Mohon tunggu...
Jon A Masli
Jon A Masli Mohon Tunggu... Insinyur - Penggiat Investasi dan UMKM

Jon Masli adalah profesional praktisi Perusahaan, khususnya dibidang Pengembangan Usaha, Penata Manajemen Korporasi, Go Public dan Pelobby investasi asing.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Solusi Kebijakan Ekspor Benur Lobster

1 Desember 2020   17:00 Diperbarui: 1 Desember 2020   17:20 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tetapi dari ke semua ungkapan ini, kalau saya boleh ambil kesimpulan adalah Bu Susi yang benar, namun sayang pelarangan ekspor tidak ditunjang dengan uluran tangan pemerintah untuk membudidayakan benur sebagai solusi ekonomi. 

Padahal bukankan kita ada BPPT yang dapat bekerjasama dengan Hawaii Institute of Marine Biology dan Hawaii Center for Microbial Oceanography Research & Education yang nota bene adalah jagonya soal binatang laut. Mereka ini ahlinya soal budidaya lobster dan yang mengajari orang orang Vietnam teknologi berbudi daya Lobster. 

Inilah missing linknya era Bu Susi yang sudah on track melarang ekspor benur lobster namun tidak sempat memberi solusi tuntas memberi social net buat para petani dan nelayan lobster dalam menjamin nafkah mereka. 

Di sisi lain dan aneh Pak Edhy Prabowo mengatakan Vietnam lebih canggih Teknologi budidaya lobsternya seakan mengakui ketinggalan kita dari Vietnam yang sudah merdeka 75 tahun merestui mereka untuk membudidayakan benur kita dan terus menjadi pemasok buat mereka. Say what? Betul di satu sisi, tapi it does not mean we cannot do it, or obtain the technology membudidayakan lobster dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga di Hawaiita yang baru-baru ini dikunjungi Pak Edhy Prabowo dan rombongan termasuk Ngabalin yang bukan ahlinya namun ikut serta juga. 

Keanehan lain adalah melegalisasi ekspor karena alasan illegal ekspor yang sulit dikendalikan. Ini menunjukan betapa lemahnya semangat KKP memerangi kejahatan ekonomi oleh para penyelundup benur lobster.

Bukankah kita punya Bakamla, Polisi Laut dan Angkatan Laut? Sebagai konklusi, dan solusi sebaiknya berlakukan pelarangan ekspor seperti kebijakan Bu Susi Pujiastuti, ulurkan tangan membantu para petani dan nelayan lobster dengan stimulus kebijakan jaringan sosial memberdayakan mereka bekerja diperusahaan2 membudidayakan lobster. 

Lobby pengusaha-pengusaha lobster Vietnam untuk bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan national kita yang sudah mempunyai fasilitas. Upaya ini sesuai dengan semangat Omnibus Law yang memudahkan PMA boleh berbudidaya lobster. Bukankah itu solusi? Giatkan investasi asing Vietnam juga yang masih sangat minim! Kita sepertinya baru sadar atau pura-pura sadar kalau kita kalah bersaing dengan Vietnam dan Thailand bahkan si miskin kere Filipina dalam hal ekspor.

Patutlah kalau Pak Jokowi ngamuk ketika membaca betapa kinerja ekspor kita ketinggalan dari mereka. Tetangga yang SDAnya kalah kaya dengan kita. Tapi kalau kita mengintrospeksi dengan kritikan begini, selalu ada saja WNI yang marah-marah defensive tersinggung. 

Kita banyak sekali orang pintar, banyak anggaran APBD dan APBN untuk menggenjot ekspor, luar biasa upaya mendukung UMKM, you name it kita punya, lebih dari tetangga-tetangga kita tadi yang lebih miskin, yang SDM-nya kalah pintar, tapi mereka lebih ulet, kreatif, mau kerja EXTRA MILE. 

Konon pejabat-pejabatnya mereka lebih lugu dari pejabat-pejabat kita yang lebih kreatif membuat aturan-aturan yang mempersulit pengusaha kita sendiri. Pejabat-pejabat mereka kurang minat membeli barang ori jam Rolex, tas Hermes, koper LV karena di sana banyak yang KW3, dan konon OTT dinegara komunis seperti Vietnam itu berat hukumannya. 

Defacto perlu kita catat, bahwa pengusaha2 Thailand dan Vietnam itu sudah piawai membeli bahan baku kita seperti: kelapa utuh, hasil laut, kayu, dll dan ulet mengolahnya menjadi nilai tambah berlipat ganda untuk diekspor. Nanti malam ILC akan membahas kasus Ekspor benur lobster yang lagi ngetop ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun