Mohon tunggu...
Priyambodo Priyambodo
Priyambodo Priyambodo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duniaku bersama biologi dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menapaki Mei di Beberapa Titik Bumi

12 Mei 2014   03:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_323359" align="aligncenter" width="1106" caption="Semirata 2014, Ballroom IPB International Convention Center"][/caption]

Menulis terkadang aku bayangkan sebagai sebuah partitur lagu. Tulisan adalah rangkaian kata-kata yang melompat laksana deretan nada yang tercipta melompat-lompat pada satu oktaf menuju titik tangga nada lainnya. Dan hidup juga demikian adanya, ia melompat dari satu cerita tawa, menunduk pada satu resah sebuah kisah lalu kembali berbinar setelah syukur terpanjat kepada Sang Maha Luhur.

Daerah Istimewa Yogyakarta, se-istimewa nama dan tradisinya, Yogyakarta juga merupakan titik bumi yang menunjukkanku jalan lain untuk menata diri. Hidup memang harus terus berlanjut meski kadang kabut menggelayut, meski kadang semangat rubuh dan tunduk pada rasa malas yang mengikut.

Mei, bulan kelima dalam perhitungan kalender kabisat menjadi waktu untuk sedikit merasakan hawa dari titik lain di negeri Indonesia yang (harusnya masih) tercinta. Sebuah rencana yang akhirnya terbalut dalam sebuah agenda. Menuju belahan barat tanah Jawa, menuju hari-hari yang bakal penuh suka cita.

Bersama senja menuju sebuah rencana utama. Langkah yang aku mulai dengan cerita hampir tertingal kereta api yang harus aku tumpangi, Senja Utama Solo. Hanya beberapa menit sebelum kereta bertujuan akhir di Stasiun Pasar Senen Jakarta ini berangkat, aku baru menjejakkan kaki di Stasiun Tugu, Yogyakarta. Bersama keringat yang terasa hangat, bersama nafas yang masih memburu, kupanjatkan doa kepada Tuhan Sang Pencipta untuk melukis kisah pada agenda-agenda agar tak berakhir sebagai sebuah wacana belaka.

Kamis, 8 Mei 2014, saat pagi masih belum begitu jelas menampakkan wajah hari, sudah mulai kuhirup hawa Ibukota yang sesak dengan hiruk-pikuk manusia. Stasiun Jatinegara, menjadi awal kisah menuju hal-hal indah yang akan membuncah. Saat pagi menapaki hari, aku sudah berada pada pelukan ponakan yang penuh dengan keceriaan. Bekasi, sebuah kota di Jawa Barat adalah tempat aku mendaratkatkan sebuah ikatan, mengeratkan tali persaudaraan.

Kota Hujan menjadi destinasi “liburan” selanjutnya. Siang itu Bogor dihujani oleh teriknya sinar matahari,dan saat itu sempat ku langsungkan protes (meski dalam hati) atas julukan pada kota di mana Institut Pertanian Bogor berlokasi. Dan Tuhan membalas keluhku dengan hujan yang sesungguhnya, bukan hujan sinaran, namun hujan air yang begitu deras dan bonus kilat serta guntur yang turut hadir bersautan. Hujan mengiringi sebuah perjalanan, perjalanan menuju sebuah penyambutan, Welcome Dinner Seminar Nasional dan Rapat Tahunan (Semirata) 2014 Bidang MIPA BKS-PTN Barat di Kampus IPB Barangsiang.

Research is different with a project!” demikian  salah satu pernyataan dari Prof. Dr. Satryo S Brodjonegoro yang mengundang riuh tepuk tangan dari hampir seribu manusia yang memadati ballroom IPB International Convention Center. Bagiku pembicara yang merupakan wakil kepala Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)  ini merupaka pembicara yang paling “ganas” di antara seluruh pembicara undangan yang ada, bahkan lebih “nyentrik” dan menarik dibandingkan pemateri  utama dari Kementrian RIset dan Teknologi RI. Bapak yang rambutnya telah sebagian memutih ini juga menyiir sebuah statement yang dikeluarkan oleh The World Bank terkait kebijakan tentang inovasi, “ innovation means technologies or practices that are new to a given society, and being diffused in that economy or society. This point is important: what is not disseminated and used is not an innovation.”

Show time!!! Lepas makan siang, seluruh pemakalah dibagi menjadi beberapa cluster berdasarkan disiplin ilmu masing-masing. Menempati Cluster 2 ruang BS-B4, aku memulai untuk mendetakkan jantung lebih cepat. Melirik kanan-kiri, depan-belakang, yang aku temukan adalah wajah-wajah matang yang nampaknya telah banyak malang melintang di dunia per-seminar-an. Sementara aku,seminar ini merupakan kali pertama aku mengikuti seminar di bidang biologi murni, ah, mungkin aku memang terlalu keterlaluan.

Alhamdulillah, show sudah berakhir dan pertanyaan yang terlontar dari hadirin dapat terjawab tuntas. Bukan hanya itu, nampaknya makalahku menjadi makalah palin rame di antara makalah yang lain. Mengusung isu kesehatan, aku terkesan membuka lapak konsultasi terkait satu kelainan genetik yang menjadi pokok bahasanku. Dan kisah masih terus berakhir, dan cerita terus bergulir…

[caption id="attachment_323365" align="aligncenter" width="590" caption="Setelah selesai presentasi, CLuster 2 ruang BS-B4, Kampus IPB Baranangsiang"]

1399814666574534668
1399814666574534668
[/caption]

Minggu, 11 Mei 2014 menjadi hari terakhir agenda “melancong” di tanah Bogor, namun kisah tak terduga hadir. Todongan untuk memberikan cuap-cuap bersama anak bangsa, bersama calon Penerima Beasiswa Kedokteran Umum di Unpad, Unand dan UNS. Bertempat di sebuah pondok pesantren di daerah Pamijahan, Bogor cerita itu bergulir, cerita tentang ketangguhan sang sperma dalam memenangkan sebuah kompetisi, cerita tentang hukum termodinamika dan cerita tentang hari. Dan sesaat cerita terhenti, sejenak sunyi, saat doa terpanjat kepada Illahi.

Dan di sinilah aku sekarang, bersama senja menuju kembali ke kota Yogyakarta, di dalam rangkaian kereta bertuliskan Senja Utama Jogja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun