Mohon tunggu...
priscilia hadi
priscilia hadi Mohon Tunggu... -

vamos

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melakukan Hal Baru (Belajar dari Hatta Rajasa)

29 Mei 2012   08:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:39 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13382793061897478736

Pekan lalu rombongan delegasi pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa (HR) bekunjung ke Kazakhstan. Kazakhstan adalah sebuah negara yang terletak di Asia Tengah, merupakan negara ke-9 terbesar wilayahnya di dunia. Negara ini sarat dengan multi budaya, yaitu perpaduan antara kekuatan Turki dan Mongol. Rentang waktu yang panjang kedua suku bangsa tersebut menguasai Kazakhstan sejak abad ke-6 hingga abad ke-18, mempunyai pengaruh besar terhadap suku bangsa yang mendiami Kazakhstan saat ini. Secara genetik, mereka adalah percampuran antara suku bangsa Turki dan Mongol. Pada abad ke-17, para pedagang dan tentara Rusia mulai memasuki Kazakhstan, dan pada akhirnya mereka menguasai negara ini hingga abad ke-20. Komoditi ekspornya adalah minyak dan produk minyak, kimia, mesin, biji-bijian, wol, daging dan batubara. Negara tujuan eksport adalah Rusia, Bermuda, Cina, Jerman, Swiss dan Perancis. Sedangkan komoditi yang diimport adalah mesin dan peralatannya, produk metal, dan makanan olahan. Import berasal dari Rusia, Cina, Jerman dan Perancis. Indonesia belum termasuk di dalamnya. Mata uang yang digunakan adalah Tenge (KZT), dengan nilai tukar US $ 1,- senilai 136,04 tenge. Ihwal kedatangan HR ke Kazakhsatan untuk mendalami sebuah kerjasama di berbagai bidang terutama pertambangan. Sekedar catatan, medio April lalu Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev datang ke Indonesia untuk memberikan sebuah penawaran kerja sama. Dari pertemuan dengan Pemerintah, Kazakshtan memberikan perusahaan pertambangan Indonesia untuk melakukan pengelolaan ladang minyak disana. Di bawah Nazarbayev, Kazakhstan dikenal sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di luar Timur Tengah yang mencapai 29 miliar barrel. Cadangan tersebut diperkirakan berlipat ganda pada dasawarsa berikutnya sehingga mendatangkan pebisnis-pebisnis dari luar negeri. Chevron dan Exxon Mobil dari Amerika Serikat, Total dari Perancis, Gazprom dan Lukoil dari Rusia, serta Chinese National Petroleum Company dari Republik Rakyat Cina sudah mengantre untuk mengeksploitasi minyak. Ladang minyak yang dibuka olehnya di Tengiz dan Kazhagan banyak menghasilkan keuntungan bagi Kazakhstan. HR Cicipi Daging Kuda Ada yang menarik yang ingin saya sampaikan disini saat HR beserta rombongan tiba di sebuah restoran untuk sajian makan malam. Saat itu HR mencicipi masakan kuliner khas Asia Tengah yakni daging kuda. Menarik ditelusuri apa yang dilakukan oleh HR ketika dirinya memakan daging kuda yang mungkin kita asing mendengarnya. "Saya baru pertama kali ke Kazakhstan. Dan ini pertama kali makan daging kuda," ungkap HR di sebuah media online yang saya baca, Selasa (22/5). HR merasa tertarik dan mengungkapkan bagimana rasanya memakan makanan yang baru pertama kali dicicipinya. Agak sulit ia menerangkan rasa daging kuda itu seperti apa persisnya. Sampai-sampai ia bilang. "Rasanya gimana gitu, hehe," jelas Menko yang juga  Ketua Umum PAN ini. Berbeda dengan Hatta, Menteri Perindustrian MS Hidayat enggan mencicipi daging kuda. Ia mengaku tak berminat mencicipi masakan khas Asia Tengah ini. Saya mencoba memberi gambaran tentang seseorang yang bernai mengambil keputusan pertama kali yang dilakukannya terkait hubungannya dengan kepemimpinan. Pembaca, mungkin agak jauh konteksnya. Namun demikian menarik untuk diselami tentang pengalaman pertama HR mencoba sesuatu yang baru dan hubungannya dengan kepemimpinan. Pengalaman pertama adalah hal yang istimewa. Pengalaman pertama biasanya begitu membekas pada ingatan. Jika kita ingat pengalaman-pengalaman pertama yang kita alami, tentu kita akan merasakan hal-hal yang indah. Ternyata pengalaman pertama, memang memberikan input positif bagi kehidupan kita. Nah, apa yang Anda dapatkan dari semua ”pengalaman pertama” tersebut?. Pertama, kepuasan. Ketika pertama kali kita mencoba hal yang baru kita merasakan kepuasan. Kepuasan karena berhasil melakukan sesuatu yang baru untuk pertama kalinya ini ternyata memiliki pengaruh yang luar biasa. HR menyampaikan pesan bahwa dirinya puas dengan apa yang dilakukannya untuk yang pertama kali yakni memakan daging kuda. Kalau saat itu dia mengikuti rombongan lainnya yang menolak makan daging kuda maka yang timbul absennya kepuasan di dirinya. Saya yakin HR pasti penasaran ketika disuguhi makanan daging kuda makanya ia beranikan diri mencobanya. Kedua, pandangan baru. Dengan mencoba sesuatu yang baru, pandangan dan wawasan kita juga menjadi lebih terbuka. Jika pada awalnya HR hanya mengenal banyak orang memakan daging kuda semata, setelah dia mencobanya, ternyata dia mendapatkan pandangan baru terhadap makanan daging kuda. Di sini HR belajar bahwa, terdapat berbagai macam kuliner di Asia Tengah khususnya Kazakhstan. HR juga bisa belajar dari kualitas daging kuda yang dimiliki Kazakhstan. Dalam konteks kepemimpinan, kita bisa saling membagi pengetahuan, dan keterampilan dengan orang-orang yang pertama kali kita temui. Dengan demikian, wawasan kita menjadi lebih diperkaya, demikian juga dengan pengetahuan kita, dan keahlian kita. Ketiga, Apa pun yang dilakukan untuk pertama kalinya, pasti tidak langsung sempurna. Ada proses ketidaknyamanan yang terlibat. Pertama kali HR mencicipi rasa daging kuda pasti akan sangat ‘berbeda’ rasanya dengan daging-daging lain yang pernah dimakannya. Ada juga perasaan ragu-ragu ketika mencoba sesuatu untuk pertama kalinya. Di dalam kepemimpinan semua ini memang bagian dari pertumbuhan. Semua kelebihan ini hanya bisa diraih jika kita mau mengambil resiko untuk merasa tidak nyaman ketika mencoba sesuatu untuk pertama kali. Penilaian saya ketika HR pertama kali mencoba sesutau yang baru, dalam hal ini pengalaman pertamanya memakan daging kuda berarti dia tipe pemimpin yang berani mengambil resiko dan visioner. Keberaniannya mencoba hal yang baru patut diapresiasi sebagai sebuah langkah menjadi seorang pemimpin. Tidak ada pemimpin yang tidak berani mengambil resiko untuk sebuah kebijakannya. Resiko memakan daging kuda, mungkin akan berdampak pada rasa, serta sesutau yang terjadi pada keadaan tubuhnya misalnya. Vincent Willem van Gogh (30 Maret 1853 – 29 Juli 1890), pelukis pasca-impresionis asal Belanda bilang ““What would life be if wehad no courage to attempt anything? – Apa yang terjadi jika kita tak punya keberanian meraih apapun?”.  Apa yang Gogh bilang selaras dengan cara HR memiliki keberanian mencoba hal yang baru. Saya yakin jika HR tidak berani mencicipi daging kuda, ia tidak akan meraih apapun rasa dari daging itu. Absennya keberanian dalam memimpin suatu kelompok, organisasi, maupun bangsa niscaya tidak akan meraih apapun yang dirasakannya. Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, satu yang sejalan dengan langkah HR yang berani mencicipi hal-hal baru yaitu Taking Risks, pemimpin visioner berani mengambil resiko. Itu menurut saya adalah cermin bahwa HR adalah seorang visioner dan berani mengambil resiko. Kepemimpinan visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang menunjukkan kepemimpinannya yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh memandang kedepan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan resiko. Berani bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko. Banyak di antara kita merasa senang terus berada di zona nyaman dan tidak berani melakukan sesuatu. Padahal sikap seperti itu justru mengungkung kita dalam lingkaran keterbatasan dan membunuh kesempatan untuk berkembang lebih besar lagi. Manfaat lain dari pengalaman baru adalah menjadikan seseorang lebih berani memperjuangkan impian. Karena pengalaman setelah mencoba sesuatu yang baru dapat meningkatkan energi, disebabkan oleh rasa senang, takjub, takut dan lain sebagainya selama proses melakukan hal baru tersebut. Satu hal pastinya, itu (mencoba hal baru) akan menambah sebuah dimensi baru dalam kehidupan kita. Semakin besar usaha mencoba hal baru, akan memperbesar rasa percaya diri. Kepercayaan diri sangat penting bagi kita untuk berkembang secara personal maupun profesional. Secara tak langsung, mencoba hal-hal baru bermanfaat bagi kita semua untuk selalu berkembang dan terdepan dalam setiap persaingan. Peristiwa HR di Kazakhstan memberikan kita inspirasi untuk tidak ragu dan berani melakukan sesuatu hal yang baru, apapun asal itu baik dan positif. Keberanian kita melakukan sesuatu yang baru pasti akan tercipta nuansa yang berbeda yang membuat kita mengerti dan tahu akan hal lain. Jadi, sudahkah Anda melakukan sesuatu untuk pertama kali hari ini seperti apa yang dilakukan HR pekan lalu di Kazakhstan? Sesuatu yang baru membuka wawasan baru dan kemungkinan sukses baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun