Mohon tunggu...
Priyandono Hanyokrokusumo
Priyandono Hanyokrokusumo Mohon Tunggu... -

Guru di SMAN 1 Gresik. Nyambi sebagai penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari AGSI untuk Indonesia

1 April 2019   19:01 Diperbarui: 1 April 2019   19:58 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggerakkan roda Asosiasi Guru Sejarah Indonesia ( AGSI) Provinsi Jawa Timur menyusuri pekat. Jalannya terjal. Penuh debu. Tapi semangat kawan kawan guru sejarah di Jatim nekat menerobos jalan itu. Mereka memang keras kepala. Begitulah mengurus organisasi non-profit. Modal utamanya harus mbandel. Tahan banting. Tidak mencari hidup di organisai, tapi menghidupkan organisasiBertempat di aula SMAN 3 Sidoarjo Minggu (31/3) pengurus AGSI Jatim mengawali kiprahnya. Mengumpulkan beberapa batang bambu untuk mendirikan panggung, menciptakan ruang untuk bersama pemuda dan masyarakat berjuang melawan lupa. Kami sadar betul sebagai guru sejarah memiliki tanggungjawab moral turut serta membangun kesadaran sejarah.

Menurut Soedjatmoko, kesadaran sejarah merupakan orientasi intelektual. Ia sangat diperlukan agar seseorang memahami dengan benar tentang kepribadian nasional. Lewat kesadaran sejarah seseorang dibimbing agar memahami dirinya sendiri sebagai bangsa. Tidak hanya itu kesadaran sejarah juga menuntun manusia agar mencapai tahap pengertian tentang self understanding of nation, tentang masalah what we are, why we are what we are.

Kesadaran sejarah adalah sikap jiwa yang harus dimiliki setiap orang. Pembangunan yang dilakukan dengan segala tujuannya merupakan cerminan kemampuan bangsa. Kemantapan dan kreativitas dalam melaksanakan pembangunan tidak akan ditemukan tanpa kesadaran sejarah. Dan sebuah generasi yang tidak pernah merasakan revolusi yang pernah menggetarkan bangsanya   diyakini bakal kesulitan memelihara momentum pembangunan serta daya kreatif bangsanya. Dengan kata lain, rendahnya kesadaran sejarah mengakibatkan seseorang kehilangan momentum membangun bangsanya.

Realitas sosial, budaya, dan politik seperti yang terjadi sekarang ini adalah sebuah bukti rendahnya kesadaran sejarah. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kesempatan masyarakat turut serta dalam berpolitik. Rendahnya kesadaran sejarah mengakibatkan seseorang tidak mengenali dirinya sendiri. Ini jamak terjadi. Lihat saja, baru berhasil sedikit saja, kemudian bilang sopo aku (siapa aku). Baru dilantik jadi pejabat, dengan sombongnya berkata, "Kamu tahu enggak siapa saya?" Lucu kan? Masak dirinya sendiri tidak tahu.

AGSI Jatim welcome. Siap bersinergi dan bekerjasama dengan masyarakat, badan, TNI-Polri,  instansi pemerintah dan non-pemerintah untuk bersama sama membangun kesadaran sejarah serta bersama sama pula berjuang melawan lupa. Sebab, salah satu tugas manusia adalah melawan lupa (*/)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun