Ahmad terpaksa membesarkan anaknya, Rosi sendirian. Istrinya, Shinta mengadu nasib di negeri orang. Dia berharapkeluarganya bisa segera lepas dari lilitan lintah darat, Zaenab. Sebulan sekali Shinta berkomunikasi. Tidak hanya itu, Shinta juga mengirimkan gajinya untuk membayar hutang. Rutinitas ini berjalan normal sehingga serasa tidak ada batas, mereka tetap merasa dekat.
Persoalan mulai menyeruak kala Shinta mulai jarang berkomunikasi dan mengirim uang. Setiap kali dihubungi HP-nya berbunyi telepon yang Anda hubungi sedang di luar service area. Komunikasi terputus. Shinta pun lenyap seperti ditelan waktu. Uang saku dan SPP Rosi nunggak hampir satu tahun. Hutang di bank macet. Sementara, Ahmad kadang kerja kadang tidak.
Untuk menambal kekurangan ekonomi, Ahmad meminjam uang kepada Zaenab. Meskipun dengan bunga yang tinggi tetap saja ditempuh karena sudah tidak ada lagi barang berharga yang bisa dijual atau digadaikan. Sertifikat rumahnya pun sudah digadaikan ke bank.
Winda, janda kembang di desa itu iba melihat Ahmad. Dia berusaha menolongAhmad. Sertifikat di bank ditebus Winda. Dia berjanji akan mengembalikannya nanti kalau Shinta datang. “Sudah itu ndak usah kamu pikir,” kata Winda.
Dari rasa iba itu kemudian muncul rasa cinta. Winda mulai merajut benang-benang cinta. Lama-lama Winda tak mampu memendamnya. Namun Ahmad tak merasa ada apa-apa. Merasa cintanya bertepuk sebelah tangan, Winda bersekongkol memasang perangkap dengan lurah Madun yang tidak lain adalah pamanya sendiri. Lurah Madun memaksa Ahmad mengawini Winda, kalau tidak dia akan diusir dari desa itu.
Ahmad tetap menolak. Dia mengatakan bahwa dia masih suami sah Shinta. Bagi Ahmad Shinta adalah cinta pertamanya sekaligus yang terakhir. Sebelum Shinta ke luar negeri keduanya sudah berjanji akan labuh tresna sabaya pati (tidak ada yang bisa memutuskan cinta mereka kecuali kematian)
Lurah Madun akhirnya mengusir Ahmad dan Rosi. Betapa kagetnya kala akan meninggalkan rumah, Shinta datang dengan menenteng koper.Isak tangis pun pecah. Tak lama kemudian Winda dan lurah Madun datang. Lalu…………………
Eittt……..tunggu dulu. Itu bukan kisah sebenarnya, melainkan fragmen yang dimainkan teater cepak SMAN 1 Gresik dalam rangka lomba penulisan naskah dan fragmen budi pekerti tingkat SMA/SMK yang digelar Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik di Aula Sunan Giri, Senin (22/9).
Dalam lomba yang diikuti 9 peserta, penampilan teater cepak mendapat sambutan yang luar biasa dari para penonton. Dwi Laila Maulida dan kawan-kawan mampu mengaduk-aduk emosi penonton. Sebagian diantara mereka meneriakkan makian kepada pemeran antagonis. Ada juga yang tak mampu menahan air matanya kala menyaksikan adegan kedatangan Shinta.
NAMA
PERAN
Dwi Laila Maulida
Shinta
Arsyi
Ahmad
Yuama Putri
Winda
Hayati Marratus Sholihah
Rossi