Mohon tunggu...
Pristiyono
Pristiyono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru pertanian yang hobi berkesenian

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik dan Pertanian

18 Maret 2023   15:28 Diperbarui: 18 Maret 2023   15:32 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan Pembibitan (Dokpri)

Seringkali pertanian identik dengan kotor, miskin dan orang tua. Stigma semacam ini mau tidak mau mengakibatkan anak muda enggan untuk bergelut di dunia pertanian. Hal semacam ini dulu sempat saya rasakan ketika awal masuk menjadi mahasiswa Pertanian di Unej. "Macul kok dadak kuliah" hal semacam itu yang sering saya dengar dari orang-orang.

Kebetulan Jurusan saya agribisnis, sehingga sangat jarang sekali turun ke lahan. Hanya satu semester. Setelah itu lebih banyak diruang kelas, diskusi dan turun ke lapangan penelitian ke Petani. Bukan tentang cara mencangkul yang baik, bukan cara tentang bagaimana memupuk yang baik. Penelitian tentang organisasi dan perkembangan petani secara kelembagaan.

Saat itu saya melihat pertanian dari sudut pandang yang berbeda. Hal itu semakin diperkuat saat Matkul Politik Pertanian, kami lebih akrab menyebutnya polper. Di Matkul ini, kebijakan pertanian dan arah pengembangan pertanian semakin membuka cara pandang saya. Bahwa pertanian terutama Pangan merupakan salah satu komoditas politik yang seksi. Sayangnya hal tersebut tidak diajarkan di tempat lain.

Melihat kondisi tersebut, saya tidak heran bila petani kita berada di zona yang lemah. Bahkan cenderung kurang menguntungkan. Selain penyedian saprodi yang kadang susah dan lumayan mahal saat panen juga memilki masalah baru, harga dan daya serap pasar.

Seperti saat ini, baru kapan hari pak Presiden, Gubernur Jawa Tengah dan Menteri Pertahanan baru saja menghadiri panen raya, berita itu membuat saya gembira. Meskipun tahu bahwa hal semacam ini akan sering kita lihat kedepan. Belum selesai bergembira, beberapa hari kemudian muncul informasi bahwa pemerintah akan membuka kran Import beras. Ironis? Banget. Tapi kalau kita melihat lebih baik dan terbuka bahwa ada kewajiban pemerintah untuk selalu menyiapkan kepastian logistik, terutama pangan ya, kita jadi tidak heran. Karena kembali lagi ke awal pangan/pertanian merupakan salah satu komoditas politik yang seksi.

Kadang kita lupa  bahwa panen raya belum tentu mampu menyukupi kebutuhan pangan kedepan. Bukan melulu satu atau dua bulan. Namun sampai beberapa bulan, hal ini saya lupa berapa bulannya karena pemerintah sudah mengaturnya. Belum lagi isu pemanasan global, gagal panen kedepan dan kemungkinan bencana alam.

Panen tiba petani desa, memetik harapan. Saya jadi ingat lagu iwan fals. Semoga kedepan kita bisa lebih baik dalam bertani dan petani memiliki harapan di bidang pertanian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun