Mohon tunggu...
koko anjar
koko anjar Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang penikmat senja dengan segala romantikanya. Menyukai kopi dan pagi sebagai sumber inspirasi dan dapat ditemui di Hitsbanget.com.

Seorang penikmat senja dengan segala romantikanya. Menyukai kopi dan pagi sebagai sumber inspirasi dan dapat ditemui di Hitsbanget.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebaran, Ketika Keramaian Kota Beralih ke Desa

29 Juni 2016   21:33 Diperbarui: 29 Juni 2016   22:05 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
info mudik via liputan6.com

Dalam waktu dekat ini, kita akan menyambut peristiwa maha penting yang rutin dilakukan setiap tahunnya, mudik. Suatu fenomena dimana para perantau yang kebanyakan mengais rejeki di kota, kembali pulang ke kampung halamannya. Mereka, para perantau itu akan pulang dengan membawa sekantong rindu yang sangat penuh, untuk mereka kosongkan agar saat kembali ke tanah perantauannya nanti sudah dengan perasaan lega dan siap melanjutkan rutinitas nan berat dan membosankan. Sebuah peristiwa penting yang tentunya akan membutuhkan banyak pengorbanan, mulai dari waktu, uang, kenyamanan, bahkan terkadang nyawa yang harus di pertaruhkan. Semua itu dilakukan hanya untuk sekedar bisa berkumpul dengan sanak famili maupun teman seperjuangan dulu di kampung yang ada halamannya.

Saya sendiri adalah seorang perantau, asal saya dari jogja, lebih tepatnya gunungkidul. Namun, yang sedikit membedakan adalah tempat perantauan saya yang tidak berada di kota besar, akan tetapi di sebuah wilayah terpencil di pesisir selatan jawa barat. Saya bilang terpencil disini bukan karena fasilitasnya, akan tetapi lebih pada akses menuju tempat ini. Jarak kota terdekat dari tempat saya bekerja ke kotamadya hampir 3 jam perjalanan. Sedangkan kalau menuju ke kota kabupaten hampir 1,5 sampai 2 jam perjalanan. Kalau anda sempat mendengar nama pantai ujung genteng sukabumi, 15 menit dari tempat itulah tempat penghidupan saya.

Kebetulan, kedinasan menugaskan saya di tempat ini. Kecuali akses ke kota yang jauh, sebenarnya tempat ini sudah berfasilitas lengkap. Mulai dari terminal, sarana transportasi, kesehatan, perlengkapan bahkan cafe juga banyak. Akan tetapi, untuk disebut  sebagai kota sudah pasti belum bisa. Paling banter kita sebut sebagai kota kecamatan. Dan disaat musim mudik lebaran seperti minggu depan, barulah bisa disebut kota. Bahkan, secara ekstrim bisa saya katakan kalau bogor, bandung dan jakarta pindah kesini. Bagaimana tidak, ketika libur lebaran tengah berlangsung, sudah bisa dipastikan bahwa di jalan yang akan saya temui adalah plat kendaraan B dan D yang banyak berseliweran. Dan kebanyakan dari mereka berkelompok besar.

Jalanan yang sehari harinya lengang, mendadak akan berubah menjadi padat merayap. Karena sudah seperti menjadi tradisi di sini, kalau ada keluarga yang mudik, maka salah satu destinasi yang wajib di kunjungi adalah pantai. Anda pasti tahu pantai mana yang saya maksud. Yah ujung genteng. Entah sekedar berjemur, mandi, foto selfi ataupun bakar ikan bareng, pasti pantai akan sangat ramai dikunjungi. Terlebih lagi akhir akhir ini dengan bantuan jejaring sosial instagram, tempat tempat baru selain ujung genteng sudah banyak yang ditemukan. Jelas, lebaran besok akan jadi lebih padat daripada lebaran lebaran sebelumnya.

Bukan hanya dijalan, stok bahan bakar pun bisa menipis. Berdasarkan pengalaman saya, dari H+1 sampai H+5 selalu terjadi antrian panjang di  pom bensin. Pasalnya, pom bensin terdekat setelah tempat saya hampir berjarak 2 jam perjalanan. Memang, penjual bahan bakar eceran cukup banyak, namun di musim libur lebaran, harganya bisa melonjak tinggi. Maka dari itu, H-1 lebaran saya biasanya sudah melengkapi amunisi bahan bakar, agar tidak perlu susah susah mengantri saat musim liburan pekan depan nanti. Tapi anda yang hendak berlibur ke sini tidak perlu khawatir, karena tahun ini selain ada spbu pertamina, juga sudah ada pertamini, dan itu sepertinya sudah cukup membantu, apalagi dengan harganya yang tidak mungkin dinaikkan seenaknya.

Pernah mengantri di pintu tol ??? mungkin anda juga akan merasakan hal itu di sini. Tapi tentu bukan untuk mengantri tol, karena disini belum ada jalan tol.  Lantas mengantri dimana ??? yah, di tempat restribusi tiket masuk objek wisata. Perlu anda ketahui, obyek wisata yang bisa dibilang famous dan hits disini bukan hanya di kawasan pantai ujunggenteng saja, tapi masih ada pantai minajaya, curug cikaso, curug luhur serta kawasan geopark ciletuh dengan paket tempat wisata yang akan menyita banyak kalimat kalau saya sebutkan satu per satu. 

Pada hari hari libur biasa, hampir tidak ada lonjakan pengunjung yang berarti di tempat tempat wisata tersebut, begitu juga saat long weekend. Namun kalau libur lebaran seperti pekan depan , jangan harap anda bisa keluar masuk dengan lancar. Setidaknya anda akan diuji sedikit kesabarannya dengan menikmati antrian di kampung, bukan di pintu tol. Dan akan diakhiri dengan rasa kaget karena harga tiket yang naik daripada hari biasa. Saya sendiri tidak tahu pasti berapa kenaikannya.

Nah, seperti itulah gambaran dari salah satu fenomena  efek mudik yang mungkin jarang di ekspos. Kebanyakan pemberitaan pasti menyoroti situasi di jalur jalur utama seperti pantura dan jalur selatan. Tetapi fenomena kepadatan lalu lintas dan aktifitas yang melonjak tajam di kampung kampung para pemudik jarang terekspos. Jakarta, Bandung, ataupun surabaya hampir dipastikan lengang sesaat, dan sebaliknya terjadi di kabupaten kabupaten baik di jawa barat, tengah maupun timur yang akan menjadi ramai sesaat. Selamat mudik, semoga selamat samapai pulang lagi ke tanah rantau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun