Proses pascapanen ini tidak dapat menunggu terlalu lama, terutama proses pemecahan buah menuju ke fermentasi karena dapat menurunkan mutu dan mencegah kerusakan fisik yang disebabkan oleh serangga atau kerusakan kimia seperti terjadinya fermentasi yang tidak serempak hingga tidak terfermentasi dan mengakibatkan biji slaty yang citarasanya tentu tidak seenak biji yang terfermentasi sempurna.Â
Biji-biji kakao kemudian diproses di pabrik pengolahan, dimana biji dikukus untuk menurunkan cemaran mikroba, lantas disangrai guna mendapatkan citarasa khas cokelat.Â
Usai disangrai, biji kakao digiling guna memisahkan kulit dan nibs, atau remahan kepingan biji cokelat yang menjadi cikal-bakal cokelat. Nibs lalu dipastakan dan mulai dari sinilah penentuan jenis produk akan bergantung pada formasi bahan baku.Â
Untuk cokelat batang, maka pasta tidak perlu dipisahkan antara lemak kakao dan cokelat bubuknya. Sementara untuk cokelat minum berupa cokelat bubuk, pasta cokelat dimasukkan dalam mesin pengempa untuk memisahkan lemak dan bubuknya.Â
Kemudian ditambahkan bahan-bahan tambahan, dihaluskan kembali dan dicetak untuk produk cokelat makan. Tidak berhenti di situ, industri hilir cokelat di Puslitkoka Indonesia masih mengolah lemak kakao menjadi sabun dan cokelat putih.Â
Selepas menikmati tur kebun dan tur pabrik, kita dapat mengunjungi Outlet Kopi dan Cokelat dimana kita dapat beristirahat sembari menengok dan berbelanja buah tangan aneka produk berupa chocolate bar, praline, aneka olahan cokelat seperti cake, krim cokelat, biskuit dan kue kering, hingga truffle.Â
Terdapat juga aneka olahan kopi yang tak lain dan tak bukan merupakan hasil dari kebun kopi milik Puslitkoka Indonesia. Tak ada salahnya juga bersantap dengan sajian makanan besar atau main course dari menu Outlet Kopi dan Cokelat Puslitkoka Indonesia.Â
Di akhir wisata, kita dapat merefleksikan tentang rentetan perjalanan salah satu komoditas kebanggaan kita, yaitu kakao menjadi produk cokelat. Tentang jerih-payah ratusan-- bahkan ribuan-- orang yang terlibat dalam rangkaian budidaya, hingga produksi.Â
Bergelut dengan keringat dan air mata, pekebun yang rela berlama-lama di lahan guna memastikan kakao dapat dipanen dengan hasil yang maksimal, pegawai di pabrik yang mengolah biji hingga jadi bahan pangan dan lainnya.Â