Pertarungan Jiraiya Vs Nagato
Kematian Yahiko membuat Nagato, Konan dan anggota Akatsuki yang lain terluka dalam. Kesedihan yang berlarut-larut membuat pikiran Nagato dan Konan sebagai pemimpin tertinggi Akatsuki saat itu kalut. Seiring dengan tumbuh dewasanya mereka berdua dan semakin piawainya Nagato dalam menggunakan mata Rinnengan datanglah Uchiha Obito (Madara).Â
Madara mempengaruhi pikiran Nagato dan membuat Nagato berubah pendirian. Kematian Yahiko membuat Nagato kalut dan dengan pengaruh Madara, akhirnya Nagato berpendirian bahwa untuk menciptakan perdamaian di dunia shinobi harus ditempuh lewat jalan kekerasan dan kepedihan. Sejak saat itulah Akatsuki berubah haluan.Â
Dari organisasi penjaga perdamaian di Amegakure berubah menjadi organiasasi kriminal paling berbahaya di anime Naruto. Kelak Akatsuki di bawah pimpinan Nagato banyak merekrut Shinobi pelarian dan kriminalis hebat dari banyak negara. Untuk menjadi anggotanya dan mengobarkan perang kepada negara-negara di dunia shinobi anime Naruto. Dendam dan kepedihan akan kematian Yahiko membuat Nagato dan Konan gelap mata.
Kabar tentang aksi kriminal Akatsuki ini akhirnya terdengar sampai ketelinga Jiraiya. Yang saat itu ada di negeri Konoha. Jiraiya mendengar kabar bahwa pemimpin Akatsuki bermarkas di Amegakure negeri tempatnya dulu mendidik tiga orang muridnya. Ingatan Jiraiya langsung tertuju pada ketiga muridnya itu.Â
Dia berpikir apakah ketiga muridnya itu sudah mati dibunuh Akatsuki atau masih hidup dan entah kemana. Atas rasa penasarannya Jiraiya kemudian ia meminta ijin kepada hokage kelima untuk melakukan penyelidikan ke Amegakure. Yang menjabat hokage kelima saat itu adalah temannya sendiri Tsunade Senju. Tentu Tsunade yang mengetahui sejarah Amegakure dan kekejaman Akatsuki awalnya melarang Jiraiya untuk pergi ke sana. Tetapi Jiraiya mendesak karena ia terbawa dengan nalurinya sebagai seorang guru. Guru yang dulu pernah mendidik tiga orang di Amegakure menjadi shinobi hebat. Dengan berat hati dan berlinang air mata akhirnya Tsunade mengijinkan Jiraiya.
Sampailah Jiraiya di negara Amegakure. Dia berkeliling kesana kemari untuk mencari informasi apakah betul negeri Amegakure sudah dikuasai pemimpin Akatsuki. Dia terdorong rasa penasarannya akan keberadaan ketiga muridnya. Sampai suatu ketika keberadaan Jiraiya di Amegakure diketahui oleh Nagato dan Konan. Terjadilah pertarungan Jiraiya melawan Konan. Jiraiya tidak asing dengan penampilan dan jurus yang dimainkan Konan. Karena dialah yang mengajarkan teknik-teknik dasar jurus itu kepada Konan. Konan terdesak dan hampir kalah. Sepanjang pertarungan Jiraiya menanyakan keberadaan Yahiko dan Nagato, tapi  konan tidak menjawab sepatah kata pun juga.
Konan terdesak dan hampir kalah di saat itulah Nagato bersama keenam Pain muncul untuk membantu Konan dalam melawan Jiraiya. Pertarungan dahsyat terjadi jual beli serangan dan jurus terjadi sepanjang pertarungan. Sampai tiba pada suatu momen dimana Jiraiya mengetahui bahwa yang menjadi pimpinan Akatsuki dan tokoh di balik layar itu semua adalah Nagato. Nagato menjadikan tubuh Yahiko semacam Zombie dan mengendalikannya dari jarak jauh dengan menggunakan kekuatan mata Rinnengan.
Semakin memuncak kemarahan Jiraiya. Di tengah pertarungan dia sudah diingatkan oleh dua ekor katak yang membantunya untuk segera pergi dan mengakhiri pertarungan ini. Karena jika dilanjutkan resikonya Jiraiya akan terbunuh. Tetapi Jiraiya gigih melanjutkan pertarungan itu. Karena Jiraiya berpikir adalah tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang guru untuk meluruskan murid-muridnya yang salah jalan. Meskipun dia harus kehilangan nyawanya sendiri. Pertarungan berakhir dan Jiraiya kalah mati terbunuh oleh Nagato dengan keenam pasukan Pain. Sesaat sebelum meninggal Jiraiya menuliskan pesan di punggung katak pembantunya. Pesan itu akan dikirimkan kepada muridnya yang lain yaitu Naruto agar kelak Naruto bisa mengembalikan jalan pikiran Nagato kakak seperguruannya ke jalan yang benar.
Prinsip Jiraiya Dalam Konteks Pendidikan Kekinian
Menilik pada konsep tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan sejatinya merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat (negara). Dewasa ini tidak dipungkiri banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku murid-murid. Pembulian, maraknya murid yang merokok, penggunaan sepeda motor ke sekolah yang semestinya belum diperbolehkan, tawuran antar pelajar, murid yang menempeleng dan membacok gurunya sendiri dan kenakalan-kenakalan remaja yang lainnya. Guru sebagai insan pendidik memang bertugas untuk menanamkan nilai budi pekerti luhur kepada muridnya. Menanamkan akhlak dan karakter mulia sehingga murid diharapkan bisa menjadi pribadi yang cerdas dan berkarakter baik.