[caption caption="1.bp.blogspot.com/-RgP7ot3pLbA/VftiN0cqs7I/AAAAAAAAAbE/lL-m0hzPdaA/s1600/if%2Byou%2Bknow.png"][/caption]KPI, Mana Kartunku? Jangan Berlebihan! Lembaga anda mengawasi kartun tapi tidak pernah bisa tegas mengawasi sinetron? Jadi buat apa semua peraturan itu?
Di era sekarang, Dunia hiburan tak selamanya ' dapat dipercaya '. Bukannya mencerdaskan para pemirsa (Rakyat Indonesia) tetapi kian lama justru beralih kearah pembodohan Publik. Sejujurnya saja, Saya cukup kecewa dengan KPI yang seolah-olah Berat sebelah terhadap aturan yang dibuatnya.
KPI seolah sangat ketat mengawasi Dunia Kartun anak-anak tak jarang banyak scene terpotong tidak jelas hanya karena alasan yang tak cukup kuat. Banyak Anime yang hilang dari peredaran hanya karena dianggap banyak mengandung unsur kekerasan. Tidak ada yang salah dengan peraturan yang dibuat oleh KPI karena semua dilakukan untuk kebaikan tapi Saya harap KPI mengerti, Bahwa Peraturanya sangat berat sebelah. Apakah peraturan itu hanya berlaku bagi Kartun saja? Pasalnya, Sinetron Indonesia yang kian lama kian parah bahkan menampilkan aksi kebut-kebutan, Kisah Percintaan anak remaja dan keributan di diamkan saja? (Padahal Sinetron ini bentuknya malah Manusia, Bukan Kartun lagi)
Jika KPI memang dapat mempertanggungjawabkan setiap peraturan yang ia buat maka seharusnya scene sinetron tersebut dipotong dari awal sampai akhir alias bubar. Berapa banyak dari kita sering melihat kasus anak-anak kecil yang mengalami 'penuaan' dini dengan pacaran kelewat batas alias terlalu nyleneh. Ini akibat siapa? Haruskah saya menyalahkan Srigala yang dulu pernah mengancam kehidupan anak bangsa? Ataukah saya harus menyalahkan si 'Macan' yang sempat mengaum setiap malam disebuah stasiun televisi swasta Indonesia? Atau Para pembaca setuju jika Saya salahkan Mas - Mas yang suka kebut-kebutan naik motor itu? ( Bukan Ojek Online )
Banyak diantara para petinggi negeri peduli terhadap kehidupan bangsa Indonesia yang cerdas, tapi Mereka terlalu memusingkan sistem pendidikan. Sistem pendidikan selalu diperbaharui hampir setiap tahun bahkan terkesan bergonta-ganti dengan alasan Perbaikan diri. Tanpa mereka sadari, Tak selamanya sistem pendidikan itu salah. Mungkin mereka perlu memperhatikan aspek-aspek diluar dunia pendidikan yang dapat mempengaruhi Kehidupan dan karakter sebuah bangsa yang berwujud : "Sinetron". Wajar saja, Mungkin para petinggi tak lagi ada waktu untuk menonton TV, Memandang mirisnya gambaran negeri ini. Sedikit - Banyak, Dunia Sinetron telah membentuk karakter anak-anak Indonesia. Terbukti mereka lebih bahagia nonton Sinetron ketimbang kartun. Kalau ditanya, Kenapa tidak nonton kartun? Mereka jawab : " KARTUN APA? MEMANGNYA ADA? KARTUN NYA BUAT ANAK KECIL ITU." Bahkan anak-anak sekarang pun menganggap bahwa Kartun itu tak cocok bagi dirinya yang telah merasa lebih dewasa. Kacau!
KPI menyaring semua Kartun-Kartun Anime dan menyisakan kartun-kartun pilihan yang tampaknya hanya dapat dinikmati oleh anak usia 3-6 tahun saja. Ketika saya kelas 4 SD, Saya dan teman-teman saya tidak malu menonton Telletubles dan Dori the Explorer yang notabene tayangan tersebut untuk anak yang berumur 3-6 tahun. Setiap Minggu saya selalu 'Menyabotase' Televisi yang saya miliki hanya untuk menonton film kartun dari pagi sampai sore di Indosia* dan RCT*. Saya tidak pernah minat untuk menonton Sinetron yang hits di jaman nya yaitu "Tersandung", Kenapa? Karena tontonan menarik yang saya tonton sudah lebih dari cukup.
Dijaman sekarang, Seorang anak bisa saja duduk bertiga dengan bapak dan ibu nya untuk menonton Sinetron bersama-sama. Tapi Ini bukan gambaran keluarga yang bahagia, Melainkan ini adalah gambaran keluarga yang salah kaprah! Saya yakin banyak yang melakukan aktifitas serupa. Karena di Era sekarang pun tak banyak Orang tua yang mempedulikan tontonan berkualitas bagi anaknya. Parahnya lagi, Di Jam malam ketika anak-anak sedang sibuk belajar, Beberapa Orang tua tetap saja menyalakan televisi mereka dengan alasan tak mau ketinggalan Sinetron. Dan semuanya berakhir dengan si Anak yang cuma buka buku dan ikut menonton televisi.
Ketika banyak kasus anak-anak kecil 'pacaran' dengan tidak semestinya dan menjadi Viral di dunia maya, Apa yang anda pikirkan? Ya, Mereka meniru sinetron! Sinetron yang menggambarkan begitu dekatnya seorang pria dan wanita didalam ranah sekolah, Berpelukan, bergandeng tangan dan semuanya tampak baik baik saja? Ketika saya duduk dibangku SD, Jangankan bersentuhan dengan seorang Pria, Duduk satu meja pun membuat saya sering tidak nyaman. Berapa banyak Guru SD anda sering menukar tempat duduk murid-muridnya? Yang Pria dipasangkan dengan wanita. Dan kegiatan ini dilakukan agar suasana kelas lebih kondusif dan tidak ramai seperti Pasar, Katanya.
Nyatanya, Duduk bersama lawan jenis dalam meja yang sama memang terbukti membuat kita lebih 'anteng' bahkan tak jarang, Meja yang kita pakai untuk belajar itu dibagi dua, Digaris dengan sebatang kapur dan menggambarkan bahwa kita memiliki 'Area' belajar sendiri-sendiri. Haha, Saya selalu tertawa jika mengingat masa kecil anak-anak jaman dahulu. Berbeda dengan anak jaman sekarang, Yang dengan santai memiliki panggilan sayang : Mama dan Papa? Ups!
Pergeseran jaman ini banyak dirasakan oleh Kalayak ramai, Memang Sinetron berdampak besar bagi Anak-anak jaman sekarang. Peraturan yang dibuat oleh KPI sudah benar tapi tidak diaplikasikan pada semua kalangan, Mengapa begitu? Entahlah, saya pun tak tahu alasan logis atas segala peristiwa yang ada. Belum lagi ditambah lembaga sensor yang menurut saya semakin kesini semakin tidak memiliki alasan cukup logis untuk menyensor beberapa adegan terlebih dalam sebuah scene di film kartun.
Contohnya saja : Mem-Blur Tokoh 'Sandy' dalam Film kartun Sponge Bob Square Pants
[caption caption="Solopos.com"]
Kemudian Menyensor tokoh Shizuka dalam Serial Doraemon karena dianggap memakai Bikini Seperti ini :
[caption caption="image.hipwee.com/wp-content/uploads/2015/09/Sensor-sandy.jpg"]
Bukan berhenti disitu saja, Mari kita lihat kekonyolan lainnya!
[caption caption="LSF Sensitif terhadap belahan dada?"]
Apakah Alasan LSF untuk menyensor scene ini? Apakah karena dianggap telah menampilkan belahan dada? Tapi anak-anak masih polos, Bung! Anda terlalu berlebihan!
Nyatanya Aktris di FTV-FTV bebas berkeliaran dengan Bikini-bikini ataupun baju minim. Contohnya seperti ini :
[caption caption="LSF Lebay"]
Beberapa dari Anda mungkin menjawab didalam hati, " Yah, Kan FTV Untuk dewasa wajar saja lolos sensor dan dianggap wajar." Tapi anda harus lihat bagaimana dengan adegan yang satu ini :
[caption caption="KPI dan LSF salah sasaran"]
Baru-baru ini sebuah ajang pencarian wanita-wanita berbakat menjadi sorotan setelah kebayanya jadi Buram. Saya kira TV saya mulai rusak atau jangan-jangan mata saya? Tapi ternyata LSF terlalu Berlebihan, Blur sana dan sini pada suatu hal yang sebenarnya tidak tepat! Jika LSF melakukan Blur, Alangkah Lebih baik jika Sinetron dijadikan sorotan utama saja, Mungkin dengan begitu LSF sadar bahwa setiap scene nya layak diblur dari awal sampai akhir. Alasannya? Adegan yang dilakukan tidak lebih layak dibandingkan Sandy pakai bikini.
Bukankah Sinetron ini notabene diperuntukan bagi kalangan remaja? Bagaimana dengan gambar sebelah kanan? Gambar ini adalah sebuah foto yang diambil ketika LSF mem-blur belahan dada Para Putri Indonesia padahal jelas sekali Belahan dada tersebut wajar saja dengan balutan kebaya yang indah khas Indonesia. Hilang akal sehat, Bung?
[caption caption="Susu Sapi ikutan di sensor? Ini Salah siapa?"]
Nah! Susu sapi ikut disensor, Apa yang ada dipikiran KPI dan LSF? APakah pikiran mereka yang kemana-mana hingga mengkaitkan segala sesuatu dengan kata 'Vulgar' dan 'Seronok'?? Bung, Ini Hewan! namanya Sapi! Anda pernah lihat kan?
Bagaimana sebuah peraturan, dibuat tetapi tidak diaplikasikan secara tepat? Bagaimana KPI melihat semua kejadian ini? Sementara, pada acara infotainment dan talkshow, Sang Presenter yang bukan kartun ini masih bebas sensor. Baju mereka cukup minim dan kadang belahan dadanya ngintip-ngintip, tapi mereka masih bebas dari sensor.
Padahal bukan kartun lho dan bukan juga hewan #Ups bahkan wujudnya beneran manusia lagi. Kenapa ya?
Peraturan yang tidak pernah tepat sasaran ini justru memicu kekecewaan oleh banyak kalangan dan saya harap KPI dan LSF memberantas Sinetron-sinetron yang berlebihan dan merusak masa depan anak bangsa. Orang tua memang memegang peran penting dalam memilih tontonan berkualitas bagi anak namun Jangan langsung berkata ," Orang tua juga harus mengawasi apa yang ditonton anak-anak, Sinetron bukan untuk dibawah umur, kan bisa Nonton yang lain!." Masalahnya, Anda pindah ke channel mana pun isinya Sinetron semua, Paling banter acara dangdut yang nyanyinya 5 menit, Komentarnya 30 menit, Gimmick nya 1 jam.
(Diambil dari Artikel saya sebelumnya: Mirisnya Dunia Hiburan Tanah Air)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H