Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek dengan 1 cucu yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fenomena Anies-Ahok dalam Pilpres 2029: Polarisasi Politik, Identitas, dan Isu Agama

29 Januari 2025   14:00 Diperbarui: 29 Januari 2025   11:12 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies & Ahok -Antara.com

Pendahuluan

Pilpres 2029 masih lima tahun ke depan, namun dinamika politik Indonesia selalu menarik untuk diprediksi. Salah satu skenario yang potensial adalah kemunculan kembali dua tokoh yang pernah berhadapan di Pilkada DKI Jakarta 2017: Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Jika keduanya menjadi kandidat utama dalam Pilpres 2029, maka fenomena politik yang terjadi akan memiliki kemiripan dengan peristiwa masa lalu, tetapi dengan tantangan yang berbeda. Isu identitas pribumi-nonpribumi serta keterkaitan Anies dengan organisasi Islam yang dilarang di Indonesia bisa menjadi faktor yang memperumit persaingan. Artikel ini akan menganalisis bagaimana faktor-faktor tersebut dapat membentuk kontestasi politik di 2029.

1. Kekhawatiran Pribumi: Isu Identitas yang Terus Berulang?

Isu identitas etnis telah lama menjadi bagian dari dinamika politik Indonesia. Jika Anies (keturunan Arab) dan Ahok (keturunan Tionghoa) kembali bertarung dalam Pilpres, maka bukan tidak mungkin akan muncul kembali narasi mengenai "kepemimpinan asli pribumi." Meskipun konstitusi Indonesia tidak membatasi kepemimpinan berdasarkan etnis, sejarah menunjukkan bahwa isu ini masih menjadi faktor penting dalam mobilisasi politik.

  • Narasi "Asli Pribumi" vs Keturunan
    Sentimen nasionalisme berbasis etnis bisa kembali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendiskreditkan kedua kandidat. Bisa jadi, muncul tokoh lain yang mengusung identitas “asli pribumi” sebagai lawan alternatif.

  • Dinamika Politik Elektoral
    Partai-partai politik bisa menggunakan isu ini sebagai strategi elektoral. Mereka yang ingin menarik pemilih berbasis identitas mungkin akan lebih cenderung mengusung figur lain sebagai penyeimbang.

Namun, ada kemungkinan bahwa masyarakat sudah semakin dewasa dalam memilih pemimpin berdasarkan kapabilitas, bukan etnisitas. Hal ini bergantung pada bagaimana media dan elite politik memainkan narasi ini dalam kampanye.

2. Isu Agama: Polarisasi Politik yang Berulang atau Reduksi Konflik?

Selain isu etnisitas, agama akan menjadi faktor yang tak kalah dominan dalam kontestasi politik. Anies Baswedan telah lama diidentifikasi sebagai tokoh yang memiliki kedekatan dengan kelompok Islam konservatif. Jika keterkaitan Anies dengan organisasi Islam yang telah dilarang di Indonesia diangkat kembali, ini bisa menjadi titik serangan bagi lawan politiknya.

  • Narasi Radikalisme vs Moderasi
    Jika lawan politiknya mengusung isu ini, bisa terjadi kampanye hitam yang mengaitkan Anies dengan kelompok-kelompok Islam garis keras. Sebaliknya, kubu Anies mungkin akan memainkan sentimen bahwa kepemimpinannya adalah representasi dari mayoritas Muslim di Indonesia, seperti yang pernah terjadi dalam Pilkada 2017.

  • Efek pada Pemilih Moderat
    Pemilih dari kalangan Islam moderat maupun kelompok nasionalis bisa terpecah dalam menghadapi pilihan ini. Bisa jadi, mereka akan mencari figur alternatif yang lebih bisa diterima oleh kedua kubu.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Analisis Selengkapnya
    Lihat Analisis Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun