Segala jenis bus katamu, pernah kaunaiki saat sekolah. Berdiri menunggu bus datang, kau mencari bus paling berisik. Musik kencang dan paling tak tahu aturan lalu lintas. Dengan begitu, akan cepat sampai ke rumah. Bila tidak, sampai ke surga.
Kau menaiki bus ugal-ugalan itu. Segala jenis manusia brengsek dimuat di dalamnya. Dijejal-jejalkan. Perut-perut gendut berimpit. Tertekan. Hampir meletus. Tapi bukan balon hijau. Balon merah dan kuning tampaknya bersepakat.
Di perjalanan, kau akan melihat bus itu berhenti, menaikkan penumpang. Tidak peduli di dalam sudah sesak. Semua serapah ingin dikeluarkan bak dahak.Sampai pemberhentian terakhir. Sampai kau memberi hormat pada sopir yang senyumnya ramah. Senyum ramahnya seolah berkata segalanya baik-baik saja. Baik-baik saja.
Matamu yang baik-baik saja....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H