Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menengok Curug Nangka di Bogor

2 Juli 2017   16:04 Diperbarui: 4 Juli 2017   07:26 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertapa ganteng di Curug Nangka. Dokpri.

Perjalanan sejauh 31 km kurang-lebih dari Kampung Baru Citayem itu terbayar dengan keindahan tak terperi. Panorama pegunungan yang serba hijau terbentang di sepanjang jalan. Udara dingin pun seperti seorang kekasih yang lama tak bertemu, yang langsung memberi pelukan terbaiknya ketika motor yang kukendarai mulai mendaki menuju Curug Nangka. 

Kakak keempat sedang berkunjung dari Palembang. Aku pun mengajaknya jalan-jalan. Pilihan jatuh ke Curug Nangka karena jarak tempuhnya masih dapat diterima dari rumah dengan motor. Aksesnya mudah seperti halnya Curug Bidadari. Dan merujuk ke Google Maps, rutenya tidak terlalu sulit. Selain itu, di area tersebut, tidak hanya ada satu curug, melainkan ada tiga curug. Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung. Satu kali mengegas, tiga curug terkunjungi.

Lokasinya berada di Desa Warung Loa, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, di lereng kaki Gunung Salak. Lokasi ini berada di ketinggian sekitar 750 m di atas permukaan laut. 

Begitu sampai di lokasi, kami dihampiri penjaga. Tiket masuk resmi per orang Rp7.500,- (ada karcisnya). Lalu, parkir motor kami diminta Rp5.000,- (juga diberi karcisnya). Namun, ada biaya lain yang diminta sejumlah Rp30.000,- oleh petugas berpakaian hijau-hijau. Saya sama sekali tak tahu peruntukannya. Saya jadi teringat dosen seminar keuangan publik. Ia adalah tipe orang yang tidak mau membayar parkir jika tak ada karcisnya. Karena menurutnya, parkir termasuk retribusi ke daerah. Tanpa karcis, uang itu tidak akan masuk ke kas daerah (ditilep oleh peminta uang parkir). Hal seperti ini tak boleh dibudayakan. Sayangnya, saya tak mau mendebat petugas yang tak memberikan karcis itu. Malas.

Nuansa sejuk menyelimuti kawasan ini. Pohon pinus tumbuh begitu tinggi. Terlihat beberapa ekor monyet liar di sekitar. Namun, kawasan ini terlalu ramai bagi saya. Begitu banyak penjaja makanan. Sedikit kecewa ketika melihat di beberapa titik ada sampah yang dibuang sembarangan.

Untuk mencapai curug, kita harus melakukan treking dari parkiran. Jalannya sedikit mendaki. Urutannya dari yang terdekat adalah Curug Nangka, Curug Daun, barulah Curug Kawung. Curug Nangka berada di dalam lembah. Saya memutuskan untuk ke Curug Daun terlebih dahulu, lalu melanjutkan ke Curug Kawung, baru turun lagi ke Curug Nangka sekalian pulang.

Curug Daun tidak terlalu tinggi. Bisa dibilang keunikan curug ini adalah formasi bebatuannya. Saya tidak tahu apakah dibuat atau tidak, namun bebatuannya membentuk beberapa kolam kecil yang bertingkat-tingkat sehingga sangat asik diberendami. Dinamakan Curug Daun karena bentuk pancurannya melengkung seperti daun. Tingginya pun hanya sekitar 6 meter. Namun, alam tetap jangan diremehkan. Batu-batunya licin. Jadi, kita tetap harus berhati-hati.

Curug Kawung berada di hulu, sekitar 100-200 m dari Curug Daun. Karena lebih tinggi keberadaanya, curug ini lebih sepi. Pengunjung yang berkeluarga biasanya hanya sampai di Curug Daun. Diberi nama Kawung karena bila musim hujan tiba, saat debit air tinggi, sentuhan air dan bebatuan itu akan mengeluarkan suara wung wung. Jadi Kawung. Tinggi curug ini sekitar 25 m. Airnya pun lebih cenderung mengalir di bebatuan. Saat menikmatinya, ada mitos yang menyarankan kita mencuci muka dan meminum airnya. Orang yang mandi atau berendam di sini pun akan memiliki kekuatan seperti harimau. Kharismatik, disegani, juga disayang.

Terakhir, Curug Nangka. Dinamakan demikian karena dulunya ada pohon nangka sebesar gulungan kasur berada di dekatnya. Untuk mencapai curug ini ada 2 jalan. Bisa melewati jalan di sisi sungai. Namun, jalan turunnya yang langsung ke dekat curug sangat terjal. Saya pilih jalan yang menelusuri sungai dalam celah yang cukup sempit biar kerasa aura petualangannya. Namun, jalan ini menyimpan bahaya yang lebih besar. Jika ada air bah datang, maka hanya kepada Tuhanlah kamu bisa berharap.

Curug Nangka memiliki banyak cerita. Warga setempat percaya di curug ini ada ruangan misterius. Ada suatu lubang, yang dapat menembus sampai ke daerah Cipatuhunan, Kute Maneh, Sukabumi. Ruangan tersebut juga biasa dijadikan tempat bersemedi oleh para pemuka agama.Jalan turun terjal menuju curug tadi pun menyimpan cerita. Konon, barangsiapa yang bisa turun dengan selamat, tanpa jatuh akibat terpeleset itu tandanya dia adalah seorang yang sangat mencintai dan menghargai lingkungan. Dan dilarang pula melamun atau pikiran kosong karena tak jarang ada pengunjung yang kesurupan di curug ini.

Sungguh, dengan lokasinya yang relatif mudah dijangkau, kesegaran alamnya, dan pemandangan tiga curug yang memukau ini, saya merekomendasikan kamu datang atau berkemah kemari. Dan kalau bisa jangan akhir pekan atau hari libur agar dapat kamu saksikan secara purna keindahan dan merasakan kekhusukan bercengkerama dengan alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun