Saya masih ingat betul, suatu hari dalam perjalanan pulang sekolah, saya dijemput Bapak. Di jalan, kami menghidupkan radio. Biasanya saya memilih musik sebagai pengusir lelah. Hari itu saya malah mendengarkan tutorial Bahasa Inggris. Bukan tenses yang dibahas, melainkan definisi kata. Dan yang paling melekat di benak adalah perbedaan kata "home" dan "house". Rumah. House adalah rumah, bangunannya. Sementara home adalah rumah, tempat pulang. Lebih jauh, si narator mengatakan konteks home adalah tempat kembali dan tempat kembali yang sejati adalah Tuhan.Â
Saya pribadi baru menyadari bahwa perempuan memiliki bau yang khas. Hal ini tentu terjadi bukan karena gara-gara membaca Grenouille dalam novel Perfume yang terobsesi pada bau perempuan sehingga ia melakukan pembunuhan demi pembunuhan untuk menciptakan parfum paling agung di dunia.
Perempuan yang kucintai memiliki bau itu. Ketika seorang teman bertanya kenapa aku memutuskan menikah dengannya pada usia belum 23 tahun saat itu, kubilang bahwa ia membuatku selalu merasa ingin kembali padanya, ia membuatku menyadari bahwa dirinyalah tempatku pulang. Kuistilahkan bau yang dimilikinya itu sebagai bau rumah.
Sekitar Oktober 2013, keluarga kecil kami baru memiliki rumah. Tadinya kami menempati rumah dinas di Sumbawa sejak tahun Oktober 2011. Ia melanjutkan kuliahnya di Bandung dan sejak saat itu kami menjalani hubungan jarak jauh. Kadang bahkan, dua bulan baru aku bisa pulang. Kata rumah, selain pulang, juga menjadi berasosiasi dengan rindu. Hingga kini, kami masih menjalani hubungan jarak jauh itu. Bedanya dulu dari Sumbawa ke Bandung, sekarang Jakarta ke Bandung. Aku menjadi pria PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad).
Atas rindu itu, aku pun menulis cukup banyak puisi. Salah satunya:
Ketika kumulai sajak ini, udara berhenti
bertiup. Tapi Kau terus berada di dalam degup.
Semula aku kira kegelisahan yang kurasakan
tidak akan pernah terjawab. Udara yang lembab,
sisa hujan semalam, mungkin tangismu.Kadang aku bayangkan bila Kau tiada,
berapa Waktu yang sanggup tertahan di jantung
hatiku?Sebab cinta telah menjadi milikmu. Segala
yang kuhirup berbau kelopak mawar yang mekar
dari ujung lidah Kau.Kini, ketika aku rindu, tak ada yang dapat
kulakukan selain menuliskan sajak cinta yang tak
pernah cukup. Seolah sebuah kendi yang meneteskan
air, namun tak pernah habis.Â
