Mohon tunggu...
Prita HW
Prita HW Mohon Tunggu... -

Full wife yang jatuh cinta pada dunia freelance. Sehari-hari menulis, blogging, dan sharing lewat fun workshop bersama The Jannah Institute yang sedang dikembangkannya. Passionnya ada di aktivitas literasi, traveling, dan social business. Juga mengelola blog di www.pritahw.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membuka Tabir Peranan Blog dan Blogger di Era Keterbukaan Informasi: Berkaca dari Pengalaman Pribadi

5 Februari 2017   05:53 Diperbarui: 5 Februari 2017   11:01 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat berkunjung ke markas Sale Stock Indonesia di Cikokol bersama Indonesia Lifestyle Digital Influencer. Dok.Pribadi.

Data adalah aset. Data bisa berupa informasi apa saja yang dapat menjadi sumber rujukan. Dan kini, apa yang kita sebut dengan era informasi telah benar-benar nyata di depan mata. Persis seperti ramalan Alvin Toffler yang mengatakan akan terjadi suatu pergeseran dari semula masyarakat industri menjadi masyarakat informasi. Banjir informasi kini sudah tak terelakkan lagi. Konten-konten yang menjadi sumber rujukan bertebaran di dunia maya. Tak terkecuali konten yang berasal dari blogosphere yang makin masif. Pertanyaan pentingnya, akan dibawa kemanakah dunia blogging dan peranan blogger ke depannya?

Sepotong Kisah Saya dan Blogging

Saya sendiri  termasuk dalam apa yang menjadi kegelisahan saya itu. Mengenal dunia blogging dari platform yang saat ini sudah tak lagi eksis di tahun 2008 an, saya kembali masuk ke dunia yang begitu luas ini pada empat tahun kemudian, di tahun 2012.

Ternyata terlahir kembali di dunia yang sebenarnya bukan baru bagi saya, boleh dibilang seperti masuk ke dunia antah berantah tak bertuan lagi. Kenapa? Sebab, semangat ngeblog saya yang dulunya hanya sekedar menumpahkan isi hati (kalau tak mau dibilang curhat), menuliskan keresahan akan kondisi sosial di sekitar, dan yang lain tak lebih juga hanya semacam etalase yang berisi pajangan-pajangan artikel usang. Saya pikir, blog akan memiliki pembacanya sendiri, tak perlu repot-repot diurus. Saya pun meninggalkannya, cukup lama.

Tapi dasar saya kalau sudah memiliki rutinitas bekerja  8 to 5 memang tak pernah bisa betah, di akhir tahun 2015 saya kembali. Membawa semangat baru untuk mulai menghidupkan blog (lagi). Dan, saya ternganga melihat kenyataan ternyata dunia blogging sudah semakin melesat jauh hanya dalam beberapa tahun saja. Saya baru tahu istilah blog monetize atau mendapatkan uang dari blog. Norak? Iya!

Dari situ, saya seperti menyalakan api yang sudah lama redup, saya berniat untuk ‘kembali pulang’ memenuhi panggilan jiwa dengan serius menjadi seorang penulis lepas yang sekian tahun saya buang ke dalam tempat yang tak pernah saya sentuh.

Saya ikuti komunitas-komunitas blogger yang bertebaran di media sosial yang tak pernah ada matinya, Facebook.Saya seperti murid baru. Awal kali memulai mengikuti workshop Taking Your Blog to The Next Level akhirnya membawa saya pada visi baru. Ya, saya tentu tak mau naif. Hidup tetap butuh yang namanya kepastian secara finansial.

Bekerja lepas yang sering diartikan orang awam sebagai ‘bekerja serabutan’ juga harus saya perjuangkan. Karena itu, saya tentu ingin tahu lebih dalam apa itu monetisasi blog.

Nge-blog adalah pilihan hidup. Dok.Pixabay (CCO)
Nge-blog adalah pilihan hidup. Dok.Pixabay (CCO)
Indah Julianti, seorang co founder sebuah komunitas blogger yang kebanyakan isinya emak-emak, menyulut semangat dalam diri saat saya bertemu di sebuah event jambore relawan pendidikan yang saya ikuti. “Jangan kuatir bekerja dari rumah, pekerjaannya akan lebih banyak daripada bekerja kantoran. Dan yang terpenting, buat perempuan, ini yang paling berkah, karena sambil mengurus rumah tangga”,ucapnya pada saya yang saat itu juga baru memasuki dua dunia baru, blogging dan pernikahan. Saya terus mengingat-ingat pesannya itu, dan juga semacam tagline yang sering diutarakannya, “blogging with heart, money will follow”.   

Hasil Tak Akan Mengkhianati Usaha dan Doa, Percaya?

Setahun kemarin, saya benar-benar bersyukur. Perjalanan ngeblog saya, meski tak mulus, banyak sekali kejutan-kejutan tak terduga.

Dari negeri antah berantah tak bertuan, lama-lama saya menemukan sebuah lingkungan yang seakan-akan menerima saya dan sehati. Tak hanya itu, mereka tak meng-iya-kan semua yang saya lakukan, tapi juga memberi saran dan masukan yang membangun. Siapa mereka? Teman-teman sesama blogger yang kebanyakan emak-emak dan ibu-ibu muda, fulltime mom yang memilih jalannya sendiri, bekerja dari rumah.

Saya percaya, secanggih-canggihnya dunia teknologi informasi terkini, tetap tak bisa mengalahkan keintiman personal secara nyata. Itu yang saya dapat dari banyak kopdar sekaligus menghadiri event blogger yang diadakan banyak komunitas. Dari situ, semua mengalir begitu saja.

Saya dan blogging
Saya dan blogging
Dengan memegang prinsip konsistensi, menulis untuk membagi ‘kemewahan’ yang saya punya. Baik itu berupa pengalaman, kontemplasi diri yang dapat diambil manfaatnya, maupun opini sehari-hari yang butuh penyaluran, saya melakukan semuanya dengan sepenuh hati.

Betul kata teman co founder yang saya sebutkan di awal, uang itu mengikuti saat kita melakukan semuanya dari hati. Arus blogosphere menarik saya masuk begitu saja. Diundang  pre screening film terbaru, press conferense sebuah program sosial, pemerintah, ataupun produk perusahaan, factory visit, dan sebagainya. Goodie bag dan sponsored post yang menyertainya saya anggap sebuah bonus.

Saat berkunjung ke markas Sale Stock Indonesia di Cikokol bersama Indonesia Lifestyle Digital Influencer. Dok.Pribadi.
Saat berkunjung ke markas Sale Stock Indonesia di Cikokol bersama Indonesia Lifestyle Digital Influencer. Dok.Pribadi.
Blogger lintas usia saat workshop di Mozzila Community Space Jakarta. Dok.Pribadi
Blogger lintas usia saat workshop di Mozzila Community Space Jakarta. Dok.Pribadi
Saat enjoy Jakarta Night Journey bersama Indonesia Corners. Dok.Pribadi
Saat enjoy Jakarta Night Journey bersama Indonesia Corners. Dok.Pribadi
Yang terpenting bagi saya, menjaga reputasi sama baiknya di dunia maya maupun nyata. Pencitraan? Ya, pencitraan positif itu perlu. Supaya paling tidak, apa yang kita lakukan bisa menginspirasi orang lain merasakan hal sama seperti apa yang kita rasakan. Lanjutannya, citra positif akan mendatangkan klien yang juga sama positifnya :)

Buat saya di tahun kemarin, tahun awal pembelajaran yang akan selalu saya ingat. Termasuk kengototan saya untuk selalu mengikuti lomba yang saya anggap sesuai dari segi tema, jatuh bangun hingga puluhan kali. Tercatat dari  23 kompetisi yang saya ikuti, 2 diantaranya menjadi nominasi dan 7 diantaranya menjadi pemenang. Hikmahnya? Saya merasa skill menulis saya terus diasah dan sesekali diturunkan ke titik nol saat sudah berusaha penuh dan tidak mendapatkan nominasi ataupun penghargaan. Tapi, Allah Maha Adil. Hasil pada akhirnya memang tak pernah mengkhianati usaha dan doa. Saya percaya :) Saya meyakini blogging sebagai sesuatu yang positif yang dapat digunakan  sebagai sarana beraktualisasi diri. Bukan ajang pamer diri dan gengsi.

Lalu, Apa Peranan Blog dan Blogger di Era Keterbukaan Informasi Saat Ini?

Blog adalah salah satu dari sekian banyak pilihan di dunia maya. Saat ini, keberadaannya berdampingan urgensinya dengan kepemilikan media sosial semacam Facebook, Twitter, Instagram,dan yang lainnya. Bedanya, bagai sebuah ruang kelas, blog adalah gambaran ruang kelas yang utuh. Kita bisa menemukan banyak hal untuk belajar dengan sekian banyak yang dituangkan si empunya, yaitu blogger.

Maka, menjadi sah-sah saja ketika apa yang disajikan di dalam blog memang kental sekali dengan unsur personal. Sedikit berbeda dengan awak pers yang terikat kaidah jurnalistik dan harus berimbang..

Tapi, yang perlu menjadi catatan adalah apa yang dituangkan dalam blog merupakan representasi dari content creatornya, yaitu blogger.Meski sangat subyektif, tentu pembaca saat ini sudah makin cerdas untuk menilai mana konten yang memberi manfaat dan mana konten yang dianggap tidak bermanfaat, atau cenderung bersifat hoax.Seperti yang akhir-akhir ini riuh diperbincangkan.

Karena itu, bagi saya, apa yang saya tulis harus bisa dipertanggung jawabkan. Bukan saja di percaturan pembaca dan blogosphere,tapi lebih jauh pada Sang Maha Kuasa. Karena saya yakin, apa yang saya tulis akan memberi pengaruh pada proses berpikir dan pengambilan sikap seseorang. Untuk kemudian, seseorang itu menyebarluaskan ke komunitas terdekatnya.Bila positif, bayangkan saja keberkahan dan nilai positif yang akan kita terima. Apa yang ditanam, itulah yang dituai.

Blogging adalah hak semua orang, tanpa meninggalkan identitasnya. Dok.Pixabay (CCO)
Blogging adalah hak semua orang, tanpa meninggalkan identitasnya. Dok.Pixabay (CCO)
Blogger juga semestinya di era keterbukaan informasi saat ini tidak meninggalkan identitasnya, apapun profesinya. Blogbukan melulu dunia penulis yang akhirnya menjadikan orang ingin menjadi seseorang yang lain. Siapapun boleh berbagi. Selalu ada kisah-kisah seru dan berhikmah dibalik profesi seperti PNS, guru, dokter, pengacara, polisi, pekerja seni, wirausahawan, tenaga teknis seperti penjahit, koki, sopir, teknisi elektronik, pekerja bengkel, SPG/SPB, cleaning service, dan yang lainnya sampai mahasiswa dan bahkan siswa yang masih duduk di bangku sekolah.

Disadari atau tidak, sebenarnya blog sudah menyentuh hal-hal tak terbatas ruang dan waktu yang tak pernah kita prediksi. Termasuk blogdengan platformyang kental dengan ciri jurnalisme warga seperti Kompasiana. Kompasiana menyebutkan beyond blogging untuk menegaskan jati dirinya sebagai platform blog yang terus menantang masyarakat untuk memberikan konstribusi positif.

Dengan segala dinamikanya, peranan blogdi era keterbukaan informasi seperti saat ini, saya sarikan sebagai berikut :

  • Menjadi ajang beraktualisasi diri yang positif tanpa perlu menjadi orang lain.
  • Menjadi pemantik terbentuknya komunitas baru yang multi kultur sesuai minat dan passionnya, seperti travel blogger, food blogger, book blogger, beauty blogger, fashion blogger, parenting blogger, mom blogger,sampai yang gado-gado seperti lifestyle blogger.
  • Menjadi content marketing bagi perusahaan ataupun lembaga yang ingin menyampaikan pesannya secara soft sellingatau soft campign,caranya berinteraksi  langsung dengan masyarakat biasa seperti bloggeryang kemudian berbagi pengalamannya .
  • Menjadi media untuk menyampaikan opini dan sudut pandang pribadi mengenai permasalahan sosial yang terjadi di sekitarnya. Sehingga pendapat dan suaranya bisa didengar, dan tak jarang menjadi viral di beberapa peristiwa. Ini bisa kita lihat pada opini tentang nikah mudanya putra Ust. Arifin Ilham, aksi bela Islam, om tolelot om, riuh Pilkada serentak di beberapa daerah, dan masih banyak lagi. Semua orang bebas berekspresi. Hingga kemudian Pemerintah merevisi UU ITE. Sedemikian dahsyat :)
  • Mengusung budaya lokal di daerah-daerah tak terjamah dan orang-orang yang tak nampak ke permukaan. Seringkali pengalaman bersinggungan langsung dengan hal-hal ini kemudian menarik simpati banyak orang dan juga tak jarang memberikan input baru bagi wilayah atau orang yang ditampilkan.
  • Menjadi blueprint masyarakat dengan tingkat budaya literasi yang mulai meningkat. Tak melulu budaya lisan, tapi juga budaya membaca dan menulis secara digital. Meskipun, masih banyak yang memahaminya sebagai bahasa lisan yang dituliskan. Menurut saya, ini bagian dari proses sebuah upaya J

Akhirnya, peranan blog dan blogging saat ini tidak bisa lagi dianggap sebelah mata. Di era yang serba terbuka, dan overload informasi, sudah sepatutnya kita mengambil peranan untuk tidak membuat masyarakat bingung dengan membuat konten yang bermakna ambigu. Sebuah frase yang sering didengungkan di dunia blogging yaitu content is a king memang benar adanya. Semoga hanya yang positif yang menjadi tugas kita. Lebih jauh lagi semoga dapat menginspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun