Kemenangan 4-1 Real Madrid atas Celta Vigo di Estadio Balaidos tengah pekan lalu menyisakan kabar yang tidak mengenakkan. Di pertandingan yang sangat menentukan bagi Madrid dalam perburuan gelar La Liga tersebut berhembus isu pengaturan skor. Kemenangan bagi Madrid berarti akan memuluskan jalan mereka untuk merebut gelar La Liga, sedangkan bagi Celta Vigo pertandingan tersebut sudah tidak terlalu penting. Kemenangan bagi Celta tidak akan membawa mereka berlaga di Eropa musim depan, sedangkan kekalahan pun tidak akan membuat mereka turun ke Segunda Division. Hal itulah yang membuat isu pengaturan skor terdengar santer dibicarakan pasca laga krusial bagi Madrid ini.
Dalam rekaman pertandingan saat Ronaldo terlibat keributan dengan bek Celta Vigo Gustavo Cabral, terlihat Ronaldo menunjukkan gestur gerak tubuh "koper" dan "uang" yang menunjuk pada Cabral. Hal itu terjadi lantaran Cabral menuduh Ronaldo melakukan diving untuk mendapat pelanggaran. Dilansir dari AS, Ronaldo pun juga mengatakan "Dinero tu mucho...maletin!!" yang artinya"kamu banyak uang...koper". Sebuah pernyataan yang seolah-olah menyatakan bahwa Celta Vigo memang telah dibayar untuk melakukan match-fixing.
Isu maletin ini sebenarnya sudah pernah mencuat di tahun 2013, yaitu dalam pertandingan antara Malorca melawan Levante. Ketika itu berhembus kabar bahwa Levante membayar Malorca agar kalah guna memuluskan jalan mereka berlaga di Europa League. Sementara bagi Malorca sendiri pertandingan itu tak berarti apa-apa karena mereka sudah pasti terdegradasi. Selain itu ada pula laga Villareal vs Sociedad pada tahun 2015 yang juga berbau pengaturan skor.
Tidak hanya di Spanyol, di kompetisi negara-negara lain pun pengaturan skor di penghujung kompetisi kerap terjadi. Salah satu yang paling fenomenal adalah yang menimpa Marseille pada akhir msim 1992/1993. Ketika itu Marseille membayar lawan mereka Valenciennes untuk kalah agar Marseille dapat berkonsentrasi untuk final Liga Champions beberapa hari kemudian. Hasilnya pun bisa ditebak, para pemain Valenciennes seolah-olah memberikan kesempatan kepada para pemain Marseille untuk bermain sepakbola seenak mungkin. Marseille pun keluar sebagai juara Liga Prancis. Beberapa hari kemudian gelar itu semakin sempurna ketika mereka menjadi tim Prancis pertama yang mengangkat trofi Liga Champions.
Sayangnya pengaturan skor tersebut terungkap. Presiden Marseille Bernard Taipe pun ditetapkan sebagai tersangka. Federasi sepakbola Prancis pun menjatuhkan sanksi berupa pencabutan gelar juara liga pada tahun itu, degradasi ke League 2, serta larangan untuk ikut berpartisipasi di piala super eropa, piala interkontinental dan Liga Champions usim selanjutnya. Sebuah kenyataan yang pahit, namun harus dilakukan demi tegaknya fair play dalam sepakbola. Lantas bagaimana dengan Madrid? mungkin kita masih harus menunggu apakah federasi sepakbola Spanyol akan melakukan investivigasi atau tidak dalam dugaan kasus pengaturan skor ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H