Pemilu sebentar lagi, tinggal hitungan bulan. peserta konstalasi mulai turun ke bawah, mencari atau malah mengemis dukungan. Agar mereka aman dan memperoleh jabatan.Â
Konsep yang saya pahami terkait pemilu adalah tentang bagaimana, kita menyalurkan aspirasi masyarakat (rakyat) kepada wakilnya di sana. namun sayangnya hingga saat ini banyak wakil mereka yang hanya turun dan baik mendekati waktu pemilihan. Setelah itu, seolah lupa dari mana mereka berasal.Â
kita tidak usah membahas hal tersebut. mungkin sekarang akan lebih menarik bila kampanye menjadi sarana adu gagasan, ide dan juga kegiatan untuk memajukan bangsa dan negara. bukan tentang orang yang datang secara tiba-tiba dan memberikan janji-janji setelah itu sedikit uang dengan harapan saat pemilihan akan dipilih. bukan-bukan itu yang di inginkan masyarakat.Â
saya punya kawan, sekira tahun 2007 saya kenal beliau, hanya 2-3 tahun di atas saya. hampir tiap hari kegiatanya mendampingi masyarakat miskin disalah satu kota di jawa timur. sering kali saya ikut, melihat masalah yang dihadapi sebenarnya beragam. mulai dari infra struktur dan akses dalam mendapatkan program. dan diskusi kami tiap malam selalu di mulai dengan"mbol, menurutmu Indonesia kedepan itu akan seperti apa?"obrolan ini terus berlangsung hingga kawan saya menikah dan pindah rumah.
gagasan atau ide yang lahir tiap malam ternyata berpengaruh besar kepada saya tentang bagaimana melihat dan menyikapi Indonesia. tidak selalu benar dan besar. namun memberikan warna hingga sekarang.
hingga saya bertemu dengan seseorang yang "easy going easy go" kita tidak perlu muluk-muluk memikirkan negara dan sebagainya, jadi orang itu yang sederhana saja. "saya ini ideologinya perut, siapa yang ngasih makan saya ngikut". saya tercengang dengan ucapnya. kita itu bukan golongan priyayi, kita itu bukan golongan bangsawan dengan banyak aturan. kita itu hanya "buto" yang bisa seenaknya. namanya juga buto. jadi ya bebas saja tanpa ada aturan, ingin makan boleh, madang boleh, nggaglak juga boleh toh intinya ngisi perut.
saya lihat kawan saya ini jalannya juga lurus-lurus saja dan tidak neko-neko dengan ideologi perutnya. setelah kami diskusi lebih jauh, baru saya ngeh bahwa yang memberikan makan adalah sang pencipta. terus kita mau apa? jatah nasi orang normal itu sehari 3 piring. dikasih 10 juga buat apa kalau tidak disalurkan dan disimpan untuk yang lain. ??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H