia dialokasikan untuk produksi benih. Selebihnya, dialokasikan untuk produksi olahan.Â
Selepas menikmati tur kebun, kita bisa beristirahat di taman yang berada di tengah area CCSTP sambil duduk santai dibawah naungan tanaman markisa, sembari menunggui adik/anak/keponakan kita bermain di kolam khusus anak-anak.Â
Puas berkeliling kebun dan berwisata sambil memberi makan satwa yang ada di taman, kita dapat mengunjungi Unit Produksi Cokelat dan menambah khazanah kita mengenai kuliner cokelat yang ada.Â
Unit Produksi ini tidak hanya memproduksi cokelat, namun menjadi satu dengan kopi. Dimulai dari pos hulu, dimana kolven-kolven dipecahkan dan diambil bijinya kemudian difermentasi, dikeringkan, disortir dan digudangkan.Â
Proses pascapanen ini tidak dapat menunggu terlalu lama, terutama proses pemecahan buah menuju ke fermentasi karena dapat menurunkan mutu dan mencegah kerusakan fisik yang disebabkan oleh serangga atau kerusakan kimia seperti terjadinya fermentasi yang tidak serempak hingga tidak terfermentasi dan mengakibatkan biji slaty yang citarasanya tentu tidak seenak biji yang terfermentasi sempurna.Â
Biji-biji kakao kemudian diproses di pabrik pengolahan, dimana biji dikukus untuk menurunkan cemaran mikroba, lantas disangrai guna mendapatkan citarasa khas cokelat.Â
Usai disangrai, biji kakao digiling guna memisahkan kulit dan nibs, atau remahan kepingan biji cokelat yang menjadi cikal-bakal cokelat. Nibs lalu dipastakan dan mulai dari sinilah penentuan jenis produk akan bergantung pada formasi bahan baku.Â
Untuk cokelat batang, maka pasta tidak perlu dipisahkan antara lemak kakao dan cokelat bubuknya. Sementara untuk cokelat minum berupa cokelat bubuk, pasta cokelat dimasukkan dalam mesin pengempa untuk memisahkan lemak dan bubuknya.Â
Kemudian ditambahkan bahan-bahan tambahan, dihaluskan kembali dan dicetak untuk produk cokelat makan. Tidak berhenti di situ, industri hilir cokelat di Puslitkoka Indonesia masih mengolah lemak kakao menjadi sabun dan cokelat putih.Â
Selepas menikmati tur kebun dan tur pabrik, kita dapat mengunjungi Outlet Kopi dan Cokelat dimana kita dapat beristirahat sembari menengok dan berbelanja buah tangan aneka produk berupa chocolate bar, praline, aneka olahan cokelat seperti cake, krim cokelat, biskuit dan kue kering, hingga truffle.Â
Terdapat juga aneka olahan kopi yang tak lain dan tak bukan merupakan hasil dari kebun kopi milik Puslitkoka Indonesia. Tak ada salahnya juga bersantap dengan sajian makanan besar atau main course dari menu Outlet Kopi dan Cokelat Puslitkoka Indonesia.Â
Di akhir wisata, kita dapat merefleksikan tentang rentetan perjalanan salah satu komoditas kebanggaan kita, yaitu kakao menjadi produk cokelat. Tentang jerih-payah ratusan-- bahkan ribuan-- orang yang terlibat dalam rangkaian budidaya, hingga produksi.Â
Bergelut dengan keringat dan air mata, pekebun yang rela berlama-lama di lahan guna memastikan kakao dapat dipanen dengan hasil yang maksimal, pegawai di pabrik yang mengolah biji hingga jadi bahan pangan dan lainnya.Â
Sungguh kita menyadari, perjuangan mereka dalam menyajikan legitnya cokelat tentu tidak semanis yang kita bayangkan.Â
Hal ini tentu tidak hanya untuk kakao, namun hampir segala produk pertanian, hortikultur, pangan serta perkebunan, dimana kita musti merefleksikan bahwa menghargai dan bersyukur adalah penting.Â
Di balik hal yang mungkin sepele atau remeh di mata kita-seperti sebatang cokelat- terdapat pengorbanan dan perjuangan ratusan hingga ribuan pasang tangan yang berkontribusi sehingga kita dapat menggunakan atau mengkonsumsi produk yang belum tentu mereka juga mampu menjangkaunya.Â
Tiga bulan lebih melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Puslitkoka Indonesia, rupanya telah membuka cakrawala pengetahuan dan tentunya yang lebih "mengguncang" saya ialah menyentuh relung hati, di mana catatan logbook, foto-foto weekly report, catatan perkuliahan atau catatan lapang hingga saya menuliskan tulisan ini, tiada artinya bila dibandingkan dengan nilai-nilai yang didapatkan.Â
Suatu hari di penghujung PKL, saya membeli sebuah truffle dan segelas krim cokelat dan menikmatinya di selasar Outlet.Â
Terbayang wajah-wajah yang sehari-harinya saya temui di kebun, gigih merawat dan saling bertegur sapa ketika bertemu di jalan kebun, segenap peneliti dan teknisi yang penuh semangat meski padat kegiatan demi memuliakan kakao dan kopi hingga di pelosok negeri, hingga keramahan pegawai produksi dan remahan cokelat yang kerap kali mereka berikan pada saya.Â
Sungguh, saya tidak dapat menggambarkan nilai-nilai positif yang mereka tebarkan, namun menghargai jerih payah dan bersyukur akan semua limpahan karunia dari Yang Maha Kuasa, seperti kakao mengajarkan hal ini kepada kita.
Sejenak saya kemudian memandang area perkebunan yang saat itu sudah siap untuk dipanen. Sepintas, tergambar pula raut sumringah dan senyum bangga mereka terhadap kakao Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H