Mohon tunggu...
Priyo SM
Priyo SM Mohon Tunggu... swasta -

Wartawan, Penulis Buku, Broadcaster Televisi, Akupunturis, Penyayang hewan, Medis Veteriner

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Waspadai Film Kartun

1 Januari 2015   16:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:02 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14200805531091334574

Anda penyuka tayangan kartun ”Tom & Jerry”? Kartun idola ini sekarang tersaingi dengan kehadiran ”Masha & The Bear”.  Ada yang perlu dicermati, tayangan kartun di TV kita banyak unsur negatifnya.

TAYANGAN televisi untuk anak-anak tidak bisa dipisahkan dengan kartun. Kartun dianggap menyediakan hiburan bagi anak-anak.  Namun, sejatinya kartun tidak identik dengan tayangan untuk anak-anak. Kartun "Masha & The Bear" malahan banyak disukai juga oleh oranbg dewasa.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kartun juga dapat memberi pengaruh buruk kepada anak-anak. Banyak kartun yang mempunyai konten tidak sesuai untuk konsumsi anak-anak. Apalagi pola tokoh kartun seragam, mereka menyelesaikan persoalan dengan cara-cara kekerasan. Pesan utama tayangan kartun ibaratnya: “kekerasan wajib dibalas kekerasan!”.

Kita lihat saja, tokoh legendaris yang tidak pernah akur yaitu Tom dan Jerry (TAJ). Dua tokoh ini selalu digambarkan ribut terus-menerus dan nyaris tidak pernah rukun. Mereka identik dengan permusuhan yang tidak pernah berakhir. Bukan sebuah ”persahabatan abadi” dari dunia fabel (dunia binatang) yang acapkali ditiupkan orang tua saat mendongeng untuk anak-anaknya.

TAJ adalah komedi slapstick, yaitu sejenis komedi fisik yang mudah dicerna dan dipahami audiens. Isinya merupakan komedi yang rata-rata jalan ceritanya menempatkan tokoh utama pada posisi teraniaya, tersiksa dan celaka. Komedi ini mengandalkan adegan daripada dialog. Hanya saja, kekerasan selalu ada pada perseteruan mereka.

Film-film kartun kita juga masih didominasi oleh produk film import. Lihat saja film kartun Batman, Superman, Popeye, Mighty Mouse, Tom and Jerry, atau Woody Woodpecker yang akrab di kalangan anak-anak. Semuanya produk animator luar. Begitu juga film kartun Jepang seperti Doraemon, Candy Candy, Sailoor Moon, Naruto, Dragon Ball dan Satria Baja Hitam atau Power Ranger. Tayangan terakhir ini mempunyai andil besar atas terbentuknya sikap keberanian dan anti kezaliman. Hanya saja, keberanian untuk anak-anak Indonesia tentu berbeda halnya dengan anak-anak Jepang. Film-film tersebut sangat popular dan sempat mendominasi tayangan stasiun televisi kita.

Perhatikan pola yang dipakai pada film kartun (terutama yang bertemakan hero), alurnya selalu nampaktipikal. Pemecahan masalah tokohnya cenderung dilakukan dengan cepat dan mudah melalui tindakan kekerasan. Cara-cara seperti ini relatif sama juga dilakukan oleh lawannya (tokoh antagonis). Kesannya, kekerasan harus dibalas dengan kekerasan, kelicikan dan kejahatan lainnya perlu dilawan melalui cara-cara yang sama. Hal-hal yang tidak tepat untuk mendidik anak.

Tayangan untuk anak-anak di televisi banyak mengajarkan perilaku anti sosial, pemakaian bahasa yang buruk, dan penuh kekerasan dibandingkan unsur lain yang mendidik. Bahasa kekerasan yang muncul sering ditemukan dalam tayangan kartun yang di-dubbing apa adanya. Muncullah kata- kata goblok!, enyahlah!, kurang ajar!  sebagai terjemnahan dari bahasa aslinya.

KPI sempat memberi teguran keras (18/9/2014) terhadap animasi 2D “Tom and Jerry/TAJ”. Muatan TAJ dianggap sarat dengan kekerasan. Hal ini dikhawatirkan akan membawa dampak buruk bagi perkembangan psikologi remaja.

Pengaruh Budaya Asalnya

Film tidak sekedar tontonan belaka, karena membawa ideologi, nilai, dan budaya masyarakatnya. Perbedaan budaya, ideologi, dan agama negara produsen kartun ikut mewarnai subtansi pembuatan film tersebut. Mungkin ini salah satu alasannya, film kartun ”Upin dan Ipin” mudah diterima karena lebih “membumi”. Sementara yang lain cenderung ”western”.

Tema cerita dalam serial kartun “Upin dan Ipin” sangat sederhana dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Serial kartun produksi Malaysia ini bercerita tentang kehidupan keluarga sederhana di sebuah kampung di Malaysia. Tayangan ini mengangkat pesan-pesan agama Islam dan budaya Melayu, serta sarat dengan pesan moral yang positif.

Setiap pesan --yang rata-rata sangat berharga-- dikemas dengan sajian cerita yang sederhana dalam serial kartun ini. Karakter “Upin dan Ipin” baik untuk ditiru anak-anak karena memiliki sifat sederhana, pemberani, punya rasa ingin tahu yang besar, dan membumi. Mengajarkan nilai-nilai kekeluargaan yang ditunjukkan dari keharmonisan pemain-pemainnya. Anak-anak bisa sekaligus belajar idiom Inggris yang kadang dipakainya.

Sebuah film kartun lain yang sangat popular, yaitu Sinchan, ditampilkan sebagai anak nakal yang selalu membuat kacau dan selalu merepotkan orang tuanya. Ia diplot sebagai anak yang juga menyukai wanita-wanita dewasa. Bagi sebagian orang film kartun ini menghadirkan kelucuan, namun karakter buruknya membahayakan bagi diri anak-anak yang menyaksikannya. Sementara tokoh komik Teletabies yang senang dengan idiom “berpelukan” dianggap “tak jelas kelaminnya”. Sementara orang menganggap mengajarkan kasih sayang sejenis.

Kartun Baik

Kartun juga dapat dijadikan sebagai medium edukasi bagi pemirsa. Sebut saja Dora the Explorer, acara ini dapat membantu anak-anak belajar (eksplorer) mempelajari sekitarnya dan merespon pertanyaan yang diajukan. Beberapa penelitian menempatkan Dora sebagai kartun yang baik.

Contoh lain, tayangan kartun animasi “Masha & The Bear” yang saat sekarang tayang di ANTV. Kepolosan yang ditampilkan oleh sosok gadis kecil bernama Masha mewakili dunianya (dunia anak-anak). Tampil apa adanya dengan nalar logika anak-anak seusia 5 tahun. Tayangan dari Rusia ini berkumpar soal persahabatan Masha dan si Beruang (Misha).

Binatang lain penghuni kampung juga menjadi sosok pendukung cerita. Ada sejumlah binatang pendukung dalam film animasi itu. Ada kelinci penyuka wortel, ada landak, ada tupai, ada babi, ada kupu-kupu, ada anjing dan kucing yang menjadi penjaga rumah Masha, dan juga ikan di lubuk.

Figur-figur ini tampil dalam tayangan sebagai kesatuan yang universal. Masha berinteraksi dengan figur-figur binatang tidak menggunakan bahasa manusia. Ia menyapa dengan kepolosan, kejujuran dan gaya khas anak-anak yang tidak ada tendensi dan maksud apa-apa. Masha berintetraksi dengan menggunakan bahasa kalbu, bahasa hati, dan bahasa persahabatan. Lepas dari bahasa orang dewasa. Beruang baik hati seperti Misha sepertinya dihadirkan sebagai ibu, kaka, teman yang ngayomi.

Kepolosan tokoh Masha sangat menghibur. Kepolosan, kesederhanaan dan kejenakaan Masha menjadi daya tarik penonton. Kenakalan Masha adalah kenakalan khas anak-anak dan tidak tercemari dengan pengaruh masa ini.

Kehadiran Masha dan Misha si Beruang sebagai 2 tokoh dalam film itu memunculkan cerita persahabatan yang hakiki. Nilai-nilai persahabatan yang hadir di sela-sela kenakalan serta kejahilan. Relasi antara Masha dan Misha menjadi contoh menarik sebuah persahabatan harmonis di  tengah beragam perbedaan duniawi masa sekarang. Hal-hal yang tidak banyak ditemukan dalam  film dan kartun untuk anak-anak sekarang. Masha & The Bear yang baru lolos sensor tahun 2013 ini bisa menjadi contoh baik bagi pendewasaan anak-anak. Ia bisa menggantikan TAJ yang cenderung penuih kekerasan.

Efek Negatif Kekerasan

Televisi, telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan anak. Para psikolog berpandangan bahwa televisi mempengaruhi cara berpikir dan perilaku anak. Anak-anak mudah mengadopsi nilai-nilai yang disampaikan melalui tayangan televisi. Berbagai pesan kekerasan terus membombardir anak-anak dan terkristalisasi dalam kepribadiannya.

Berbagai riset intensif mengenai kekerasan tayangan televisi di Amerika Serikat, akan membuat anak terbawa sikap antisosial atau perilaku agresif terhadap anak lain. Mereka juga kurang peka terhadap penderitaan orang lain. Selain itu mereka akan lebih cemas, takut menghadapi dunia sekitarnya. Secara umum, tayangan untuk anak-anak di televisi banyak yang mengajarkan perilaku anti sosial, pemakaian bahasa yang buruk, dan penuh kekerasan dibandingkan unsur lain yang lebih mendidik.

Berdasar pola acara kartun, ada sekitar 6 (enam) stasiun yang menayangkan acara kartun. Dari kartun-kartun tersebut, ada beberapa kartun yang aman ditonton oleh anak-anak, namun ada pula kartun yang bahaya untuk ditonton anak-anak karena dapat memberi pengaruh buruk kepada mereka.

Saat ini Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memiliki catatan kartun-kartun yang perlu diwaspadai oleh orang tua agar mengontrol anak-anak mereka dan dapat dijadikan panduan bagi mereka dari segi mana yang yang boleh ditonton dan mana yang tidak. Pengawasan dan pendampingan orang tua selama anak menonton TV sangat diperlukan agar mereka tidak salah memberikan persepsi terhadap apa yang ditonton.

Sepertinya film kartun sangat sepele dan aman dilihat, namun bahaya besar terselip dalam muatannya. Cermati saat anak-anak menonton kartun. @ Priyo SM

Source photo Masha Et Michka: http://id.wikipedia.org/wiki/Masha_and_the_Bear

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun