Tumbal
Oleh Priyo Widiyanto
Di sekitar tahun 1970 an, sewaktu saya masih usia SMP, sering muncul istilah tumbal anak-anak. Isu tumbal anak-anak ini dimunculkan ketika akan ada proyek besar, semisal jembatan, bangunan besar bertingkat, atau pabrik. Kemunculan isu tumbal anak-anak ini membikin resah anggota masyarakat, akibatnya tidak ada anggota masyarakat yang berani mempertanyakan keberadaan proyek-proyek tadi. Mereka takut anaknya akan diculik dan dijadikan tumbal.
Mengapa yang diisukan akan dijadikan tumbal anak-anak seusia TamanKanak-kanak atau Sekolah Dasar? Anak seusia mereka ini masih lemah, mudah takut, dan hubungan dengan kedua orang tuanya masih sangat dekat, sehingga ketika diisukan akan ada anak-anak yang akan dijadikan tumbal akan banyak orang yang ketakutan. Di sinilah hakekat tumbal, yang dijadikan tumbal adalah sosok lemah, dan tidak berdaya. Sedangkan subjek yang menumbalkan adalah sosok yang pasti lebih kuat. Tumbal muncul karena ada tujuan tertentu, yang diiringi dengan proses yang tidak wajar.
Menurut Wikipidea, tumbal adalah sesuatu atau seseorang yang diserahkan sebagai korban untuk suatu keinginan tertentu. Tumbal berkaitan erat dengan dunia mistik sehingga pembuktiannya sangat susah. Tumbal bisa berupa sesaji hewan maupun manusia. Seseorang yang dijadikan tumbal biasanya akan meninggal atau mengalami cacat seumur hidup. Akan tetapi di zaman sekarang ada yang dinamakan dengan istilah tumbal politik, yaitu demi kepentingan satu golongan mereka tidak segan mengorbankan kelompok ataupun orang lain demi mencapai tujuan mereka. Mengorbankan dalam istilah politik ini bukan berarti membunuh, melainkan menjatuhkan harga diri, jabatan, atau hal lainnya.
Kalau kita tidak mau dijadikan tumbal, hiduplah berdasarkan prinsip, kalau kita disuruh melakukan sesuatu dan menurut kita tidak benar, jangan dilakukan. Bila itu kita lakukan, kita bisa menjadi tumbal krn ditumbalkan oleh orang atau kelompok lain.