Doni seorang lelaki muda baru lulus dari sebuah universitas. Perawakannya tidak terlalu tinggi rambutnya ikal matanya bulat selalu menebar senyum pada semua orang. Doni selayaknya sarjana yang lain setelah lulus lalu mencari pekerjaan. Meskipun sebagai seorang sarjana pendidikan agaknya dia tidak terlalu berminat untuk menjadi seorang guru.
Entah apa sebab dulu dia memilih jurusan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan saat akan berkuliah di jenjang S1. Hatinya tidak condong menjadi guru. Meskipun dia lebih menyukai dunia IT, komputer dan hal -- hal yang berbau teknologi toh pada akhirnya Doni tetap masuk ke jurusan calon guru itu. Mungkin karena ayah Doni adalah seorang guru. Ya seorang guru di sebuah desa terpencil.
Hari ini matahari terlihat sangat cerah. Memancarkan sinar menembus sela-sela dedaunan. Menghangatkan suasana pagi yang sungguh ceria. Doni membawa tas di punggungnya. Bajunya sudah rapi, rambutnya disisir dengan tertata, aromanya wangi seperti seorang pemuda yang akan bertemu dengan kekasih pujaan hatinya.
Doni berpamitan dengan ayah dan ibunya bersalaman sebelum meninggalkan rumah. Sampai di depan pintu kakak Doni menyapa :"Hai...mau kemana kau, pagi-pagi sudah rapi betul, kayak mau ngapelin cewek saja.". Doni tidak menjawab sepatah katapun. Hanya melempar senyuman manis dari bibirnya. Karena dia tahu, kakaknya Anto memang agak tengil dan suka menggodanya. Anto dan Doni adalah kakak beradik. Selisih usia mereka hanya terpaut satu tahun.
Doni menaiki sepeda motor antiknya dan segara menyalakan motornya. Sepeda motor Doni bukanlah sepeda motor baru yang keren seperti seperti sepeda motor teman-teman kuliahnya dulu. Itu hanya sepeda motor lawas warisan dari ayahnya. Ayah Doni dulu kerap memakai sepeda motor itu saat beliau masih aktif bekerja sebagai seorang guru. Kini ayah Doni sudah pensiun dan sepeda motor itu diwariskan pada Doni anak bungsu kesayangannya.
Doni melaju di jalan raya. Melihat suasana jalan raya di pagi hari dari atas motornya. Lalu lalang kendaraan, anak sekolah yang gugup berangkat karena takut terlambat, pedagang yang naik mobil bak terbuka berbondong bondong pergi ke pasar untuk mengais rejeki. Pemandangan itu dilihatnya sepanjang jalan.
Tidak terasa dia sudah sampai di pintu sebuah sekolah. Sebuah sekolah yang terletak di kampung. Ternyata Doni mulai hari ini akan bekerja menjadi seorang guru tidak tetap di sekolah itu. Usut punya usut ternyata kepala sekolahnya adalah teman karib orangtua Doni saat masih aktif berdinas dulu. Dan akhirnya Doni direkrut untuk masuk ke dalam sekolah itu menjadi salah satu tenaga pengajar di sana.
Doni memarkirkan motor lawasnya di tempat parkir yang tidak terlalu luas. Melangkahkan kaki menuju kantor guru mengetuk pintu dan mengucapkan salam : "Assalamualaikum.....".Lalu terdengar suara dari dalam menjawab "Walaikumussalam....".Tidak lama seorang bapak setengah baya tampak pelan menuju pintu menghampiri Doni, dia menyapa :"Oh mas Doni ya. Silahkan masuk mas. Sini..sini..tidak usah malu-malu..."."Oh iya pak..." Jawab Doni singkat sambil tersenyum dan tertawa kecil dengan senyum dan tawa yang menjadi ciri khasnya.
Bincang basa-basi santai pun terjadi antara Doni dengan bapak tadi. Ternyata si bapak adalah kepala sekolah di situ. Dari perbincangan itu Doni akhirnya tahu kalau kelak dia akan bekerja di sekolah ini dan mengajar di kelas 3.
Hari demi hari dilalui dengan baik, normal dan tidak ada sesuatu yang aneh. Semua baik-baik saja. Doni mengajar kelasnya dengan baik. Berkenalan dan mulai bergaul dengan atasan maupun rekan sejawatnya. Doni bisa membaur dan akrab dengan semuanya. Semua baik-baik saja selayaknya umumnya orang bekerja. Sekolah Doni adalah sekolah yang terletak di sebuah pedesaan. Jumlah siswanya tidak terlalu banyak. Juga tidak terlalu sedikit. Sedang-sedang saja. Teman-teman guru di sekolah Doni juga kebanyakan masih muda seusia Doni. Ada beberapa guru yang usianya sudah senior tapi tidak banyak. Dan Doni adalah salah satu tenaga pengajar tidak tetap di situ. Sementara lainnya banyak yang sudah berstatus tenaga pengajar atau guru tetap.