Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Redaktur www.fixen.id

Seorang kakek dengan 1 cucu yang telah pensiun dari hiruk pikuk dunia, banyak menulis fiksi di FIXEN (https://fixen.id) Bantu saya dengan komentar dan penilaian atas tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Penyesalan yang Dalam

26 Januari 2025   09:58 Diperbarui: 26 Januari 2025   06:58 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Termenung - kreasi AI

Sugeng berdiri di ujung jalan yang sepi, matanya kosong memandang ke arah rumah tuanya yang kini tampak usang. Rumah itu dulunya penuh dengan tawa dan kebahagiaan, tetapi sekarang hanya ada kenangan pahit yang menghantui. Ia datang kembali setelah bertahun-tahun menghindar, meninggalkan rumah, dan memilih untuk hidup dalam bayang-bayang kesalahan yang tak bisa diubah.

Dulu, ia tahu bahwa jalannya salah. Ia terperangkap dalam kebiasaan buruk, dalam perjudian dan kebebasan yang tak terkendali. Semua itu berawal dari keputusannya untuk menjauh dari rumah dan dari orang-orang yang peduli padanya. Tapi kini, setelah bertahun-tahun berada di jalan yang kelam, Sugeng tahu bahwa ia tidak bisa lagi lari dari masa lalunya.

Ia memasuki rumah yang dulu ia tinggali, tapi tidak ada yang sama lagi. Dinding-dindingnya rapuh, seolah ikut merasakan kepergiannya. Ibunya yang dulu selalu menunggunya, kini tak ada lagi. Sugeng tahu, ia terlambat. Tidak ada kata maaf yang bisa menghapus semua waktu yang telah hilang.

Di ruang tamu yang sunyi, ia duduk di kursi tua, meresapi kesendirian yang menyelimutinya. Lagu House of the Rising Sun terdengar samar dari radio yang masih berfungsi, seolah mengingatkannya akan apa yang telah hilang. Ia tersenyum pahit, merasakan setiap kata dalam lagu itu seolah ditujukan padanya.

"There is a house in New Orleans, they call the Rising Sun..."

Sugeng merasa seperti orang yang terjebak dalam lagu itu---terperangkap dalam pilihan yang salah dan tak bisa kembali. Ia tahu, rumah itu, House of the Rising Sun, adalah simbol dari kehidupan yang hancur dan penuh penyesalan, yang telah ia pilih dengan penuh sadar. Tapi sekarang, ia ingin kembali---bukan untuk memperbaiki apa yang sudah terjadi, tapi untuk mencari kedamaian dalam dirinya yang sudah lama hilang.

Mumet tenan - kreasiAI
Mumet tenan - kreasiAI

Sugeng duduk termenung di kursi tua itu, menatap sekeliling ruangan yang kini sunyi. Setiap sudutnya mengingatkan pada kenangan yang ingin ia lupakan, kenangan yang tidak bisa dipadamkan meski bertahun-tahun berlalu. Ia tahu, semua yang telah ia lakukan tidak bisa diperbaiki. Setiap keputusan buruk, setiap langkah yang ia ambil untuk menjauh dari rumah dan keluarganya, semuanya telah meninggalkan luka yang tak bisa sembuh.

"I've got one foot on the platform, and the other foot on the train..." suara lembut dari radio yang mengalun pelan mengiringi perenungannya. Sugeng menundukkan kepala, menahan perasaan yang datang begitu kuat. Seolah setiap kata dalam lagu itu menggambarkan perjalanan hidupnya---keputusan-keputusan yang membawanya pada penderitaan yang kini ia rasakan. Dalam keheningan itu, ia merasa seperti seorang pelancong yang terjebak di antara masa lalu dan masa depan yang tidak jelas, tidak tahu kemana harus melangkah.

Air mata perlahan menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak pernah mengira bahwa kembali ke rumah yang dulu ia tinggalkan akan membawa perasaan yang begitu berat. Namun, di balik semua penyesalan dan kesalahan, ia merasakan sesuatu yang lain---sesuatu yang tak pernah ia sadari sebelumnya. Rasa kesepian yang mendalam, rasa kehilangan yang ia bawa selama bertahun-tahun. Sugeng tahu, ia tidak hanya kehilangan orang-orang yang ia cintai, tetapi juga dirinya sendiri. Ia telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mencari kebebasan, padahal yang ia cari adalah kedamaian yang sudah lama hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun