Mohon tunggu...
Priyanto Nugroho
Priyanto Nugroho Mohon Tunggu... lainnya -

"art is long, life is short, opportunity fleeting, experiment dangerous, judgment difficult"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Eksotisme Valparaiso

9 Mei 2011   14:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:54 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_108281" align="aligncenter" width="640" caption="Valparaiso/Admin (valparaisoendesfile.com)"][/caption]

Paduan tebing berbatu cadas, gurun, pantai terbuka di bawah langit biru, serta bunga warna-warni ternyata menyajikan panorama yang menawan. Apalagi keindahan tadi dinikmati dalam cuaca cerah dengan suhu yang relatif sejuk, udara bersih serta sarana transportasi yang tertata dengan baik. Sajian pemandangan alam nan apik ini terhampar di sepanjang garis pantai salah satu negara Amerika Latin, Chile, di bagian tengah. Tepatnya di wilayah Valparaiso. Tak heran bila wilayah Valparaiso ditetapkan sebagai salah satu wilayah yang dijaga kelestariannya, sebagai 'world heritage site' oleh Unesco sejak tahun 2003.

[caption id="attachment_107016" align="aligncenter" width="300" caption="Paduan Bunga, Batu Cadas dan Pantai Valparaiso"][/caption]

Panorama tadi tersaji di sepanjang jalur dari Santiago menuju Valparaiso dengan jarak sekitar 120 km. Untuk menikmati panorama di sepanjang bibir pantai lautan Pasifik ini, saya mengambil ‘route 68’ begitu keluar dari ibu kota Chile, Santiago. Jalur ini melewati Casablanca sebelum sampai di Valparaiso dan kemudian Vina del Mar. Vina del Mar terkenal sebagai kota taman, dengan hamparan bunga yang memikat yang menghiasi kota ini.Vina del Mar juga merupakan bagian garis pantai yang memiliki pasir putih. Sementara pantai di wilayah lain lebih banyak dihiasi tebing berbatu cadas.

[caption id="attachment_107017" align="aligncenter" width="300" caption="Bunga di Pantai Valparaiso (Priyanto BN)"][/caption]

Keluar dari Santiago, sekitar satu jam perjalanan melalui ‘route 68’, saya menyempatkan diri untuk sekedar sarapan dan menikmati kopi di sebuah tempat pemberhentian di daerah Curacavi. Sebuah kedai kecil bernama ‘dulces millahue’ yang terletak di pinggir jalan O’Higgins. Udara cukup sejuk saat itu, di bulan November. Saya pun menyempatkan diri berjalan-jalan untuk melemaskan kaki. Di belakang kedai ini rupanya terdapat kebun binatang kecil yang antara lain terdapat binatang ‘Lama’. Mirip kambing namun agak besar dan berleher panjang.

Sekitar 20 menit istirahat, saya melanjutkan perjalanan menuju daerah lembah Casablanca yang terkenal dengan perkebunan anggurnya (winery). Saya sempatkan untuk mampir di salah satu winery terkenal di Chile, yaitu di Vina Veramonte. Selain untuk sekedar mencicipi wine, juga untuk menikmati hamparan perkebunan anggur yang luas menyejukkan mata.

[caption id="attachment_107020" align="aligncenter" width="300" caption="Vina Veramonte (Priyanto BN)"][/caption]

Puas mencicipi beberapa teguk wine, baik yang merah (red wine) maupun yang putih (white wine), yang pasti lumayan membuat 'rileks' di sepanjang jalan, saya melanjutkan perjalanan menuju Valparaiso. Dengan jalanan aspal yang sangat baik kualitasnya, di sepanjang jalan saya sempatkan membaca beberapa petunjuk jalan dan nama-nama kota. Nama-nama yang membuat paduan panorama alam menjadi sangat eksotis di mata dan telinga.

Jalanan cukup lancar semenjak dari Santiago. Hanya beberapa saat menjelang masuk wilayah Valparaiso sedikit tersendat, yang kemudian saya ketahui karena ada semacam pasar kaget di daerah penghasil barang tambang berupa tembaga ini. Kebetulan di jalanan yang sedikit tersendat ini, jalurnya sedikit menurun namun dengan pandangan yang cukup bebas di depan. Saya bisa menikmati keindahan bukit dengan lerengnya dihiasi rumah warna-warni menyolok khas Valparaiso yang terkenal, yang disebut 'cerro monjas'. Terus terang, saya tidak tahu persis apakah 'cerro monjas' ini sebutan untuk rumah warna-warni mencolok di lereng bukti itu, ataukah nama daerah di perbukitan itu.

[caption id="attachment_107021" align="aligncenter" width="300" caption="Cerro Monjas (Priyanto BN)"][/caption]

Lepas dari kemacetan, di depan ada baleho besar menyambut, bertuliskan ‘Bienvenido a Valparaiso’, selamat datang ke Valparaiso begitu mungkin terjemahannya. Kemudian terdapat semacam tanah lapang di pinggir jalan yang penuh dengan orang-orang berseliweran menikmati akhir pecan. Rupanya ada semacam ‘pasar kaget’ seperti yang bisa kita jumpai di kota-kota kecil di Indonesia. Di tanah lapang terdapat patung atau monument yang konon menandakan sebagai daerah penghasil barang tambang tembaga.

[caption id="attachment_107022" align="aligncenter" width="300" caption="Pasar Kaget Valparaiso (Priyanto BN)"][/caption]

Selepas dari pasar, sampailah di kota Valparaiso. Sejenak saya singgah sebentar di sepan museum 'Armada De Chile' yang didepannya terdapat monument pejuang 'De Mayo'. Dari pelataran di depan museum, saya menikmati suasana salah satu kota pelabuhan terpenting di Chile ini. Kota ini terkesan tua namun cukup terawat, meski tidak terkesan modern selayaknya kota-kota besar di Eropa. Yang cukup unik di kota Valparaiso ini adalah moda transportasinya. Masih ada 'trolleybus' dan 'funicular'. Trolleybus ini mirip 'trem' karena menggunakan tenaga listrik yang dialirkan dengan kabel, dan sudah beroperasi sejak tahun 1950-an. Sampai saat ini bahkan masih menggunakan bus era tahun tersebut dengan ciri khas badan bus yang gemuk menggelembung. Sementara Funicular adalah trem dengan jalur menanjak ke perbukitan. Rel-nya bergerigi seperti jalur kereta kuno antik di Ambarawa.

[caption id="attachment_107023" align="aligncenter" width="300" caption="Trolleybus (Priyanto BN)"][/caption]

Puas menikmati kota, saya melanjutkan perjalanan untuk menikmati pemandangan di sepanjang bibir pantai antara Valparaiso menuju Vina del Mar yang memang menjadi tujuan utama saya. Sepanjang jalan, hamparan batu cadas dengan tebingnya dihiasi bunga warna-warni, laut biru samudra Pasifik dan langit yang cerah sungguh menyegaran. Di beberapa 'spot' yang menarik saya berhenti sejenak untuk menikmati keelokan panorama alamnya sembari menghirup udara yang segar. Tentu tak lupa jepret sana, jepret sini.

Salah satu 'spot' yang saya nikmati adalah wilayah yang bukit berpasir bersih (semacam gurun pasir kecil). Kemudian tempat yang batu cadasnya memiliki kombinasi warna dan kontur yang unik. Konon, tempat ini dikenal sebagai 'the king of rock' karena tekstur batu cadas yang berwarna hitam terlihat seperti lukisan 'Michael Jackson' bila dilihat dari atas.

[caption id="attachment_107024" align="aligncenter" width="300" caption="The King of Rock (Priyanto BN)"][/caption]

Tak lupa di waktu makan siang, saya mampir di salah satu restoran yang menyajikan menu seafood yang konon memang terkenal di wilayah sepanjang garis pantai samudra Pasifik ini. Restoran Cristal di sebarang hotel Sheraton. Tempatnya agak naik di bukit di pinggir jalan, dengan bangunan berbentuk kastil kuno. Mengingatkan saya pada rumah makan 'Mak Engking' di Jogja yang juga memiliki bangunan serupa di sebelah tempat lesehannya.

Puas mengisi perut dengan beberapa menu ikan dan menyeruput secangkir kopi panas sebagai penutup, perjalanan berlanjut menuju Vina del Mar. Memasuki kota, jam yang tersusun dari bnga menambut di sebuah taman. Pantai di sepanjang kota ini berpasir puti bersih seperti di Bali, meski sangat jauh lebih kecil tentunya. Yang menarik karena di kira-kanan jalan di sepanjang jalur ini terhampar pohon palem dan bunga kecil warna-warni, baik di taman, di bukit maupun di pot-pot bunga. Selain itu, juga terlihat kereta kuda model kereta jaman kerajaan Eropa yang masik apik. Kereta kuda ini bisa disewa untuk menikmati suasana di kota di sepanjang garis pantai Vina del Mar.

Sekitar jam 4 sore dan setelah puas menikmati Vina del Mar, saya memutuskan kembali kea rah Santiago untuk langsung ke airport. Perjalanan sekitar 7 jam dari Santiago - Casablanca - Valparaiso - Vina del Mar cukup melelahkan secara fisik, meski sangat menyegarkan batin. Sengaja saya ingin agak kecapean agar nanti dalam perjalanan menuju Jakarta yang akan memakan lebih dari 30 jam penerbangan, tidak merasa bosan. Tinggal terlelap setelah makan malam disajikan.

Dalam perjalanan menuju airport, saya masih mendapatkan bonus pemadangan sore yang indah. Jalanan aspal yang mulus dengan hamparan pegunungan Andes kemerahan di terpa matahari sore serta puncaknya yang berselimut salju. Sungguh sebuah bekal yang cukup untuk dibawa mimpi selama perjalanan Santiago menuju Jakarta.

[caption id="attachment_107025" align="aligncenter" width="300" caption="Jalan ke Airport (Priyanto BN)"][/caption]

Menjelang matahari terbenam, sayapun masuk antrian check-in di airport yang cukup luas, dengan bangunan modern, sembari sesekali memandangi pegunan Andes yang melatarbelakangi. Eksotisme 'Valpo', sebutan untuk Valparaiso, masih membayang sewaktu saya boarding untuk melintasi samudra Pasifik menuju Jakarta.

Tulisan serupa:

Menyusuri Keindahan Sungai Rhine (1)

Jalan Bersenandung di Fujiyama

Kedai Kopi nan Sexy [caption id="attachment_107019" align="aligncenter" width="300" caption="Tebing Berbatu Cadas di Valparaiso (Priyanto BN)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun