Mohon tunggu...
Priyanto Nugroho
Priyanto Nugroho Mohon Tunggu... lainnya -

"art is long, life is short, opportunity fleeting, experiment dangerous, judgment difficult"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sri Mulyani Akan Pimpin IMF?

19 Mei 2011   14:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:27 2018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_110710" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi-Pidato Terakhir Sri Mulyani Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pidato dalam Rapat Paripurna dengan agenda keterangan Pemerintah mengenai Pokok Pembicaraan Pendahuluan RAPBN tahun 2011 di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (20/5/2010). Rapat ini menjadi rapat terakhir Sri Mulyani sebelum menanggalkan jabatannya dan bertolak ke Washington DC untuk jabatan baru sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia/Admin (KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN)"][/caption] Pimpinan tertinggi IMF, Dominique Strauss-Kahn (DSK), akhirnya mengundurkan diri dari posnya semalam waktu Washington DC. Sebelumnya, spekulasi mengenai hal ini merebak setelah yang bersangkutan ditangkap polisi di New York akhir minggu lalu, terkait dakwaan pelecehan seksual terhadap salah satu pegawai Hotel Sofitel tempatnya menginap. Proses penangkapannya sendiri cukup dramatis layaknya di film-film televisi. DSK ditangkap saat sudah berada di kursi pesawat dan beberapa saat menjelang pesawat tinggal landas menuju Paris. Penangkapan DSK atas tuduhan kelakuannya yang tak senonoh, hanya beberapa saat sebelum yang bersangkutan menjadi kandidat kuat sebagai presiden Perancis jelas menenggelamkan karirnya yang cemerlang selama ini. Pasca pengunduruan diri DSK, spekulasi mengenai siapa sosok yang akan memimpim IMF, lembaga keuangan internasional yang sudah melegenda ini, makin merebak. Saat ini, kursi pimpinan dijabat oleh wakilnya, John Lipzky dari Amerika Serikat. Sejak berdirinya tahun 1945, lembaga yang beranggotakan 187 negara ini selalu dipimpim oleh tokoh dari Eropa. Sementara institusi 'saudaranya', World Bank, selalu dipimpin sosok dari Amerika Serikat (AS). Ini sudah menjadi semacam tradisi. Namun demikian, tradisi tadi saat ini semakin mendapat protes keras dari negara-negara berkembang karena dinilai tidak mewakili kepentingan negara-negara berkembang. Juga karena dinilai cara IMF menangani krisis Asia tahun 1998 lalu, termasuk Indonesia, dinilai keliru dan terlalu menyakitkan. Kekeliruan ini akhirnya diakui IMF melalui pernyataan pimpinannya, DSK di Singapura, disertai permintaan maaf menjelang kunjungan singkatnya ke Indonesia awal Februari lalu. Kunjungannya ke Asia tak lain merupakan upaya untuk merangkul kembali negara-negara di Asia untuk mempertahankan legitimasi IMF. Desakan agar kepentingan negara berkembang semakin terwakili semakin keras pasca terjadinya krisis global maha dahsyat 2008 lalu yang bersumber di AS. Kini krisis juga masih terjadi di kawasan Eropa, utamanya terkait dengan krisis utang negara-negara peripheral yang tergabung dalam European Union dan menggunakan mata uang Euro. Fenomena ini menunjukkan bahwa AS dan Eropa tak becus sebenarnya mengurus ekonomi, perbankan dan pasar keuangannya, sehingga tak layak menjadi panutan sebagaimana mereka dengungkan selama ini. Kini, terkait dengan pengganti DSK, beberapa negara berkembang kembali mendesak agar tradisi pimpinan IMF yang berasal dari Eropa ditinggalkan karena tidak berdasar. Tokoh dari negara berkembang, termasuk Asia layak memimpin lembaga tersebut. Beberapa tokoh dari Asia yang dinilai layakpun mulai muncul di media hari ini. Beberapa tokoh yang dimunculkan adalah Dr. Zeti Akhtar Aziz, yang saat ini menjabat sebagai Gubernur bank sentral Malaysia. Dr. Zeti merupakan tokoh yang menolak bantuan IMF pada saat krisis 1998 lalu dan menjadikan Malaysia tidak harus tunduk pada 'perintah' IMF dalam mengatasi krisis. Kemudian, Haruhiko Kuroda, mantan menteri keuangan Jepang yang pernah menjabat sebagai kepala Asian Development Bank (ADB). Tokoh lain yang juga mencuat di media datang dari India, China, Brazil, Hong Kong dan Singapura. Tak ketinggalan, yang juga dinilai kuat dan layak memimpin IMF adalah Sri Mulyani Indrawati, mantan menteri keuangan Indonesia yang saat ini menjabat sebagai salah satu DIrektur Pelaksana di World Bank. Sri Mulyani dianggap memiliki kelebihan karena dinilai memiliki leadership yang kuat dan juga sudah teruji dalam melakukan reformasi di Indonesia dan saat inipun sudah berada di salah satu pucuk pimpinan 'saudara' IMF, yaitu World Bank. Selain itu, juga akan memberikan paradigm baru di IMF karena berasal dari negara berkembang dan mewakili dengan mayoritas penduduknya beragama muslim. Tentu tak akan mudah mengusulkan tokoh dari negara berkembang menggantikan DSK, karena tentunya akan mendapat perlawanan dari negara kawasan Eropa. Tokoh Eropa yang saat ini sudah mulai mencuat adalah Christine Lagarde, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Keuangan Perancis, negara asal DSK. Apalagi, saat ini IMF sedang terlibat dan berperan penting dalam proses penyelamatan negara-negara Eropa yang sedang dilanda krisis seperti Yunani, Irlandia dan Portugis. Namun demikian, peran Asia dan negara-negara berkembang bagi perekonomian dunia sudah semakin tak terbantahkan. World Bank misalnya, dalam laporan terakhirnya menyatakan bahwa perekonomian China bersama Brazil, Korea Selatan, India, Rusia dan Indonesia akan mencapai lebih dari setengah perekonomian dunia di tahun 2025 nanti. Jadi, bila saja suara negara-negara berkembang terutama dengan motor Brazil, Rusia, India dan China (BRIC) dapat bersatu, bukan tak mungkin untuk menggolkan kandidat dari negara berkembang, termasuk Sri Mulyani Indrawati. Siapa tahu ... (Sumber: Bloomberg, the Wall Street Journal, Dow Jones)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun