Mohon tunggu...
Priscilla EnggitDewantari
Priscilla EnggitDewantari Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa S1 Perencanaan Wilayah dan Kota - Universitas Jember

191910501057

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengertian Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Sebagai Alternatif

8 Mei 2020   00:17 Diperbarui: 8 Mei 2020   00:12 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima dana atau uang dari pihak lain, yang pada akhirnya hal tersebut menjadikan daerah dibebani dan memiliki kewajiban atau keharusan untuk membayar kembali. Pinjaman daerah dapat bersumber dari pemerintah pusat, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, pemerintaha daerah lain, dan juga obligasi daerah. Di Indonesia terdapat peraturan atau kebijakan yang membahas mengenai pinjaman daerah yaitu pada Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005. Pinjaman daerah tersebut diperbolehkan oleh Undang -- Undang yang bermaksud untuk memberikan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah sehingga dapat terjadinya percepatan dalam pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan pelayanan pada masyarakat.

Obligasi daerah tentulah tidak terdengar asing di telinga kita. Apa yang dimaksud yang obligasi daerah itu sebenarnya? Obligasi daerah merupakan salah satu bentuk berupa pinjaman yang memiliki jangka waktu yang panjang yang berasal dari masyarakat, dan hal tersebut digunakan untuk membiayai sebuah proyek atau kegiatan dan juga sarana publik atau fasilitas umum yang akan dibuat oleh pemerintah, dimana hal tersebut menghasilkan penerimaan bagi APBD atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan tentunya juga akan memberi manfaat bagi masyarakat yang ada di daerah tersebut. Dan pinjaman tersebut akan dikembalikan sesuai dengan jangka waktu dan persyaratan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Pada obligasi daerah, masyarakat merupakan pihak yang memberikan pinjaman dan pemerintah daerah menjadi penerbit dari surat utang. Dan pemerintah daerah menerbitkan surat utang tersebut dalam bentuk rupiah. Pada obligasi daerah ini, pemerintah daerah adalah pihak yang bertanggung jawab untuk menjamin dan bukan pemerintah pusat. Peraturan yang membahas mengenai obligasi daerah di Negara Indonesia adalah pada Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2011 yang membahas mengenai Pinjaman Daerah dan juga pada Peraturan Menteri Keuangan No.111 / PMK.07 / 2012 yang membahas mengenai Tatacara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.

Pemerintah daerah bertanggung jawab atas pengelolaan obligasi daerah dan juga bertanggung jawab atas dana dari hasil penerbitan daerah. Untuk melihat contoh kasus, terdapat jurnal yang berjudul "Strategi Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai Alternatif Sumber Penerimaan Daerah di Provinsi Jawa Tengah" , yang membahas mengenai potensi dan peluang yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam penerbitan obligasi daerah serta melihat bagaimana strategi penerbitan obligasi daerah yang ada di Provinsi Jawa Tengah.

Dalam menerbitkan obligasi daerah, pemerintah daerah harus mampu untuk dapat mengatur secara mandiri keuangan daerah itu sendiri. Menurut Halim (2007:232) , kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan juga pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber yang diperlukan daerah. Dan jumlah kumulatif pokok pinjaman daerah yang bersifat wajib untuk dibayar diharuskan untuk tidak melebihi dari jumlah Penerimaan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang ada di tahun sebelumnya.

Dalam program penerbitan obligasi daerah di Provinsi Jawa Tengah terdapat aspek -- aspek utama, yaitu aspek kemandirian keuangan yang dimiliki daerah, aspek kemampuan dari keuangan daerah, dan aspek sumber daya manusia. Dan disebutkan bahwa aspek sumber daya manusia atau SDM merupakan aspek utama dalam penerbitan obligasi, hal tersebut dikarenakan tingkat kemampuan sumber daya manusia pada instansi pemerintahan yang mengerti masalah obligasi daerah. Dan dimana masalah obligasi daerah tersebut memiliki keterkaitan yang erat dengan adanya program penerbitan obligasi daerah sebagai alternatif sumber penerimaan daerah di Provinsi Jawa Tengah.

Pada aspek kemandirian keuangan daerah ini pemerintah daerah meminimalkan dana pemerintahan. Hal tersebut dikarenakan pemerintahan daerah tidak ingin terlalu bergantung pada pemerintah pusat dan itu dapat menjadi alternatif dalam penerbitan obligasi daerah. Lain hal yang menjadi prioritas dalam menerbitkan obligasi daerah adalah efektivitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah atau PAD . Dan tentunya menggali potensi yang dimiliki daerah dapat dijadikan sebagai sumber untuk Pendapatan Asli Daerah atau APD .

Provinsi Jawa Tengah sendiri telah memenuhi syarat dalam tingkat likuiditas dan solvabilitas sudah terpenuhi. Pada bahasan di kalimat tersebut terdapat kata likuiditas dan solvabilitas. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya dalam jangka pendek. Dan pengertian solvabilitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk membayar utang -- utangnya baik dalam jangka waktu yang panjang atau pun dalam jangka waktu yang pendek, yang berarti pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah dapat memulai untuk melakukan penerbitan obligasi daerah karena memiliki kemampuan untuk melunasi utang sesuai dengan jatuh temponya. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 yang membahas mengenai Pengendalian Jumlah Defisit APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ) dan APBD ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ) , juga Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang mengatakan bahwa pokok pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah daerah tidak melebihi dari Penerimaan Umum APBD tahun sebelumnya.   

Tapi ternyata sumber daya manusia yang ada di Provinsi Jawa Tengah perlu lebih dipersiapkan dan ditingkatkan kualitasnya. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan cara diadakannya pelatihan pelaporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan pusat. Dan juga diharapkan adanya profesionalitas pada setiap perusahaan daerah untuk dapat menjalankan kewajiban yang dimiliki untuk dapat memberikan sumbangan bagi daerah dan ikut serta dalam melakukan kontribusi dalam membangun daerah.

Pada bahasan di atas terdapat kata likuiditas dan solvabilitas. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya dalam jangka pendek. Dan pengertian solvabilitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk membayar utang -- utangnya baik dalam jangka waktu yang panjang atau pun dalam jangka waktu yang pendek.

Hasil penelitian yang diungkapkan pada jurnal tersebut menunjukkan bahwa ternyata terdapat permasalahan mendasar yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yaitu karena masih terbatasnya sumber daya manusia yang terampil. Dan tentunya yang menjadi prioritas utama adalah sumber daya manusia, yang kedua adalah kemandirian keuangan daerah, dan yang terakhir adalah kemampuan keuangan daerah.

Dan yang dilakukan oleh pemerintah daerah ini diterapkan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah atau kekuasaan dimana daerah dapat mengatur urusan rumah tangganya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun