Mohon tunggu...
Priyo SM
Priyo SM Mohon Tunggu... swasta -

Wartawan, Penulis Buku, Broadcaster Televisi, Akupunturis, Penyayang hewan, Medis Veteriner

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Stroke, Berpacu dengan Waktu

2 Januari 2015   15:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:58 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_387858" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Apa yang dilakukan seandainya seorang anggota keluarga Anda terkena gejala stroke? Kita berpacu dengan waktu, “time is brain”!

'STROKE dapat dicegah dan stroke dapat diobati'. Jargon ini menjadi semacam pameo bahwa seseorang yang terkena stroke bisa normal kembali bila ditangani dengan tepat.

Prinsip pengobatan stroke adalah ”menyelamatkan nyawa dan membatasi kecacatannya”. Karena itu mencegah stroke akan jauh lebih baik. Setiap orang (terutama orang terdekat) bisa ambil bagian untuk memperkecil terjadinya stroke.

Salah satu penanganan stroke yang optimal adalah berpacu dengan waktu, 'time is brain'. Semakin cepat tertangani kasusnya, maka akan semakin besar kemungkinan pemulihan. Batas waku penanganan stroke yang optimal adalah 4,5 jam (atau 3-6 jam sebagai golden period). Tindakan cepat perlu dilakukan untuk menyelamatkan jaringan otak akibat kekurangan pasokan nutrisi dan oksigen. Begitu otak tidak mendapatkan darah yang cukup, maka 90 detik kemudian akan terjadi kematian jaringan otak.

Tak berlebihanlah bila tema hari stroke sedunia tahun ini adalah 'Apa yang dapat saya lakukan?'. Sebuah tantangan bagi setiap orang untuk dapat memberikan kontribusi bagi semakin baiknya pelayanan stroke di dunia. Tema ini mengajak setiap orang berkontribusi, meski sekecil apa pun, untuk mencegah stroke.

Stroke adalah satu dari tiga jenis penyakit yang paling tinggi tingkat kejadiannya dan membawa kematian. Stroke adalah satu dari 3 serangkai penyakit yang sangat berbahaya, yaitu jantung, kanker, dan serangan otak.

Stroke disebabkan oleh akumulasi faktor risiko stroke. Faktor risiko stroke ada yang tidak dapat diubah dan ada yang dapat diubah. Faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga dan riwayat stroke sebelumnya.

Oleh karena itu, laki-laki ternyata lebih mudah terkena stroke dibanding perempuan. Pasien berusia tua lebih mudah terserang daripada pasien usia muda. Kulit berwarna lebih mudah terkena stroke dibanding ras kulit putih. Sebaliknya seseorang dengan riwayat keluarga pernah terkena stroke akan memiliki risiko yang lebih besar pula.

Faktor risiko stroke yang dapat diubah di antaranya penyakit hipertensi. Sekitar 60-70 persen pasien stroke bersamaan dengan menderita hipertensi. Penderita hipertensi tidak memberikan gejala yang spesifik. Pasien hipertensi biasanya baru datang berobat akibat sudah muncul komplikasi. Ketika disadari, komplikasi hipertensi sudah parah (misalnya: penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal).

Faktor risiko stroke lainnya adalah diabetes yang tidak diobati, kadar kolesterol darah yang tinggi, kegemukan (obesitas), merokok, gangguan tidur, dan kekentalan darah yang berlebih. Penyakit-penyakit tersebut akan mempercepat penyumbatan dan merusak pembuluh darah.

Pencegahan stroke diawali dengan mengenali faktor risiko stroke pada diri kita semua. Kenalilah faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan pada diri Anda, pada kerabat atau keluarga dan masyarakat sekitar Anda. Setelah itu lakukan pengendalian fakor risiko stroke tersebut. Kendalikan tekanan darah yang tinggi dengan membatasi asupan garam, menghindari stress, mengonsumsi banyak buah dan sayur, berhenti merokok, dan berolahraga secara teratur.

Pada banyak keadaan seringkali diperlukan intervensi obat-obatan untuk mendukung perubahan pola hidup yang telah diusahakan. Berbagai penelitian menunjukkan keberhasilan program intervensi faktor risiko untuk menurunkan angka kejadian stroke. Angka kejadian stroke di berbagai negara menunjukkan penurunan akibat program pengurangan konsumsi garam, kampanye berhenti merokok, dan diet kaya buah dan sayur.

Kampanye Stroke

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena stroke. Dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan atau berat. Jumlah penderita stroke setiap tahun cenderung meningkat.

Perhimpunan stroke di Amerika Serikat mengampanyekan penggunaan alat ukur sederhana untuk deteksi dini stroke. Alat ukur ini dikenal sebagai FAST (Face, Arm, Speech, and Tell Test). Atau mudahnya diterjemahkan sebagai 'senyum, gerak, dan bicara'.

Bagaimana caranya? Amati, apakah pasien mengalami masalah untuk tersenyum, mengangkat lengan, atau tatkala bicara? Salah satu gangguan dari fungsi senyum, gerak dan bicara menjadi pintu masuk kecurigaan kita akan gejala stroke pada pasien. Penanganan stroke adalah berpacu dengan waktu. Penanganan yang cepat dan tepat akan sangat menolong.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Semua pihak perlu peduli tentang faktor risiko stroke. Terutama mereka yang memiliki riwayat stroke dan hipertensi pada keluarganya. Peluang anggota keluarga terserang stroke membuat kepedulian terhadap stroke menjadi penting diketahui.

Pertanyaan singkatnya, apakah orang-orang terdekat Anda sudah care (peduli) akan ”tekanan darahnya minggu ini?' Sudahkah dilakukan intervensi untuk menurunkan tekanan darah tersebut? Apakah orang-orang terdekat sudah berhenti berhenti merokok? Sudahkah memperbaiki pola hidup sehat sehari-hari?

Tak ada salahnya, kenali secara dini gejala stroke. Ingat kampanye 'Senyum, Gerak dan Bicara' ketika mencurigai seseorang terkena stroke. Catat kontak puskesmas, dokter dan RS terdekat untuk sewaktu-waktu diperlukan bila ada keluarga yang terserang stroke. Segeralah bawa pasien ke RS yang memiliki fasilitas stroke memadai. Jangan tunda lagi. Petugas medis akan menangani pasien stroke dengan langkah-langkah tepat. @- Priyo SM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun