Dari negeri antah berantah tak bertuan, lama-lama saya menemukan sebuah lingkungan yang seakan-akan menerima saya dan sehati. Tak hanya itu, mereka tak meng-iya-kan semua yang saya lakukan, tapi juga memberi saran dan masukan yang membangun. Siapa mereka? Teman-teman sesama blogger yang kebanyakan emak-emak dan ibu-ibu muda, fulltime mom yang memilih jalannya sendiri, bekerja dari rumah.
Saya percaya, secanggih-canggihnya dunia teknologi informasi terkini, tetap tak bisa mengalahkan keintiman personal secara nyata. Itu yang saya dapat dari banyak kopdar sekaligus menghadiri event blogger yang diadakan banyak komunitas. Dari situ, semua mengalir begitu saja.
Betul kata teman co founder yang saya sebutkan di awal, uang itu mengikuti saat kita melakukan semuanya dari hati. Arus blogosphere menarik saya masuk begitu saja. Diundang  pre screening film terbaru, press conferense sebuah program sosial, pemerintah, ataupun produk perusahaan, factory visit, dan sebagainya. Goodie bag dan sponsored post yang menyertainya saya anggap sebuah bonus.
Buat saya di tahun kemarin, tahun awal pembelajaran yang akan selalu saya ingat. Termasuk kengototan saya untuk selalu mengikuti lomba yang saya anggap sesuai dari segi tema, jatuh bangun hingga puluhan kali. Tercatat dari  23 kompetisi yang saya ikuti, 2 diantaranya menjadi nominasi dan 7 diantaranya menjadi pemenang. Hikmahnya? Saya merasa skill menulis saya terus diasah dan sesekali diturunkan ke titik nol saat sudah berusaha penuh dan tidak mendapatkan nominasi ataupun penghargaan. Tapi, Allah Maha Adil. Hasil pada akhirnya memang tak pernah mengkhianati usaha dan doa. Saya percaya :) Saya meyakini blogging sebagai sesuatu yang positif yang dapat digunakan  sebagai sarana beraktualisasi diri. Bukan ajang pamer diri dan gengsi.
Lalu, Apa Peranan Blog dan Blogger di Era Keterbukaan Informasi Saat Ini?
Blog adalah salah satu dari sekian banyak pilihan di dunia maya. Saat ini, keberadaannya berdampingan urgensinya dengan kepemilikan media sosial semacam Facebook, Twitter, Instagram,dan yang lainnya. Bedanya, bagai sebuah ruang kelas, blog adalah gambaran ruang kelas yang utuh. Kita bisa menemukan banyak hal untuk belajar dengan sekian banyak yang dituangkan si empunya, yaitu blogger.
Maka, menjadi sah-sah saja ketika apa yang disajikan di dalam blog memang kental sekali dengan unsur personal. Sedikit berbeda dengan awak pers yang terikat kaidah jurnalistik dan harus berimbang..
Tapi, yang perlu menjadi catatan adalah apa yang dituangkan dalam blog merupakan representasi dari content creatornya, yaitu blogger.Meski sangat subyektif, tentu pembaca saat ini sudah makin cerdas untuk menilai mana konten yang memberi manfaat dan mana konten yang dianggap tidak bermanfaat, atau cenderung bersifat hoax.Seperti yang akhir-akhir ini riuh diperbincangkan.
Karena itu, bagi saya, apa yang saya tulis harus bisa dipertanggung jawabkan. Bukan saja di percaturan pembaca dan blogosphere,tapi lebih jauh pada Sang Maha Kuasa. Karena saya yakin, apa yang saya tulis akan memberi pengaruh pada proses berpikir dan pengambilan sikap seseorang. Untuk kemudian, seseorang itu menyebarluaskan ke komunitas terdekatnya.Bila positif, bayangkan saja keberkahan dan nilai positif yang akan kita terima. Apa yang ditanam, itulah yang dituai.