Mohon tunggu...
Priscila Felicia Elu
Priscila Felicia Elu Mohon Tunggu... Mahasiswa semester IV -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menilik Museum Gondang Winangun dan Kekasihnya: Perjalanan Sejarah Pabrik Gula Gondang Baru

25 Januari 2016   15:07 Diperbarui: 25 Januari 2016   17:53 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="para pekerja yang selalu bersemangat"]

[/caption]

Tahap selanjutnya setelah kristal-kristal gula terbentuk adalah tahap pendinginan dan pengayakan. Kristal gula yang benar-benar memiliki rasa manis mempunyai warna kecoklatan. Apabila ingin mempunyai hasil gula yang lebih putih, kristal gula tersebut dapat diproses lagi. Namun, gula tersebut akan memiliki kadar kemanisan yang lebih rendah dari yang sebelumnya.

 [caption caption="Stasiun Masakan dan Stasiun Pendinginan"]

[/caption]

Setelah gula selesai diayak, gula pun dikemas ke dalam karung-karung dan dijahit. Setelah dikemas, gula disimpan di dalam gudang penyimpanan dan siap untuk didistribusikan.

[caption caption="pekerja memindahkan gula dari gudang penyimpanan"]

[/caption]

                             [caption caption="pendistribusian gula dilakukan menggunakan truck"]

[/caption]

Saya tidak pernah membayangkan hari itu saya akan mendapat pengetahuan yang begitu banyak tentang gula. Ya.. gula yang kita dapatkan dengan mudah serta yang kita konsumsi setiap hari itu ternyata mempunyai latar belakang yang luar biasa. Bayangkan saja, untuk setiap produksi gula, dibutuhkan 500 tenaga kerja tetap ditambah dengan 1.500 tenaga kerja musiman yang kebanyakan direkrut dari masyarakat sekitar.

Keluar dari pabrik, saya sedikit berbincang dengan beberapa kenalan seumuran saya yang rupanya juga merasakan hal yang sama. Kami dibuat sebegitu kagumnya ketika memasuki pabrik gula tersebut. Alat-alat raksasa, mesin uap, mesin penggiling hingga para pekerja yang begitu ramah menghiasi gedung tersebut. Namun, ketika kami keluar, yang ada hanyalah sepi. Sedikiiiiiittt sekali pengunjung yang datang hari itu. Benar-benar sunyi. Hanya ada satu rombongan yang berjumlah tiga sampai empat orang yang berkunjung ke situ. Menilik kembali museum kecil yang saya kunjungi tadi membuat hati saya pilu. Saya baru saja tersadar bahwa ada beberapa alat yang tergeletak di depan museum yang dibiarkan tak terawat hingga berkarat. Entah karena memang minimnya biaya perawatan atau bagaimana, saya juga tidak mengetahuinya dengan pasti.

Pada dasarnya, museum ini adalah tonggak sejarah di mana bangunan raksasa yang saya kunjungi itu dapat berdiri. Namun rupanya tak banyak orang yang berminat untuk datang ke sini. Seiring berjalannya waktu, Museum Gondang Winangun dan kekasihnya, Pabrik Gondang Winangun ini tergantikan oleh wisata-wisata lain yang dianggap lebih menarik. Padahal, begitu banyak kesenangan dan pegetahuan yang dapat kita ambil.

Jika dibandingkan dengan museum lain, memang museum Gondang Winangun ini tidak semegah dan semenarik museum-museum sepantarannya. Tidak ada teknologi canggih, tidak ada booklet, tidak ada alat peraga, tidak ber-AC atau semacamnya. Namun, ia mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, dukungan dari warga setempat merupakan hal yang sungguh berarti. Pabrik ini masih tetap ada dan masih tetap berproduksi aktif karena apresiasi dan dukungan kita. Baik terhadap sejarahnya, maupun terhadap keberadaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun