Masih teringat jelas perjalanan pertama kami adalah ke Pulau Dangar Ode. Pulaunya tentu saja menawan dengn pasir putih dan latar gunung Tambora. Yang paling spesial adalah pemandangan bawah lautnya. Kita masih bisa menyaksikan coral table di sekitar Dangar dengan kedalaman tak sampai 5 meter.Â
Pada saat itu, pelajaran mengenali alam kuterima, seperti tak boleh menyentuh terumbu karang. Terumbu karang itu bukan bebatuan, tetapi makhluk hidup. Kalau disentuh, ia akan stress dan bisa mati. Bintang laut pun jangan disentuh ya.
Sayang sekali, beberapa tahun kemudian kudengar kabar kalau foto-foto ini tinggal kenangan. Terumbunya rusak karena bom ikan. Di situ barulah dipahami bahwa kegagalan terbesar dalam menjaga alam terjadi manakala kita gagal mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan.
Makanya, dalam berbagai agenda selanjutnya, Adventurous Sumbawa hampir selalu mengagendakan pertemuan dengan masyarakat mengenai keuntungan apa saja yang akan mereka dapatkan apabila mendukung pariwisata sembari turut membantu menjaga alam yang ada.
Saat perjalanan ke pulau Satonda, Adventurous Sumbawa mengagendakan datang ke Calabai. Calabai adalah istana karang masa depan. Di situ ada penduduk yang mengembangkan cara budidaya terumbu dengan bahan yang lebih murah. Teman-teman kemudian turut mempromosikan ide tersebut, ikut terjun ke dalam lautan dan menanam terumbu, mendokumentasikannya, dan membagikan konten tersebut di berbagai media sosial agar masyarakat ikut teredukasi.
Begitu pula saat melakukan perjalanan ek Air Terjun Agal. Air terjun Agal itu berada jauh di dalam hutan, sekitar 2-3 jam treking. Nah, tim Adventurous Sumbawa kemudian memetakan potensi apa saja yang bisa digali di sana. Salah satunya adalah sungai yang jernih dengan arus tidak terlalu deras yang bisa jadi tempat ciblon sekaligus tubing. Mereka berdialog dengan masyarakat yang salah satu intinya adalah bagaimana sungai itu harus dijaga kebersihannya.
Pelajaran-pelajaran penting dalam perjalanan itu sudah menjadi bagian dari hidupku. Hikmah yang kuambil untuk kuterapkan apabila aku melakukan perjalanan lain bersama anak-anakku. Hal-hal sederhana seperti jangan pernah meninggalkan apa yang kamu bawa di alam menjadi lumrah. Lebih jauh kurikulum lingkungan hidup itu benar-benar harus diterapkan sejak dini. Dan dalam perjalanan tersebut, kuncinya adalah edukasi mengenai alam ke anak-anak agar ia bangga berwisata di Indonesia sambil turut mencintai alam dan meneruskan value tersebut ke generasi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H