Permainan menggunakan karet gelang ini pun ada berbagai macam. Yang paling tidak menghabiskan tenaga adalah main cutik karet gelang. Tiap peserta punya oncak karet yang bisa menghindar atau mau menimpa oncak karet lawan. Bila berhasil menimpa oncak karet lawan, tantangan selanjutnya adalah menaruh kuku di irisan kedua karet. "Itulah alasan kuku kelingking Abi panjang," ujarku pada anakku.
Permainan karet lain yang populer adalah karet jepret. Sejumlah karet yang dipertaruhkan ditaruh di atas karet yang diregangkan di antara dua kayu yang dipacak ke tanah. Dari jarak tertentu, kita akan membidiknya dengan oncak karet. Sejumlah karet yang jatuh setelah kena bidik itu menjadi hak milik.
Yang tak kalau populernya adalah bermain yeye. Main yeye ini biasanya dimainkan setelah Ashar, sampai ngabuburit. Dari yang paling mainstream seperti lompat tali, sampai main yeye yang ada hitung-hitungannya dimainkan. Sialnya, perspektif gender masih dominan seakan-akan main yeye hanya untuk para gadis. Cowok-cowok yang suka ikut bermain sering dikatain banci.
Bola Bekel
Yang tersisa dari ingatanku, main bola bekel ini kerap kulakukan bila aku berkunjung ke rumah nenek. Di sana, aku punya beberapa teman, letaknya  di tengah-tengah perkebunan karet. Kami akan mengumpulkan getah karet sisa di mangkok-mangkok penadah, lalu menjalinnya hingga berbentuk bola. Ya, kami membuat bola bekel sendiri dari getah karet itu.
Congklak
Jujur saja, aku selalu kalah bila bermain congklak. Yang jamak bermain congklak memang biasanya para gadis. Sayang sekali bila permainan congklak ini tidak dilestarikan karena menurutku permainan ini mengasah otak juga.
Main Kelereng
Kelereng atau lebih dikenal gundu adalah permainan yang dianggap sangat lelaki. Anakku tidak percaya kalau dulu aku punya kelereng satu kaleng susu. Warna-warni. Ada yang besar, ada yang sedang (yang sering dimainkan), dan ada yang mini.