Tarjo anak dari sebuah pemukiman kumuh, yang berprilaku menyimpang namun dia mempunyai sebuah pemikiran yang kritis akan sebuah permasalahan. Sebenarnya Tarjo merupakan anak yang sangat cerdas dan mempunyai banyak potensi. Namun Selama hidupnya dia hanya berdiam dan mengamati semua perilaku setiap orang yang dia liat selama sehari-hari. Terkadang pun dia hanya melakukan ibadah, itu pu sangat jarang dia lakukan, dan ketika dia melakukan dia tidak sadar apa yang telah dia lakukan merupakan suatu perilaku yang sesuai dengan konteks sosial.
Banyaknya pengaruh dari dalam lingkungan kesehariannya, dia hanya mengikuti apa yang temannya lakukan. Tarjo sendiri merupakan anak yang yang tidak mampu dan dia pun hidup di daerah pemukiman kumuh, yang cenderung dengan mudahnya melakukan hubungan sosial dan banyak permasalahan. Dari hubungan sosial ini dia melakukan pengamat dan peniruan akan setiap perilaku yang telah di lakukkan oleh setiap teman, kerabat, ataupun tetangganya. Tarjo pun tanpa sadar telah melakukan presektif sosiologi, karena Tarjo disini telah melakukan penilaian terhadap apa yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di sekitar hidupnya, dari sebuah pemikiran yang ada dalam sebuah perspektif ini Tarjo sudah mendapat pengaruh yang buruk yang telah menjadi tradisi, atau apa yang telah menjadi kebiasan yang ada dalam lingkungannya. Dan untuk menyimbolkan akan sebuah pemikirannya Tarjo membuat identitas pada dirinya, seperti berprilaku semaunya, tidak mengikuti norma, tidak memprioritaskan pendidikan. Dari sebuah pengidentitasan ini pun dia mendapat yang akan dinama kepuasan yang datang dalam dirinya, yang sebenarnya sangat salah dan tidak baik untuk dia lakukan.
Seiring dengan berjalannya waktu, Tarjo pun sangat bosan dengan kehidupan yang dia lakukan. Tarjo pun mencoba keluar dari kampungnya dia mencoba mencari kehidupan yang lebih layak dan lebih berguna untuk untuk dirinya. Ketika dia keluar dari kampunya dia juga melakukan pengamatan, penilaian dan menarik kesimpulan dalam setiap apa yang dia lihat. Meskipun Tarjo bukan merupakan seorang yang mempunyai modal pendidikan dia sangat keritis, sikap keritis ini pun merupakan peninggalan dari sikap yang ada dantinggalkan keluarganya, yang tak lain merupakan sikap kritis ini merupakan sebuah sikap yang dimiliki oleh seorang yang tinggal di pedesaan, pedesaan pun yang sangat terpelosok yang tidak dapat menirima pengaruh dari kebudayaan luar mudah dengan. Namun ketika Tarjo telah terpengaruh, Tarjo sangat susah di pisahkan dengan pengaruh tersebut, butuh waktu lama untuk melepaskan pengaruhnya tersebut dari dirinya. Begitulah ciri khas dari seorang yang tinggal di dalam sebuah desa yang terpencil dan terplosok.
Dalam sebuah perjalanan ini Tarjo bertemu dengan sekelompok orang yang membentuk sebuah perkumpulan yang bergerak dan berpartisipasi dalam peningkatan pendidikan. Tarjo pun berminat dan tertarik akan sebuah kelompok ini, dia pun mencoba mendekat dan mencoba bergabung dengan kelompok ini. Namun ketika dia mencoba untuk mendekati dia sangat minder dengan penampilannya yang sangat kumel dan lusuh, dan dia pun tidak mempunyai pengetahuan akan ilmu. Ketika dia mencoba untuk mendekat salah satu dari anggota kelompok tersebut memanggilnya dan mengajak bergabung dengan kelompoknya. Dan saat itu lah Tarjo mendekat dengan keraguan danbimbang. Dari keraguan tersebut ketertarikan Tarjo akan kelompok ini semakin kuat,kemauannya untuk bergabung dengan kelompok ini.
Tarjo pun tergabung dengan kelompok ini dan menjadi anggota kelompok ini, dalam kelompok ini Tarjo diajarka berbagai ilmu di antaranya Tarjo diajarkan akan sebuah ilmu sosial, norma, adab dan adat istiadat. Ketika Tarjo mendapat ilmu ini terkadang Tarjo meneteskan air mata, air mata ini pun sebagai simbol bahwa Tarjo sangat menyesal dengan apa yang telah dia lakukan selama dia hidup di pemukiman kumuh, penyesalan Tarjo akan masa lalu ini lah mengakibat Tarjo membentuk sebuah imajinasi akansetiap apa yang dia lakukan dan akibat yang telah dia lakukan. Tarjo pun bertekat untuk mengubah gaya hidup, perilaku, dan norma yang berkembang di kehidupannya yang sebelumnya.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa konteks sosial dapat berlangsung pada diri manusia di karenakan adanya pengaruh tempat tinggal, pengaruh kebudayaan, pengaruh pendidikan, dan pengaruh kelompok kecil disekiar kita. Dari pengaruh ini membentuk pemikiran, sikap, perilaku, norma dan adab yang ada pada setiap orang. Sehingga konteks sosial seseorang berbeda satu dengan yang lain, karena adanya pengaruh tersebut yang berbeda-beda. Selain itu daya penalaran setiap orang berbeda pula. Jadi ketika kita menemui banyak pengaruh buruk, maka kita harus melakukan seleksi, dan ketika kita menemui beberapa pengaruh baik, sebaiknya kita pula harus berperan aktif sebagai penjalan pengaruh tersebut.
Sekian terima kasih.
prisma susila. psikologi a. 14410030
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI