Mohon tunggu...
Prista Ayu
Prista Ayu Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang baru belajar nGeblog, Ngeblog untuk sekedar sharing ilmu, pengalaman, dokumentasi hidup, dan mencari teman.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan featured

Melihat Kembali Sejarah Kapal Selam Republik Indonesia

1 Maret 2011   03:34 Diperbarui: 24 April 2021   08:12 3602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kapal selam. (sumber: Pixabay via kompas.com)

Sejalan dengan kampanye Trikora, satu tahun setelah itu tepatnya pada Desember 1962 datang lagi enam KS batu yang dipersenjatai torpedo jenis SEAT-50.

Torpedo fire and forget ini merupakan torpedo terbaik pada zamannya dan hanya Rusia serta Indonesia yang memiliki torpedo jenis ini. Keenam KS tersebut diberi nama RI Widjajadanu, RI Hendradjala, RI Bramasta, RI Pasopati, RI Tjundamani, dan RI Alugoro. Semua nama itu mengambil nama senjata dari dunia pewayangan.

Langsung Bertugas

Kedatangan 12 KS ini langsung diterjunkan dalam recana operasi Jayawijaya, bagian dari gema Trikora. Dalam operasi yang dramatik tiga KS melakukan infiltrasi di pantai utara Irian Barat, tetapi ketahuan kekuatan laut Belanda.

Hanya RI Tjandrasa yang dinakhodai Mayor Laut Mas Mardiono berhasil mendaratkan 15 anggota RPKAD di Tanah Merah, 30 kilometer utara pelabuhan udara Sentani pada 21 Agustus 1962.

Atas keberhasilan ini semua ABK RI Tjandrasa mendapat Bintang Sakti berdasarkan Keppres No.14/1963. Baru kali ini Indonesia menganugerahkan Bintang Sakti bagi seluruh anggota, biasanya bintang tertinggi ini dianugerahkan kepada perorangan atas jasa luar biasa di luar tuntutan tugas.

Memang tugas KS jauh dari publikasi dan jarang terlihat lawan maupun kawan. Selama dioperasikan Indonesia, satuan KS selalu dilibatkan dalam berbagai operasi senyap, termasuk tugas negara ke Pakistan pada 1965.

Pada 17 Oktober 1965, dua KS, yaitu di bawah komandan Kapten Pelaut Basuki (RI Nagarangsang) dan Kapten Pelaut Jasin Sudirdjo (KS Bramasta) ditugaskan berangkat ke Pakistan dalam kesiagaan tinggu.

Hal ini merupakan tugas yang sangat mencekam, mengingat Indonesia baru saja dilanda tragedi G-30S. Antara Pakistan dan India waktu itu sedang terlibat perang.

Kedua KS hanya diperintahkan secara lisan untuk menuju Karachi menyusul Gugus Tugas X yang telah berada di Chitagong, Pakistan Timur, yaitu dua kapal cepat serta sejumlah prajurit KKI (kini Marinir TNI AL).

Setelah kedua KS merapat di Sorong untuk mengisi bahan bakar dan makanan sebelum ke Pakistan, masuk dua perwira dari Pakistan Navy yang akan bertindak sebagai liaison officer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun