Mohon tunggu...
Priska Odilia
Priska Odilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Margaret Thatcher, si "Iron Lady" Pembawa Perubahan

19 Desember 2021   00:10 Diperbarui: 19 Desember 2021   00:22 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada artikel ini, akan dibahas sosok Margaret Thatcher, seorang perempuan cerdas yang lahir tanggal 13 Oktober 1925 di Gantham Lincolnshire, Inggris. Ia merupakan seorang pribadi yang dikagumi oleh masyarakat di Inggris pada abad ke-20 berkat sepak terjangnya dalam dunia politik, khususnya sebagai seorang perdana menteri perempuan pertama di Inggris.

Margaret Thatcher ini mendapatkan beberapa kata "pertama" dalam hidupnya, seperti perempuan pertama yang menjadi Perdana Menteri Inggris, bahkan menjadi pemimpin perempuan pertama di wilayah Eropa. Selain itu, ia juga menjadi Perdana Menteri perempuan yang memiliki masa jabatan paling lama, yaitu selama 12 tahun atau selama 3 periode.

Sebagai seorang Perdana Menteri, yaitu salah satu pihak dalam politik paling berpengaruh di Inggris, mendapatkan banyak pandangan dan komentar karena gender nya sebagai seorang perempuan. Stereotip bagi seorang perempuan yang umum adalah mereka yang lebih lemah, lebih emosional (hanya menggunakan perasaan) dan tidak berpikir rasional, serta tidak memiliki kekuatan diatas seorang laki-laki. Namun, dari seluruh pencapaian yang telah dilakukan oleh seorang Margaret Thatcher, kita dapat menyatakan bahwa ia telah mematahkan stereotip atau pandangan tersebut kepada dirinya.

Pada tahun 1976, Margaret Thatcher melakukan suatu pidato tentang kebijakan luar negeri, dimana ia menuduh Uni Soviet sedang berusaha untuk mendominasi dan menaklukan dunia. Hal ini membuat dirinya dijuluki sebagai "Iron Lady", dimana sejak saat itu, julukan ini akan digunakan untuk politisi-politisi perempuan yang berpengaruh dan memberikan dampak besar bagi negara. Selain itu, beberapa gebrakan yang dibuat olehnya juga terlihat dari berbagai kebijakan yang diutarakan olehnya yang menyebabkan perubahan dalam pemerintahan Inggris.

"Bila hanya ingin disukai, maka harus bersiap untuk berkompromi atas hal apapun dan kapan pun, dan mungkin kita tidak akan mendapat apa-apa" -- Margaret Thatcher.

Beberapa kebijakan baru yang Thatcher lakukan salah satunya adalah dalam bidang ekonomi, yaitu menghapus system industrial tradisional milik Inggris, serta menyerahkan pengelolaan transportasi public dan perumahan kepada perusahaan swasta yang ada di Inggris. Ia melakukan seluruh hal tersebut dengan mengurangi anggaran milik pemerintah, dimana ia menghapus berbagai subsidi serta anggaran sosial negara. Selain itu, juga ada penerapan pasar bebas dan tingkat pajak yang rendah.

Walaupun berbagai kebijakan yang dilontarkan olehnya merupakan suatu hal yang radikal, namun banyak pihak yang akhirnya merasa bahwa memang diperlukan seorang pemimpin yang seperti itu. Pemimpin yang dapat mengambil Langkah besar dan melakukan perubahan untuk menghadapi tantangan yang lebih besar dimasa mendatang.

Setelah berbagai perubahan yang ia buat tersebut tentunya tidak semua pihak akan terpuaskan, dan tidak ada seorang pemimpin pun yang dapat memuaskan seluruh pengikutnya. Hal ini dibuktikan oleh salah satu kebijakannya yang menjadi kontroversial bagi para kaum buruh, yaitu kebijakan pembatasan pencetakan uang, pembatasan secara legal persatuan dagang, mendukung pasar bebas, pemotongan pajak, dan kontrol ketat atas belanja publik. Kebijakan ini dinamakan Thatcherisme. Kebijakan ini dibuat olehnya dengan landasan kepercayaan bahwa persatuan dagang akan berbahaya baik untuk para anggotanya sendiri maupun untuk masyarakat dan dapat merusak tatanan demoktrasi parlementer. Namun hasil yang diterima tidak sebaik yang diharapkan olehnya, dimana semakin besarnya kesenjangan sosial antara masyarakat serta meningkatnya inflasi, dan meningkatnya pengangguran di Inggris.

Dari hal diatas tersebut, tetap terdapat sisi positif yang dapat diambil dari tindakan Thatcher ini. Hal ini adalah pandangan dirinya yang memiliki tugas untuk memastikan bahwa setiap orang dapat menangani dirinya sendiri dan kemudian dapat menangani orang lain. Ia juga memegang dengan erat setiap opini yang ia miliki dan tidak ragu untuk menyampaikannya. Sehingga, sebagai seorang pemimpin, membuat perubahan memang bukanlah hal yang mudah. Namun yang lebih penting adalah apa tujuan dari perubahan itu dan apa yang ingin dicapai dari pemberlakuan perubahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun