Mohon tunggu...
Priska Odilia
Priska Odilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Leadership: Kepemimpinan yang Berani

6 Desember 2021   10:00 Diperbarui: 19 Desember 2021   00:17 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepemimpinan merupakan suatu hal yang membutuhkan keberanian. Tanpa adanya keberanian, seorang pemimpin tidak akan dapat mengarahkan, membuat keputusan, dan tentunya memimpin orang lain atau para pengikutnya. Namun tentunya, keberanian merupakan sesuatu yang mudah menghilang atau memudar dari diri seseorang. Hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan keberanian dalam diri contohnya dengan banyak bergaul dan menyesuaikan diri dengan situasi yang sedang terjadi. Lalu apa keberanian itu sendiri?

Keberanian merupakan sebuah kekuatan mental dan moral untuk terlibat, bertahan melalui, dan menahan bahaya, kesulitan, atau ketakutan yang dihadapi. Hal ini tidak berarti tidak adanya keraguan, kebingungan, atau ketakutan, namun kemampuan ini merupakan untuk melakukan tindakan terlepas dari perlu dilakukan untuk kebaikan yang lebih besar. Faktanya, jika tidak ada ketakutan dan keraguan dalam hidup seseorang, maka keberanian ini tidak akan dibutuhkan.

Pemimpin sejati menggunakan keberanian dan mempelajari ketakutan untuk menerima tanggung jawab yang ada, mengambil risiko, membuat perubahan dalam hidup, mengungkapkan pikiran mereka, serta untuk memperjuangkan apa yang mereka yakini. Pertama, keberanian berarti menerima tanggung jawab yang ada. Para pemimpin harus bersedia untuk melangkah dan mengambil tanggung jawab pribadi mereka. Jika beberapa orang membiarkan hidup hanya terjadi begitu saja pada mereka, maka seorang pemimpin akan membuat sesuatu terjadi, dimana akan berani untuk menciptakan peluang untuk membuat perbedaan dalam organisasi ataupun komunitas mereka.

Kedua, keberanian juga dapat berarti sebagai ketidaksesuaian. Kepemimpinan yang berani berarti melawan arus, melanggar tradisi yang ada, mengurangi Batasan dalam organisasi, serta memulai perubahan. Para pemimpin ini harus bersedia mengambil risiko untuk tujuan etis yang lebih besar dan mendorong orang lain untuk ikut melakukannya. Jika terhadap status quo atau konstan maka mungkin ini akan menjadi sulit. Ketiga, keberanian berarti mendorong untuk melampaui zona nyaman seseorang. Ketika seseorang melampaui zona nyaman mereka masing-masing, maka dikatakan mereka menghadapi "dinding ketakutan" internal mereka sendiri.

Selanjutnya, keberanian berarti meminta apa yang diinginkan dan mengatakan apa yang dipikirkan. Seorang pemimpin harus berbicara untuk mempengaruhi orang lain, namun terkadang keinginan untuk menyenangkan orang lain tersebut dapat menghalangi kebenaran yang ada. Semua orang yang menginginkan persetujuan akan menjadi sulit untuk mengatakan sesuatu ketika telah berpikir bahwa orang lain akan setuju atau tidak. Terakhir, keberanian berarti memperjuangkan apa yang dipercayai. Keberanian inti berarti berjuang untuk hasil yang bermanfaat bagi keseluruhan. Para pemimpin akan mengambil risiko, namun mereka akan melakukannya untuk tujuan yang lebih tinggi.

Beberapa cara agar para pemimpin dapat membuka keberanian dalam diri mereka sendiri, termasuk berkomitmen pada tujuan yang mereka yakini, berhubungan dengan orang lain, memanfaatkan kemarahan yang ada, serta mengembangkan keterampilan mereka, yaitu:

  • Percaya kepada tujuan yang lebih tinggi, dimana keberanian datang dengan mudah ketika kita berjuan untuk sesuatu yang telah benar-benar kita yakini.
  • Menarik kekuatan dari orang lain, dimana peduli terhadap orang lain dan mendapat dukungan dari orang lain adalah sumber keberanian yang kuat di dunia yang kacau.
  • Memanfaatkan rasa frustasi dan kemarahan, dimana ketika marah dapat menyebabkan rasa lupa atas gagal, takut, malu dan ketidaksukaan orang lain kepada kita.
  • Ambil langkah-langkah kecil, dimana menemukan keberanian adalah tindakan yang disengaja daripada sebuah respons instan.

Sumber: Richard L. Daft. The Leadership Experience, 7th edition.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun