Mahasiswa, tingkat selanjutnya dalam kasta pendidikan setelah menengah atas. Disii dengan para remaja yang menginjak usia dewasa dan dipenuhi dengan intrik unik lakon hidup mencari jati diri sebagai manusia.Â
Sejujurnya, tulisan ini bermula dari kebuntuan penulis untuk memulai tulisannya dalam menyusun suatu proposal penelitian. Ah, memang benar kata orang, bahwa yang sulit adalah memulai, dan yang lebih sulit lagi adalah istiqomah untuk menjalaninya. Duduk termenung di depan laptop dengan hanya menghasilkan sepenggal kalimat hanya membuat stress, dipadu dengan rumus matematika dan proses berpikir yang bejibun dengan pendapat para ahli, entah kenapa membacanya saja malah membuat pening.
Lantas, apa yang harus dilakukan ? Ada beberapa hal, salah satunya adalah cari suasana baru.
Duduk memandangi layar persegi panjang yang penuh dengan tulisan sangat mudah membuat stress diri, apalagi lokasinya adalah di kamar kos 3x4 dipadu dengan bau baju kotor bekas kemarin. Ah, makin pening saja rasanya. Oleh karena itu, suasana baru sangat diperlukan untuk menghilangkan segala kemacetan yang ada dalam otak, hehe.
Tapi dibanding itu, ada yang lebih penting lagi, yakni support system dan tekanan. Support system dalam hal ini adalah dukungan, baik dari keluarga, teman, atau bisa juga dia yang tersayang, ekhem berlaku bagi mereka yang mampu dan laku saja, wkwk.
Sebuah dukungan sangat diperlukan untuk mereka para mahasiswa yang bergelut diri dengan tugas akhir skripsi, karena dengan hal itu dapat membangun mood dan tekad untuk mengerjakan kembali pekerjaan yang tertunda. Di samping itu, akan memunculkan rasa tanggung jawab diri sebagai respon dari dukungan tersebut.
Bayangkan saja, sudah pusing, gak ada yang support, dapat pembimbing killer, tamat sudah perjalanan, hehe.
Beda ceritanya kalau misalnya ada supporst system apalagi do'i seraya berkata," Mas, kata abi kalau udah lulus main rumah ya sama orang tuanya."
"Yo gas, dek."
Hahaha, cukup bayangkan saja.
Oh iya, tulisan ini saya sengaja buat dalam kalimat yang sedikit gaul tanpa memerhatikan tata bahasa. Karena memang tujuannya adalah meratapi nasib bersama para mahasiswa lain yang mungkin keadaannya sama. Jadi, mohon di maafkan apabila banyak kata yang kurang sopan.