Tabligh Akbar Jamaah Tabligh di Malaysia 28 Februari hingga 1 Maret lalu menyisakan pekerjaan rumah yang amat besar. Pasalnya, salah satu peserta di acara di Masjid Seri Petaling tersebut terdeteksi positif Covid-19 setelah kembali ke Brunei Darussalam. Semua orang yang hadir dalam Tabligh Akbar tersebut pun diminta untuk melapor kePemerintah untuk dilakukan pengecekan. Pada 11 Maret, total 600 sampel telah diuji dan satu sampel ditemukan positif terinfeksi.
Pemerintah Singapura pun bergerak cepat untuk menelusuri warganya yang ikutan acara tersebut. Sekitar 95 orang WN Singapura diuji dan mencatat 2 kasus positif.
Brunei Darussalam sendiri kemudian menemukan 10 kasus positif lain. Sedangkan Malaysia berusaha melacak 5000 Jamaah Tabligh lain yang hadir.
Acara Tabligh Akbar tersebut dihadiri sekitar 10.000 orang dari 27 negara. Termasuk Indonesia. Yang tercatat, ada 696 warga Indonesia yang hadir pada acara tersebut.
Apa langkah Pemerintah Indonesia terhadap 696 WNI tersebut?
Sebagaimana kita ketahui, Covid-19 tidaklah hanya menimbulkan gejala. Ada yang juga tak bergejala dan menjadi Carrier. Hasil diskusi ILUNI di Salemba kemarin misalnya mengatakan bahwa anak-anak memang tidak berisiko kematian namun menjadi Carrier paling kompeten.Â
Covid-19 sebagaimana kita tahu menyerang orang yang memiliki gangguan kekebalan tubuh, orang yang punya penyakit tertentu seperti jantung dan diabetes, dan orang-oang tua yang imunnya lebih lemah. Covid-19 menempel pada orang yang imunnya kompeten dan tidak menyebabkan gejala apa-apa. Itulah yang disebut Carrier. Sampai orang ini bertemu dengan orang yang bermasalah tadi.
Itulah kenapa Covid-19 sangat sulit dihentikan. Dan itulah juga kenapa Covid-19 seharusnya menyadarkan kita bahwa kita tidak boleh egois, berpikir saya kuat, saya tidak akan kenapa-kenapa. Namun kenyataannya kita menularkannya ke orang-orang yang lebih lemah.
Istilah super spreader sendiri muncul di Orea Selatan, didekasikan kepada Pasien ke-31 yang merupakan anggota gereja cult tertentu di sana. Di mana gereja ini memiliki banyak anggota dan bergerak secara rahasia sehingga Pemerintah kesulitan mengumpulkan data.
Bagaimana dengan Jamaah Tabligh?Â
Jamaah Tabligh bisa menimbulkan potensi serupa karena anggotanya bergerak dari masjid ke masjid, mengetuk pintu rumah ke rumah untuk mengingatkan ibadah. Singapura sendiri sudah menutup masjid yang diyakini menjadi tempat berkumpul Jamaah Tabligh agar virus ini tidak menyebar di luar kendali.