Mohon tunggu...
Priyanto Nugroho
Priyanto Nugroho Mohon Tunggu... lainnya -

"art is long, life is short, opportunity fleeting, experiment dangerous, judgment difficult"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wiesbaden: Menikmati Kereta Bertenaga Air

9 Maret 2012   06:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:19 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wiesbaden merupakan salah satu kota di Jerman yang cantik dengan landscape dan panorama yang menawan. Kota yang terletak sekitar 40 km dari Frankfurt ini dulunya juga terkenal sebagai pusatnya wisata ‘spa’ karena banyaknya sumber air panas alami, dan perjudian, sehingga menjadi salah satu kota tujuan wisata termahal di Jerman.

Di pinggiran kota Wiesbaden terdapat sebuah kebon raya yang terletak di dataran tinggi, yaitu bukit Neroberg dengan ketinggian sekitar 245 meter. Tempat ini merupakan salah satu tujuan favorit untuk sekedar rileks, menikmati udara sejuk dengan pemandangan menawan mengarah ke kota Wiesbaden.

  [caption id="attachment_165358" align="alignnone" width="300" caption="Pemandangan dari Neroberg Hill (Priyanto B. Nugroho)"][/caption]

Salah satu hal unik dan menarik yang tidak boleh dilewatkan saat berada di sini adalah merasakan teknologi tua yang masih terawat dengan baik, yang diterapkan pada alat transportasi untuk mencapai bukit, yaitu kereta bertenaga air yang dikenal sebagai ‘Nerobergbahn’. Sebuah bukti bahwa sejak dulu, Jerman memang andal dalam menciptakan teknologi yang efisien, presisi dan berdaya-tahan lama.

[caption id="attachment_165359" align="alignnone" width="300" caption="Nerobergbahn, bertenaga air dan gravitasi (Priyanto B. Nugroho)"]

13312750451920155774
13312750451920155774
[/caption]

Nerobergbahn ini bekerja dengan tenaga yang bersumber dari beban air dan memanfaatkan gravitasi bumi. Kereta ini bekerja berpasangan, artinya satu kereta berjalan dari atas ke bawah dan satunya dari arah berlawanan melalui sebuah rel dan dihubungkan dengan kabel. Jalur rel dibuat ganda di tempat pertemuan keduanya, tepat di tengah-tengah.

[caption id="attachment_165360" align="alignnone" width="300" caption="Rel ganda pada titik pertemuan kereta (Priyanto B. Nugroho)"]

1331275132215244135
1331275132215244135
[/caption]

Cara kerjanya adalah dengan mengisi tanki air yang terletak di bawah kereta untuk kereta yang ada di atas. Sekitar 1000-3000 liter air dipompakan ke dalam tanki kereta ini seusai dengan beban penumpang yang akan ke atas. Untuk itu, dua petugas yang berada di stasiun bawah dan atas akan saling berkomunikasi. Setelah penuh, rem di lepas sehingga kereta meluncur ke bawah dan menarik ke atas kereta yang ada di bawah. Setelah kereta mencapai stasiun yang ada di bawah, air dikeluarkan dari tanki agar nanti bisa ditarik kembali ke atas pada saat kerata yang berada di stasiun atas sudah diisi air.

  [caption id="attachment_165361" align="alignnone" width="300" caption="Pipa untuk mengisi air di tangki kereta (Priyanto B. Nugroho)"]

13312752001360133477
13312752001360133477
[/caption] [caption id="attachment_165362" align="alignnone" width="300" caption="Air dikosongkan pada saat kereta tiba di stasiun bawah (Priyanto B. Nugroho)"]
13312752551345030925
13312752551345030925
[/caption] Nah mengingat kereta ini mengandalkan beban air, maka hanya beroperasi di luar musim dingin, yaitu bulan April sampai dengan Oktober. Tentunya karena di musin dingin air akan membeku sehingga tidak bisa dikeluarkan dari tanki.

Nerobergbahn, sering dikenal dengan funicular railway, ini akan membawa kita mendaki melalui jalur rel yang menanjak dengan ketinggian sekitar 88 meter sepanjang sekitar 440 meter. Jarak ini akan ditempuh sekitar 5 menit.

  [caption id="attachment_165365" align="aligncenter" width="300" caption="Stasiun kereta di bukit Neroberg (Priyanto B. Nugroho)"]

133127555023532616
133127555023532616
[/caption]

Sembari menikmati laju perlahan alat transportasi berteknologi tua yang ramah lingkungan, yang sudah beroperasi sejak 25 September 1888 ini, di sepanjang jalan kita bisa menikmati suasana dan pemandangan yang cantik menyejukkan.

Setelah tiba di bukit, kita bisa berjalan di kebon raya yang luas dengan panorama yang indah. Kita dapat menikmati hamparan kebon anggur (winery) atau pemandangan rumah-rumah dengan arsitektur khas Eropa jaman dulu yang cantik.

  [caption id="attachment_165363" align="alignnone" width="300" caption="Rumah-rumah cantik dilihat dari Neroberg Hill (Priyanto B. Nugroho)"]

13312753281091238916
13312753281091238916
[/caption]

Selain itu, di Noreberg hill ini, kita bisa menikmati pula keindahan arsitektur gereja ortodok tua bergaya Rusia. Konon gereja ini dibangun oleh Pangeran Adolf pada tahun 1847-1855 untuk mengenang kematian istrinya, seorang putri bangsawan berdarah Rusia berumur 19 tahun bernama Elizabeth Mikhailovna, pada saat melahirkan putrinya. Untuk itulah gereja ini dinamai sebagai St. Elizabeth’s Church, meski oleh masyarakat setempat disebut sebagai ‘Greek Chapel’.

 

[caption id="attachment_165364" align="aligncenter" width="270" caption="St. Elizabeth's Church (Priyanto B. Nugroho)"]

1331275389622641606
1331275389622641606
[/caption]

Bila berkesempatan mengunjungi Frankfurt, jangan lewatkan menikmati kota Wiesbaden dan Neroberg hill dengan Nerobergbahn-nya yang unik.

Danke schoen Eni dan Kei Rosenbaum.

Tulisan serupa:

Menyusuri Keindahan Sungai Rhine (1)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun