Mohon tunggu...
Priya Purnama
Priya Purnama Mohon Tunggu... -

Tuhan yang bisa menindas dan mengkafirkan manusia. Bukan manusia!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Perang Salib (Muslim Vs Nasrani) Part II

7 Agustus 2012   16:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07 2227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13443585022141410036

Artikel ini lanjutan (http://sejarah.kompasiana.com/2012/04/17/sejarah-perang-salib-muslim-vs-nasrani/) Untuk mempersingkat lanjutan cerita sejarah Perang salib silahkan membaca : (silangkan mengkritisi isi artikel, sungguh luar biasa bila isi dikritisi. Wassalam)

Akibat-Akibat Perang Salib Bagi Dunia Barat dan Timur

Dampak kehadiran Pasukan Perang Salib ini di negeri yang selama dua abad dikuasainya dalam berbagai hal tidak nampak dan tidak berbekas. Di negeri-negeri tersebut mereka hanya membentuk tidak lebih dari kelompok Katholik Eropa Barat yang sedikit jumlahnya yakni para Baron, Pendeta dan pedagang serta beberapa pegawai dan bawahan. Sebagian masyarakat lainnya adalah pribumi, yang terdiri dari kaum muslim, Kristen, dari berbagai Timur Tengah dan beberapa orang Yahudi. Segera setelah perang Salib usai dan pasukannya angkat kaki, negeri itu dengan mudah dipersatukan dalam satu masyarakat dan tata hukum Islam.

Ada dua hal yang ditingglakan oleh pesukan Perang Salib. Pertama, dalam hal memperburuk kedudukan orang-orang non muslim. Luka hati akibat lamanya peperangan antara Muslim dan Kristen, kebutuhan akan rasa tenteram di wilayah yang berpenduduk campuran Islam Kristen, padahal kesetiaan kepada agama merupakan unsur pokok masa itu. Dan barangkali perlu disebut juga terjadinya penganiayaan yang pernah diperbuat raja-raja Kristen dan gereja. Kesemuanya itu terpadu sehingga meruncingkan sikap sebagian orang-orang Muslim. Dari masa itu dan selanjutnya hubungan antara orang-orang Islam dan kum kristen maupun Yahudi semakin renggang dan lebih sulit.

Perubahan mendasar lainnya adalah dalam hubungan antara Timur Tengah dan Eropa. Sebelum abad ke 11 hubungan tersebut sangat terbatas, pasukan Perang Salib memperkenalkan struktur hubungan antara Timur Tengah dan Eropa. Yang oleh penguasa baru Muslim perlu untuk dpertahankan. Di bawah peraturan pasukan Perang Salib, para pedagang Eropa, kebanyakan dari Italia membangun usaha di pelabuhan-pelabuhan pantai di Mediterania (Timur) dan membentuk masyarakat yang terorganisasikan dibawah kepemimpinan dan diatur oleh hukum mereka pula. Penaklukan kembali pelabuhan-pelabuhan tersebut oleh kaum muslim, kegiatan tersebut tidak diberhentikan. Sebaliknya oleh penguasa muslim tidak diganggu bahakan cenderung memberi angin pada perdagangan karena dianggap memberi keuntungan. Pedagang Eropa terus mengembangkan usahanya di wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan perang salib, bahkan selanjutnya bermunculan di Mesir dan di tempat lain yang tidak pernah dikuasai tentara Perang Salib (Bernard Lewis, 1981:10)

Mata rantai baru dengan pihak Eropa ini juga mempengaruhi kehidupan kaum minoritas Kristen di Timur Tengah yang berada di bawah kekuasaan muslim. Sejak itulah mereka mulai banyak berhubungan dengan Barat. Sebagian melalui hubungan dengan pedagang Eropa, sebagian lain melalui ikatan keagamaan diantara sekte-sekte orang Kristen berbahasa Arab yang memisahkan diri dari gereja Timur dan bergabung dengan masyarakat gereja Roma.

Dampak bagi bangsa Eropa lain pula. Hasil pertemuan dengan peradaban Islam dan Byzantium yang sifatnya lebih bersahabat tampak jelas dimana-mana. Orang Venetia mengoper cara pembuatan kaca Tirus. Orang desa di Perancis memelihara ulat sutera dan menenun kain mengkilap menurut tradisi Timur. Petani menanam pohon Prem dari Damascus dan tebu dari Tripoli. Kayu manis, cengkeh dan pala memperkaya rempah-rempah masakan Eropa. Wanita mempergunakan cermin kaca untuk menggantikan piring logam yang dikilapkan. Pria merasakan enaknya mandi uap. (Anne Fremantle, 1079:60). Perombakan yang jauh lebih mendasar kelihatan. Keluarga feodal tidak dapat menikmati lagi banyaknya serta tingginya kedudukan, untuk mengongkosi perang ke Timur, mereka kadang kala harus menjual piagam ke kota-kota dan membebaskan budak dengan dipungut bayaran. Kota kini menjadi besar dan megah, dan orang yang baru bebas merdeka ini menampilkan dirinya. Ekonomi tidak lagi didasarkan pada sistem tukar-menukar barang dan pelayanan kerja, tetapi didasrkan uang. Pangeran yang berniaga bangkit untuk bersaiing dalam hal gengsi dengan bangsawan ffeodal. Rakyat yang berdagang menjadi makmur. Struktur masyarakat abad pertengahan sendiri goyah dan pola kehidupan goncang. Dengan dilupakannya Perang Salib, babak baru perkembangan baru di bumi sendiri memikat perhatian dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun