Para operator sekolah ini sejatinya tidak semata berharap besaran nominal atau uang terimakasih yang akan mereka terima. Rasanya terlalu dangkal jika mengukur peran dan kerja keras si operator sekolah hanya dari sisi besaran nominal uang. Tetapi saya kira para operator sekolah ini membutuhkan iklim bekerja yang nyaman. Suasana bekerja yang kondusif yang hangat penuh support dan dukungan moral di tengah besarnya pressure dan tanggung jawab yang harus mereka pikul dalam konteks pencairan TPG. Menghargai dengan hati, merangkul dengan penuh kekeluargaan, mengajak dialog dengan hangat tentang kendala atau kesulitan yang mereka hadapi saya kira akan lebih bermakna dari hanya sekedar memberikan uang terimakasih saja. Harus jujur diakui bahwa menjadi seorang operator sekolah pada saat ini bukanlah sebuah pilihan yang nyaman. Apalagi jika latar belakang pendidikannya adalah seorang guru. Disamping ketidakjelasan nasib masa depannya juga karena pekerjaan operator sekolah itu bukanlah pekerjaan atau tugas pokok seorang guru. Tetapi lebih tepatnya pekerjaan seorang tenaga tata usaha (TU) atau tenaga administrasi sekolah. Meskipun kenyataan di lapangan, khususnya di sekolah-sekolah plosok dan pinggiran banyak guru yang bertugas merangkap sebagai operator sekolah. Karena keterbatasan jumlah tenaga kerja yang ada. Tapi toh apapun dan bagaimanapun rumitnya pekerjaan operator sekolah, mereka tetap melaksanakannya dengan segala suka duka yang ada. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih cerdas dan bijak di tengah riuh rendahnya situasi menjelang pencairan tunjangan profesi guru. Tetap semangat....Maju terus guru dan operator sekolah Indonesia....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H