Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek dengan 1 cucu yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dididik dengan Keras - Ditempa oleh Pengalaman, Jadilah Saya The Handyman

3 Februari 2025   06:10 Diperbarui: 3 Februari 2025   15:03 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul ini mungkin terdengar sombong bagi sebagian orang, tapi biarlah. Saya hanya ingin berbagi kisah tentang bagaimana saya dibentuk sejak kecil oleh ayah saya, seorang pemborong bangunan.

Masa kecil saya tidak mudah. Ayah mendidik kami dengan keras, bukan karena tidak sayang, tetapi karena ingin kami menjadi anak-anak yang tangguh dan mandiri. Di rumah, hampir semua peralatan dan perabotan adalah hasil kerja sama seluruh anggota keluarga, ada meja, tempat tidur, lemari baju, lemari buku bahkan yang paling konyol ayah saya menugaskan kami untuk membuat meja untuk membaringkan jenazah. Sampai saat ini masih ada dan kokoh karena terbuat dari kayu jati. Saya sendiri sudah terbiasa menyerut kayu, mengamplas, dan mengecat sejak kecil.

Saat listrik mulai masuk ke desa, saya yang memasang seluruh instalasi listrik di rumah sepulang sekolah, dibantu oleh tiga adik laki-laki saya. Beberapa rumah saudara juga kami yang kerjakan, tanpa bayaran, cukup dikasih mie rebus pakai telur bebek. Begitu pula dengan pompa air—kami tidak memanggil tukang, kami memasangnya sendiri, termasuk sistem perpipaan (plumbing)-nya.

Rumah kami berukuran 10 x 30 meter, dan setiap tahun saya yang bertanggung jawab mengecatnya. Dua bulan sebelum puasa, saya sudah mulai bekerja, memastikan setiap sudut dinding bersih dan mengilap, agar rumah tampak kinclong saat lebaran tiba.

Kini, saya bersyukur atas semua pengalaman itu. Tuhan telah memberi saya kelimpahan, dan saya telah mampu membangun lima rumah yang saya desain dan kerjakan sendiri. Saya hanya dibantu oleh dua orang tukang dan dua tenaga kasar. Padahal setiap rumah saya berukuran lebih dari 200 meter persegi. Hampir semua pekerjaan saya tangani sendiri, mulai dari konstruksi awal hingga pemasangan detail, sementara para tukang hanya menangani bagian finishing. Semua keterampilan yang saya miliki sekarang adalah hasil didikan keras ayah saya di masa kecil.

Untuk mendukung hobi sekaligus pekerjaan saya, saya memiliki workshop di lantai tiga rumah saya yang dilengkapi berbagai peralatan. Saya punya peralatan las besi dan stainless, alat kerja aluminium, instalasi listrik, plumbing, hingga perkakas untuk pekerjaan kayu. Dengan semua ini, saya bisa mengerjakan banyak hal sendiri dan menghemat biaya yang luar biasa besar.

Contohnya, untuk pembuatan railing tangga yang oleh tukang dihargai Rp52,7 juta, saya bisa mengerjakannya sendiri hanya dengan biaya Rp11 juta. Itu baru dari satu komponen. Penghematan dari pembuatan kusen pintu dan jendela aluminium, instalasi listrik, plumbing, konstruksi, dan detail finishing juga tidak kalah besar. Jika dihitung, hobi saya ini telah membantu saya berhemat miliaran rupiah.

Semua ini bukan sekadar beban, tapi pengalaman yang membentuk saya menjadi pribadi yang tidak takut kerja keras. Mungkin saat itu saya mengeluh, merasa hidup terlalu berat bagi anak seusia saya. Tapi kini, saya sadar bahwa semua tempaan itu adalah bekal terbaik yang pernah diberikan ayah kepada saya. Pengalaman itu membuat saya mendidik anak saya dengan pola yang sama, karena skill pertukangan makin langka dengan semakin berhasilnya pendidikan.

Pesan saya buat semua, jika tidak terlatih jangan coba-coba memperbaiki sendiri perabotan atau rumah anda. Apalagi jika di posisi sulit dijangkau atau memakai peralatan listrik. Ingat bahayanya!Ada seorang office boy di suatu sekolah melihat saya memperbaiki elektronik . Dia ikut-ikutan dan berakhir dengan kematian karena tersengat oleh arus playback tv tabung! Tragis bukan !?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun