Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek dengan 1 cucu yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id) Bantu saya dengan komentar dan penilaian atas tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anakku Bukan Kontenmu

27 Januari 2025   09:30 Diperbarui: 27 Januari 2025   09:30 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu merekam anaknya - kreasi AI

Di era layar yang terus berkedip,
Setiap tawa anak jadi berita yang signifikan.
"Bayi pertama kali bilang mama!"
Lalu diunggah, diberi filter, dihujani komentar.

Kamera ponsel adalah penguasa rumah,
Merekam langkah pertama dengan sorak gempita.
Tapi apa arti langkah itu,
Jika tapaknya tak pernah jadi milik si kecil jua?

"Untuk dokumentasi," begitu alasan klasik.
Tapi di balik layar, kalkulator terus berdetik.
Berapa like hari ini? Berapa endorse yang datang?
Anakku, kini kau hidup di bawah bayang-bayang uang.

Di dapur, aku jadi sutradara,
"Ulang lagi ya, Nak, ekspresinya kurang ceria!"
Kau berpura-pura, padahal ingin bebas,
Tapi aku terlalu sibuk menghitung peluang emas.

Masa kecilmu terjaring dalam algoritma,
Privasimu terkikis, menjadi harta benda.
Tak ada ruang untuk rahasia,
Semua hal tentangmu adalah komoditas dunia.

Oh, anakku, maafkan aku yang lupa,
Bahwa tawamu adalah milikmu, bukan milik kamera.
Bahwa tangismu adalah curahan jiwa,
Bukan konten yang pantas diberi caption jenaka.

Bertahun kemudian, kau tumbuh besar,
Melihat masa kecilmu di arsip digital.
"Kapan aku pernah setuju? Kapan aku diberi hak?"
Tapi jawabanku hanya diam, penuh rasa bersalah.

Anakku, kaulah bintang di panggung media,
Tapi di mana masa kecil yang harusnya sederhana?
Di taman bermain, di lumpur yang liar,
Bukan di studio rumah dengan lampu yang gemetar.

Jadi kini aku bersumpah, di depan layar ini,
Bahwa hidupmu adalah milikmu, tak akan kubagi.
Karena sharenting tak seindah kedengarannya,
Dan anak-anak butuh cinta, bukan sorak penonton semata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun